Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Tuesday, July 31, 2018

    Sabar tanpa Batas


    Ada ungkapan yang mengatakan bahwa sabar juga ada batasnya. Padahal, sabar itu hendaknya tidak perlu memakai batas. Sabar adalah hal yang utama yang harus kita miliki. Karena Allah subhanahu wata'ala sendiri menjanjikan pahala tanpa batas untuk orang yang sabar. Jika sabar ada batasnya itu adalah hal yang bisa dimaklumii, mungkin Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam akan berhenti berdakwah karena besarnya tekanan orang-orang kafir.

    Berkaitan menguatkan kesabaran, ada kisah menarik yang bisa kita simak dari seorang tabiin bernama Abul Hassan.

    Suatu ketika Abul hasan datang ke mekah untuk berhaji. Tiba-tiba beliau melihat wanita paruh baya yang berseri wajahnya.

    Kemudian Abul Hassan berkata kepada dirinya sendiri, “Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secerah wajah wanita ini. Sepertinya dia tidak pernah mengenal rasa sedih dan musibah.”

    Tak disangka gumaman Abul Hassan terdengar oleh si wanita. Kemudian wanita itu berkata, “Kamu salah. Demi Allah aku mengalami dukacita dan musibah yang panjang. Tapi aku berusaha bersabar di atas musibah yang terus datang.”

    Abul Hassan bertanya, “Apa yang terjadi?”

    Wanita itu menjawab, “Pada suatu hari kedua anak lelakiku yang masih kecil melihat suamiku menyembelih kambing. Kemudian anakku yang sudah agak besar berkata kepada adiknya.”Hai adikku, maukah aku tunjukkan kepadamu bagaimana cara ayah menyembelih kambing?”

    Kemudian adiknya menjawab, “Baiklah kalau begitu.”

    Lalu disuruhnya adiknya berbaring dan disembelih lehernya. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancar desar dari luka di leher adiknya. Anak lelakiku itu berlari ke bukit karena takut dan tak lama setelah itu dia dimakan oleh serigala. Suamiku mencarinya tapi mati karena terpeleset di lembah. Aku merasa khawatir karena suamiku tidak juga datang, akhirnya aku menyusulnya, tapi aku meletakan bayiku di rumah. Setelah aku pergi, bayiku merangkak dan menuju periuk yang berisi air panas. Ditariknya periuk itu dan tumpahlah air panas mengenai badannya.
    Semua musibah ini terdengar oleh anak perempuanku yang telah menikah yang tinggal di daerah lain. Setelah itu dia jatuh pingsan hingga menemui ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara, suamiku dan keempat anakku sudah tiada.

    Lalu Abul Hassan bertanya, “Bagaimana bisa kamu bisa sabar setelah musibah yang datang bertubi-tubi?”

    Wanita itu menjawab, “Tidak ada gunanya berkeluh kesah. Sabar bisa memperbaiki jiwa dan membuahkan pahala. Sementara mengeluh tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi. Sehingga aku memilih untuk sabar dibanding mengeluh.”

    Nah, dari kisah ini hendaknya kita mengambil pelajaran tentang sabar dan keutamaannya. Karena sabar dan mengeluh itu dua pilihan, maka hendaknya kita memilih sabar. Mengeluh tidak akan mengubah musibah. Mengeluh tidak akan bisa mengembalikan apa yang telah hilang dari hidup kita. Mengeluh tidak akan membuat kita menjadi lebih baik, alih-alih membuat Allah murka.
    Sabar tidak bisa mengembalikan apa yang telah hilang. Tapi sabar akan membuahkan pahala dan bisa saja Allah mengganti yang hilang dari hidup kita dengan sesuatu yang lebih baik, karena kesabaran kita. Seperti kesabaran Yusuf yang berbuah kekuasaan. Seperti kesabaran Ayub yang berbuah kesembuhan dan kembalinya harta dan keluarga.

    No comments:

    Post a Comment