Allah Ta’ala
telah memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu
dan membekali diri dengannya. Demikian pula Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam yang suci.
Ilmu adalah
jalan menuju kebahagiaan, karena ilmu adalah pangkal dari segala kebaikan.
Hal ini
sebagaimana perkataan al-Hasan rahimahullah, ketika beliau menjelaskan maksud
dari doa untuk meminta kebaikan dunia dan akhirat.
Mengenai
firman Allah Ta’ala,
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Wahai Robb
kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka”. (QS. Al Baqoroh [2] :”
Al-Hasan rahimahullaah
berkata, “Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah, dan yang
dimaksud dengan kebaikan di akhirat adalah surga.”
Sesungguhnya
kebaikan dunia yang paling agung adalah ilmu yang bermanfaat dan amal yang
shalih, dan ini adalah tafsir yang tepat untuk ayat tersebut.
Ibnu Wahb rahimahullaah
berkata, “Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri rahimahullaah berkata, ‘Kebaikan di
dunia adalah rizki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah
Surga.’”
Imam Ahmad
dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Shahabat Abu Kabasyah al-Anmari radhiyallaahu
‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berkata,
“...Sesungguhnya
dunia diberikan untuk empat orang: (1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu
dan harta, kemudian dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung
sila-turahmi, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya
paling baik (di sisi Allah). (2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun
tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata, ‘Seandainya aku
memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia
dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama. (3) Seorang hamba yang Allah
berikan harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur
hartanya, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung
silaturahmi dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan
orang tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah). Dan (4) seorang hamba
yang tidak Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya aku
memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia
berniat seperti itu dan keduanya sama dalam mendapatkan dosa.”
Maka, orang
yang berilmu bisa menyamai atau bahkan melebihi orang yang berharta karena ilmu
yang dia miliki. Lebih utama lagi jika orang yang berharta sekaligus berilmu. Tentunya
dengan ilmu yang dia miliki ia tahu bagaimana cara menggunakan harta yang
sesuai dengan yang dikehendaki Allah Ta’ala.
Sesungguhnya
mencintai ilmu dan mencarinya adalah akar segala ketaatan dan pangkal
kebahagiaan, sedangkan mencintai harta dan dunia adalah akar berbagai kesalahan
yang menjerumuskan kepada kebinasaan.
Orang yang
menuntut ilmu adalah orang yang bahagia karena ia mendengarkan ayat-ayat
Al-Qur-an, hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan perkataan
para Shahabat. Dengannya hati terasa nikmat dan akan membawa kepada kebersihan
hati dan kemuliaan.
Semoga kita
termasuk orang-orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan, salah satunya dengan
menjadi ahli ilmu. Sehingga kebahagiaan akan kita genggam di dunia dan akhirat.
Tentunya bukan sekedar tahu tapi juga mengamalkan apa yang sudah kita tahu. Karena
hakikat dari ilmu adalah amal yang dikerjakan atas ilmu tersebut.
Wallahu a’lam
No comments:
Post a Comment