Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Monday, July 31, 2017

    Menengok Perkembangan Muslim di Papua Nugini


    Papua Nugini dengan Ibukota Port Moresby adalah sebuah negara dengan pegunungan dan hutan yang pernah dijajah Belanda, Jerman, dan Inggris secara berturut-turut sebelum diserahkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sampai kemerdekaannya pada 16 September 1975 dari Australia.
    Pada tahun 1981, terbentuk Asosiasi Muslim Papua Nugini dengan tujuan utama untuk melayani keperluan umat Islam. Asosiasi antara lain membawahi Bagian Pemuda, Bagian Urusan Perempuan dan Bagian Publikasi .

    Dalam rangka mengkoordinir kegiatan dakwah secara lebih baik, kaum muslim Papua Nugini mendirikan sebuah Islamic Center pada tahun 1988. Kegiatan Islamic Center dibantu Dewan Dakwah Asia Tenggara dan Pasifik berbasis di Malaysia. Kementerian Urusan Islam Saudi Arabia pun membantu dengan mengirimkan imam untuk memimpin shalat dan ibadah di Islamic Center Papua Nugini.

    Kemudian pada tahun 1996 didirikan tiga Islamic Center atas bantuan Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islamy) berpusat di Makkah. Rabithah bekerjasama dengan Kedutaan Besar Indonesia di Papua Nugini membangun masjid agung berkapasitas 1.500 jamaah.

    Seiring berjalannya waktu, pada tahun-tahun berikutnya jumlah penduduk asli Papua Nugini yang masuk Islam semakin bertambah. Pada tahun 2000 jumlah umat Islam telah meningkat menjadi 2.000 orang. Jumlah itu pun terus meningkat, meskipun banyak hambatan.

    Pada tahun 2014, informasi terakhir  menurut Islamic Center di Port Moresby, penduduk muslim di Papua Nugini berjumlah sekitar 4.000 orang.

    Menurut ulama setempat, Islam di Papua Nugini berkembang pesat di wilayah dataran tinggi khususnya di Provinsi Simbu. Mereka yang masuk Islam berasal dari suku Melanesia, yang dulu sebagian besar penduduknya adalah pemeluk agama Kristen.

    Para penduduk setempat menganggap bahwa ajaran Islam itu lebih baik dan lebih mudah diterima jika dibandingkan dengan ajaran Kristen. Misalnya  adat mereka terbiasa menghindari minuman keras dan makanan atau minuman yang memabukkan lainnya. Hal itu mereka peroleh dari ajaran Islam.

    Warga setempat terbiasa menjaga jarak hubungan antara wanita dan pria. Hal itu pun mereka dapatkan dalam ajaran Islam.

    Khalid, seorang imam masjid yang ikut pelatihan dakwah di Malaysia, mengatakan banyaknya warga setempat yang masuk Islam bukan karena mereka tidak suka dengan agama lain. Akan tetapi di dalam ajaran Islam mereka merasa lebih nyaman.  Menurutnya, praktik Islam jauh lebih mudah daripada agama-agama lain. Seperti dalam agama Islam diajarakan bahwa masing-masing penganutnya dapat berdoa secara langsung kepada Tuhannya. Tidak perlu dititipkan kepada pendeta.
    Warga pemeluk Islam Papua Nugini, merasakan bahwa Allah Tuhan mereka tidak hanya ada di dalam tempat ibadah masjid, tetapi juga ada di mana-mana. Jadi, kalau mereka ingin berdoa tidak harus di masjid saja, tetapi ternyata bisa meminta kepada Tuhan di luar masjid,  seperti di rumah, di bawah pohon, di mana saja, terang Khalid.

    Banyak warga tertarik pada Islam karena memang memiliki banyak kesamaan dengan adat Melanesia. “Ketika kami memeluk Islam, kami diajarkan saling memberi salam dan saling menyapa. Kami warga di sini biasa saling berjabat tangan ketika berjumpa dan sebelum meninggalkan tempat. Ini ada dalam Islam, sehingga sebagian besar dari budaya kita adalah Islam,” kata Isa Teine seorang Sekretaris Umum Papua Nugini untuk Masyarakat Islam.

    Selain itu, menurut Isa Tiene tentang  poligami, beristeri lebih dari satu dalam syariat Islam diperbolehkan sampai maksimal empat istri. Sebelum Islam datang, orang-orang di Papua Nugini sudah terbiasa memiliki dua, tiga sampai empat istri. Karena Itulah, agama Islam mudah diterima dan berkembang cukup pesat di sini. Jadi, sangat mudah untuk warga Papua Nugini beradaptasi memeluk agama Islam.

    Isa Teine memprediksi,  dalam kurun waktu 20 sampai 30 tahun mendatang, agama Islam akan menyebar di seluruh Papua Nugini.

    Kenyataannya saat ini, terdapat 15 pusat-pusat pengajaran Islam yang ada di Papua Nugini, dan pada setiap pusat dipimpin oleh seorang imam. Banyak pula pemuda muslim Papua Nugini yang mendapatkan beasiswa untuk belajar ke luar negeri, seperti ke Malaysia, Arab Saudi dan Fiji. Setelah mereka kembali ke kampung halamannya, mereka menjadi guru, ulama serta ahli hukum Al-Qur’an.

    Begitulah kisah perkembangan Islam di negeri  sebelah timur Papua. Islam akan menyinari setiap tempat yang dilaluinya dengan ajaran yang sarat dengan keluhuran budi pekerti dan sangat menghormati budaya asli. 

    (Sumber: Gomuslim.co.id)   

    No comments:

    Post a Comment