Papua Nugini dengan Ibukota Port Moresby adalah sebuah
negara dengan pegunungan dan hutan yang pernah dijajah Belanda, Jerman, dan
Inggris secara berturut-turut sebelum diserahkan kepada Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), sampai kemerdekaannya pada 16 September 1975 dari
Australia.
Pada tahun 1981, terbentuk Asosiasi Muslim Papua Nugini
dengan tujuan utama untuk melayani keperluan umat Islam. Asosiasi antara lain
membawahi Bagian Pemuda, Bagian Urusan Perempuan dan Bagian Publikasi .
Dalam rangka mengkoordinir kegiatan dakwah secara lebih
baik, kaum muslim Papua Nugini mendirikan sebuah Islamic Center pada tahun
1988. Kegiatan Islamic Center dibantu Dewan Dakwah Asia Tenggara dan Pasifik
berbasis di Malaysia. Kementerian Urusan Islam Saudi Arabia pun membantu dengan
mengirimkan imam untuk memimpin shalat dan ibadah di Islamic Center Papua
Nugini.
Kemudian pada tahun 1996 didirikan tiga Islamic Center atas
bantuan Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islamy) berpusat di Makkah. Rabithah
bekerjasama dengan Kedutaan Besar Indonesia di Papua Nugini membangun masjid
agung berkapasitas 1.500 jamaah.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun-tahun berikutnya
jumlah penduduk asli Papua Nugini yang masuk Islam semakin bertambah. Pada
tahun 2000 jumlah umat Islam telah meningkat menjadi 2.000 orang. Jumlah itu
pun terus meningkat, meskipun banyak hambatan.
Pada tahun 2014, informasi terakhir menurut Islamic Center di Port Moresby,
penduduk muslim di Papua Nugini berjumlah sekitar 4.000 orang.
Menurut ulama setempat, Islam di Papua Nugini berkembang
pesat di wilayah dataran tinggi khususnya di Provinsi Simbu. Mereka yang masuk
Islam berasal dari suku Melanesia, yang dulu sebagian besar penduduknya adalah
pemeluk agama Kristen.
Para penduduk setempat menganggap bahwa ajaran Islam itu
lebih baik dan lebih mudah diterima jika dibandingkan dengan ajaran Kristen.
Misalnya adat mereka terbiasa
menghindari minuman keras dan makanan atau minuman yang memabukkan lainnya. Hal
itu mereka peroleh dari ajaran Islam.
Warga setempat terbiasa menjaga jarak hubungan antara wanita
dan pria. Hal itu pun mereka dapatkan dalam ajaran Islam.
Khalid, seorang imam masjid yang ikut pelatihan dakwah di
Malaysia, mengatakan banyaknya warga setempat yang masuk Islam bukan karena
mereka tidak suka dengan agama lain. Akan tetapi di dalam ajaran Islam mereka
merasa lebih nyaman. Menurutnya, praktik
Islam jauh lebih mudah daripada agama-agama lain. Seperti dalam agama Islam
diajarakan bahwa masing-masing penganutnya dapat berdoa secara langsung kepada
Tuhannya. Tidak perlu dititipkan kepada pendeta.
Warga pemeluk Islam Papua Nugini, merasakan bahwa Allah
Tuhan mereka tidak hanya ada di dalam tempat ibadah masjid, tetapi juga ada di
mana-mana. Jadi, kalau mereka ingin berdoa tidak harus di masjid saja, tetapi
ternyata bisa meminta kepada Tuhan di luar masjid, seperti di rumah, di bawah pohon, di mana
saja, terang Khalid.
Banyak warga tertarik pada Islam karena memang memiliki
banyak kesamaan dengan adat Melanesia. “Ketika kami memeluk Islam, kami
diajarkan saling memberi salam dan saling menyapa. Kami warga di sini biasa
saling berjabat tangan ketika berjumpa dan sebelum meninggalkan tempat. Ini ada
dalam Islam, sehingga sebagian besar dari budaya kita adalah Islam,” kata Isa
Teine seorang Sekretaris Umum Papua Nugini untuk Masyarakat Islam.
Selain itu, menurut Isa Tiene tentang poligami, beristeri lebih dari satu dalam
syariat Islam diperbolehkan sampai maksimal empat istri. Sebelum Islam datang,
orang-orang di Papua Nugini sudah terbiasa memiliki dua, tiga sampai empat
istri. Karena Itulah, agama Islam mudah diterima dan berkembang cukup pesat di
sini. Jadi, sangat mudah untuk warga Papua Nugini beradaptasi memeluk agama
Islam.
Isa Teine memprediksi,
dalam kurun waktu 20 sampai 30 tahun mendatang, agama Islam akan
menyebar di seluruh Papua Nugini.
Kenyataannya saat ini, terdapat 15 pusat-pusat pengajaran
Islam yang ada di Papua Nugini, dan pada setiap pusat dipimpin oleh seorang
imam. Banyak pula pemuda muslim Papua Nugini yang mendapatkan beasiswa untuk
belajar ke luar negeri, seperti ke Malaysia, Arab Saudi dan Fiji. Setelah
mereka kembali ke kampung halamannya, mereka menjadi guru, ulama serta ahli hukum
Al-Qur’an.
Begitulah kisah perkembangan Islam di negeri sebelah timur Papua. Islam akan menyinari
setiap tempat yang dilaluinya dengan ajaran yang sarat dengan keluhuran budi
pekerti dan sangat menghormati budaya asli.
(Sumber: Gomuslim.co.id)
No comments:
Post a Comment