Ilmu syar’I lebih
utama daripada ibadah sunnah dan wajib kifayah. Berkaitan dengan
hal itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فضل
العلم أحب إلي من فضل العبادة
“Keutamaan ilmu (syar’i) lebih aku sukai
daripada keutamaan ibadah.” (HR. Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thoyalisi, dari jalan
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu ‘anhu. Dan dinyatakan SHOHIH oleh syaikh
Al-Albani dalam Shohih Al-Jami’, no.4214).
Di dalam
riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu
dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama dibanding
seluruh bintang- bintang.” (HR. Abu Dawud no.3641, Ibnu Majah no.223, dari
hadits Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu).
Maksud dari
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dlm hadits ini ialah bahwa
memiliki ilmu syar’i dengan cara mencari dan mempelajarinya, atau
mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama dibanding amalan
ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dzikir sunnah, dan
selainnya.
Bukan berarti
menuntut ilmu syar’I dan mengajarkannya bukan dari bagian ibadah. Tapi maksudnya
adalah bahwa menuntut ilmu syar’I merupakan bagian dari ibadah yang paling
mulia diantara ibadah yang lainnya. Bahkan bagian dari jihad fi sabilillah. Maka
dengan alasan apa lagi kita malas untuk mencari ilmu, dengan menghadiri kajian,
mengkaji kitab dan menonton video bermanfaat?
Bahkan Abu
Darda’ radhiyallahu ‘anhu berani berkata: “Barangsiapa yang mengira bahwa
berangkat dari rumah menuju suatu tempat untuk menuntut ilmu (agama) bukan
amalan jihad, maka sungguh ia telah kurang pandangan dan akalnya.”. (Lihat
Miftahu Daris Sa’adah, karya Ibnul Qoyyim I/122).
Sufyan
Ats-Tsauri rahimahullah berkata: “Aku tidak mengetahui ada satu ibadah yang
lebih utama daripada engkau mengajarkan ilmu (syar’i) kepada manusia.” (Lihat
Jami’ bayanil ilmi, karya Ibnu Abdil Bar hal.227).
Di kesempatan
yang lain, Sufyan Ats-Tsauri juga pernah berkata “Tiada satu amalan yang lebih
utama dari menuntut ilmu jika niatnya benar (yakni ikhlas karena Allah semata,
pent).” (Lihat Jami’ bayanil ilmi, karya Ibnu Abdil Bar, hal.119).
Beliau
(Sufyan ats-Tsauri) rahimahullah pernah ditanya: “Manakah yg lebih kau sukai,
menuntut ilmu (agama) ataukah beramal?”. Beliau menjawab: “Sesungguhnya ilmu
itu dimaksudkan untuk beramal, maka jangan tinggalkan menuntut ilmu dengan
alasan untuk beramal, dan jangan tinggalkan amal dengan alasan untuk menuntut
ilmu.”. (Lihat Tsamrat al-’Ilmi al-’Amal, hal. 44-45).
Imam
Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Menuntut ilmu (agama) itu lebih utama
daripada sholat sunnah.”
Ali bin Abi
Thalib Radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Orang yang berilmu lebih besar ganjaran
pahalanya daripada orang yang puasa, shalat, dan berjihad di jalan Allah.” [Al-‘Ilmu
Fadhluhu wa Syarafuhu hal. 133]
Abu Hurairah
Radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Sungguh, aku mengetahui satu bab ilmu tentang
perintah dan larangan lebih aku sukai daripada tujuh puluh kali melakukan jihad
di jalan Allah.” [Diriwayatkan oleh al-Khathib dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih I/102,
no. 52]
No comments:
Post a Comment