Salah satu keutamaan ilmu adalah pahalanya yang terus mengalir
kepada pemiliknya jika dia disebarkan dan diajarkan. Kenapa bisa begitu? Karena
jika orang lain beramal dengan sebab ilmu yang dia dapatkan darinya, maka
pahala itu mengalir kepada si pengajar. Setiap kali seseorang shalat, membaca
al-quran, sedekah dan amalan lainnya, maka pahala juga mengalir kepada si pengajarnya.
Maksud ilmu di sini adalah ilmu yang mengajarkan tentang hakikat
tauhid, ilmu syariat yang menuntut orang-orang dalam beramal shalih dan
mengerjakan kebaikan.
Tapi bisa saja ilmu selain ilmu syar’I juga memberi pahala yang
sama, yakni memberi pahala yang berlimpah karena bermanfaat terhadap kaum
muslimin. Misalnya seseorang menemukan penemuan teknologi yang bisa menunjang
kemaslahatan kaum muslimin, apalagi kemaslahatan tersebut menyangkut hajat
orang banyak, maka pahalanya akan terus mengalir. Seandainya penemu lampu
adalah seorang beriman, maka tentu dia mendapat pahala yang melimpah karena
banyaknya para penuntut ilmu, dan kaum muslimin yang mengerjakan kebajikan
lainnya menggunakan cahaya penarang.
Ketika salah seorang dari para Ulama meninggal dunia, maka
ilmunya akan tetap abadi terwariskan di tengah masyarakat, buku karya dan
perkataannya akan senantiasa beredar. Masyarakat bisa memanfaatkan dan
mengambil faidah dari buah karya mereka. Dengan sebab ini juga pahala akan
terus mengalir, meski mereka sudah berada dalam kuburan.
Dahulu banyak orang mengatakan, “Seorang yang berilmu
meninggal dunia sementara kitabnya masih ada.” Namun sekarang, suaranya punterekam
dalam pita-pita kaset atau kepingan CD yang berisi pelajaran dan ceramah yang
berharga.
Orang yang berpartisipasi dalam mencetak buku-buku yang
bermanfaat, dan menyebarkan buku-buku karya para Ulama yang sarat dengan faedah
serta membagikan kaset-kaset ilmiyyah maka dia juga mendapatkan pahala yang
besar dari sisi Allâh Azza wa Jalla.
Mengajarkan kebaikan dan ilmu yang bermanfaat kepada anak
juga mengalirkan kebaikan bagi orang tua. Setiap kali anaknya beramal shalih,
maka otomatis pahala juga mengalir untuk orang tuanya.
Hal ini senada dengan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, yang berbunyi
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ
عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا
تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ
بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ
وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
Sesungguhnya diantara amal dan kebaikannya yang akan
menyertai seorang Mukmin setelah meninggalnya adalah ilmu yang diajarkan dan
disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid yang dibangun, rumah persinggahan yang dibangun bagi orang yang sedang
menempuh perjalanan, sungai yang dialirkannya, sedekah yang dia keluarkan dari
hartanya saat masih sehat dan hidup akan menyertainya sampai meninggalnya
Juga hadits yang sangat populer yaitu hadits dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ
بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila seseorang sudah meninggal maka seluruh amalannya terputus
kecuali dari tiga perkara yaitudari sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan
anak shalih yang mendo’akannya. [HR Muslim]
Oleh karena itu, hendaknya kita selalu bersemangat dalam
menuntut ilmu dan mengajarkannya atau mendakwahkannya kepada orang lain yang
belum mengetahui hakikat kebenaran.
No comments:
Post a Comment