Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Monday, August 7, 2017

    Ilmu Sebagai Pangkal Kebahagiaan


    Allah Ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan membekali diri dengannya. Demikian pula Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang suci.

    Ilmu adalah jalan menuju kebahagiaan, karena ilmu adalah pangkal dari segala kebaikan.
    Hal ini sebagaimana perkataan al-Hasan rahimahullah, ketika beliau menjelaskan maksud dari doa untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat.

    Mengenai firman Allah Ta’ala,

    رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

    “Wahai Robb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Al Baqoroh [2] :”

    Al-Hasan rahimahullaah berkata, “Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah, dan yang dimaksud dengan kebaikan di akhirat adalah surga.”

    Sesungguhnya kebaikan dunia yang paling agung adalah ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, dan ini adalah tafsir yang tepat untuk ayat tersebut.

    Ibnu Wahb rahimahullaah berkata, “Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri rahimahullaah berkata, ‘Kebaikan di dunia adalah rizki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah Surga.’”

    Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Shahabat Abu Kabasyah al-Anmari radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berkata,

    “...Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang: (1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung sila-turahmi, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya paling baik (di sisi Allah). (2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama. (3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur hartanya, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah). Dan (4) seorang hamba yang tidak Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam mendapatkan dosa.”
    Maka, orang yang berilmu bisa menyamai atau bahkan melebihi orang yang berharta karena ilmu yang dia miliki. Lebih utama lagi jika orang yang berharta sekaligus berilmu. Tentunya dengan ilmu yang dia miliki ia tahu bagaimana cara menggunakan harta yang sesuai dengan yang dikehendaki Allah Ta’ala.

    Sesungguhnya mencintai ilmu dan mencarinya adalah akar segala ketaatan dan pangkal kebahagiaan, sedangkan mencintai harta dan dunia adalah akar berbagai kesalahan yang menjerumuskan kepada kebinasaan.

    Orang yang menuntut ilmu adalah orang yang bahagia karena ia mendengarkan ayat-ayat Al-Qur-an, hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan perkataan para Shahabat. Dengannya hati terasa nikmat dan akan membawa kepada kebersihan hati dan kemuliaan.
    Semoga kita termasuk orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan, salah satunya dengan menjadi ahli ilmu. Sehingga kebahagiaan akan kita genggam di dunia dan akhirat. Tentunya bukan sekedar tahu tapi juga mengamalkan apa yang sudah kita tahu. Karena hakikat dari ilmu adalah amal yang dikerjakan atas ilmu tersebut.

    Wallahu a’lam

    No comments:

    Post a Comment