Kita dituntut oleh Allah subhanahu wata'ala untuk bertakwa
atau beramal sesuai dengan kesanggupan kita. Allah subhanahu wata'ala berfirman
di dalam quran surat at-Tagabun ayat 16,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا
وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.
Di dalam ayat tersebut ada kalimat ‘Mastatho’tum, yang
artinya menurut atau sesuai dengan kesanggupanmu.
Lalu apa yang dimaksud dengan sesuai kesanggupanmu? Berkaitan
dengan hal ini ada kisah menarik yang patut kita simak dari Abdullah al-Azzam, seorang
syaikh teladan yang dihormati dan disegani oleh para muridnya.
Suatu hari ada muridnya yang bertanya,“Ya syekh, apa yang
dimaksud dengan mastatho’tum?”
Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan kemudian
meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga. Syaikh Abdullah Azzam
memerintahkan murid-muridnya mengelilingi lapangan semampu mereka.
Titik dan waktu keberangkatan sama, akan tetapi waktu akhir
dan jumlah putaran setiap murid akan berbeda sesuai dengan kesanggupan mereka. Satu
putaran masih belum terasa, mereka bersemangat berlari memutari lapangan.
Putaran kedua berkurang tenaga. Kini mulai berguguran perlahan di putaran
ketiga.
Hingga tersisa beberapa saja yang masih berusaha sekuat tenaga
berlari mengitari lapangan. Hingga akhirnya satu persatu merasa lelah,
menyerah. Mereka semuapun menepi ke pinggir lapangan, mereka tanpak kelelahan.
Mereka mengatakan bahwa mereka sudah berusaha sekuat tenaga, semampu mereka.
Setelah semua muridnya menyerah, Sang Syekh-pun tak mau
kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya
keheranan. Semua murid kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua itu
kepayahan. Satu putaran masih berseri seri. Dua putaran mulai pucat pasi. Tiga
putaran mulai kehilangan kendali.
Menuju putaran yang keempat Sang Syekh makin tampak
kelelahan, raut mukanya memerah, keringat bertetesan, nafas tersengal-sengat
tidak beraturan. Tapi dia tetap berusaha. Beliau terus berlari sekuat tenaga.
Langkahnya semakin melambat, melambat lagi hingga kemudian beliau
terhuyung-huyung. Energinya sudah terkuras habis karena berlari memutari lapangan
yang sangat luas tersebut.
Setelah itu, Syaikh Abdullah Azzam ambruk dan dikelilingi
murid-muridnya. Mereka tanpak heran dengan tekad kuat guru mereka mengelilingi
lapangan tersebut.
Di tengah helaan nafasnya, Syaikh Abdullah Azzam berkata,
“Muridku, Inilah yang dinamakan titik mastatho’tum! Sesuai dengan
kesanggupanmu. Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah
sendiri yang menghentikan perjuangan kita.” Jawab Sang Syekh dengan mantap.
Murid-muridnya mengangguk paham.
Nah, terkadang kita salah mengartikan mastatho’tum, sesuai
dengan kesanggupanmu. Kita menyerah dari berjuang dengan alasan mastatho’tum.
Kita berhenti melakukan amal atau mengendor dari amal karena alasan sesuai
dengan kemampuan.
Jika pola pikir itu diterapkan, maka tak ada lagi kebaikan.
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam berjuang menegakan
kalimatullah dengan seluruh potensi dan kemampuannya. Ya, beliau mengerahkan
semua usaha hingga Allah sendiri yang berkehendak islam jaya lewat jerih payah
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam.
Sesuai dengan kemampuan berarti mengerahkan seluruh energy dan
potensi untuk berjuang dan beramal, bukan berhenti di tengah jalan dengan
alasan lelah, tidak kuat dan melontarkan ayat mastatho’tum sebagai argument
untuk berhenti dari beramal.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment