Sahabat hijrah yang dirahmati Allah, apa yang ada di benak
sahabat ketika mendengar kata bangkrut? Apakah sahabat membayangkan bahwa orang
yang bangkrut adalah orang yang hancur usahanya atau tidak memiliki harta dan
uang yang melimpah? Atau sahabat membayangkan bahwa orang bangkrut adalah orang
yang telah kehilangan apa yang dimilikinya dari kemewahan dan pada akhirnya
harus menerima belas kasih orang?
Nah sahabat, mungkin bangkrut di dunia, bangkrut dalam harta
benda tidak akan selamanya terjadi. Seseorang bisa bangkit dari kegagalan dan
berusaha memulainya kembali dari awal. Atau seenggaknya walaupun dia bangkrut,
ada saudara, teman atau orang-orang terdekat yang akan menolongnya. Betul nggak
sob.
Tapi beda halnya ketika kita bangkrut di akhirat. Bangkrut di
akhirat nggak ada kata kesempatan kedua. Mungkin di dunia ketika usaha kita
bangkrut, kita bisa memulainya kembali dari nol, tapi ketika kita bangkrut di
akhirat, kita tidak bisa memulai kehidupan di dunia lagi. Kita juga nggak bisa
menemukan orang-orang yang bisa menolong kita. Kita nggak akan menemukan saudara,
orang tua atau sahabat kita.
Nah, mungkin sahabat bertanya-tanya, bangkrut di akhirat
seperti apa sih?
Untuk lebih jelasnya, yuk kita simak hadits Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam yang menjelaskan tentang orang yang paling bangkrut.
Suatu ketika Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bertanya
kepada para sahabat,
أَتَدْرُونَ
مَنِ الْمُفْلِسُ؟
Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” maka para
sahabat menjawab sesuai dengan apa yang mereka tahu,
الْمُفْلِسُ
فِينَا مَنْ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ.
Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang
tidak punya dirham dan tidak punya harta.”
Setelah itu Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ
الْمَفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاة وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ
وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ
هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا،
“Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari
kiamat nanti dengan membawa amal ibadah shalat, puasa, dan zakat, namun ia
telah menghina seseorang, menuduh orang, memakan harta orang, menumpahkan darah
orang, dan memukul orang.
فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ،
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَي مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طَرِحَ فِي النَّارِ
Orang yang didzaliminya ini diberi amal kebaikannya dan yang
didzaliminya itu diberi dari kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum
terbayar semua tanggungannya, dosa-dosa mereka yang dizalimi diambil lalu
ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.
Hadits Riwayat Muslim
Nah sob, ngeri banget ya. bagaimana kecewa dan sesak dada
kita ketika semua amal kebaikan kita lenyap karena harus membayar kedzaliman
yang kita lakukan terhadap orang lain. Kedzaliman kita dibayar oleh pahala kita
sendiri. Lebih ngeri lagi ketika pahala kita sudah habis, sementara kedzaliman
kita masih banyak, maka dosa-dosa orang yang dizalimi ditimpakan kepada kita.
Nah, itu ceritanya kalo kita memiliki amal kebaikan. Bagaimana
ceritanya kalau kita nggak punya pahala amal kebaikan. Sudah mendzalimi banyak
orang lain, miskin pahala pula. Tentunya siksanya berlipat-lipat. Naudzubillahi
min dzalik.
Makanya sob, di dalam quran surat al-Kahfi ayat 29, Allah subhanahu wata'ala berfirman,
إِنَّآ
أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ
يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ
مُرۡتَفَقًا ٢٩
Sesungguhnya telah Kami sediakan bagi orang orang zalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta minum, niscaya
mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan
muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”
Sahabat hijrah, Orang yang menzalimi orang lain sebenarnya
sedang menghancurkan dirinya sendiri. Seperti pepatah mengatakan, “Barang siapa
menggali lubang untuk mencelakakan saudaranya, ia terjatuh sendiri ke dalam
lubang itu.”
Sahabat hijrah, Kezaliman itu bermacam-macam. Ada yang
berkaitan dengan hak Allah ‘azza wa jalla dan ada yang berhubungan dengan
hak-hak manusia.
Yang berkaitan dengan hak Allah ‘azza wa jalla adalah dengan
menerjang larangan-larangan Allah ‘azza wa jalla, meninggalkan perintah-Nya,
dan mendustakan berita-Nya. Tentunya kezaliman paling besar adalah menyekutukan
Allah ‘azza wa jalla. Apabila orang yang menyekutukan Allah ‘azza wa jalla mati
dalam keadaan belum bertobat dari kesyirikannya, dia tidak akan diampuni. Adapun
osa selain menyekutukan Allah ‘azza wa jalla masih ada harapan untuk diampuni.
Adapun kezaliman yang berkaitan dengan hak-hak manusia,
urusannya lebih rumit. Seseorang yang menzalimi orang lain harusnya meminta
keridhoannya dan meminta maaf. Kalo yang dizalimi berupa harta yang diambil,
maka wajib mengembalikannya dan meminta maaf. Kalo nggak demikian, maka
ancamannya mengerikan. Ya seperti yang dijelaskan di hadits yang tadi kita
simak.
Sahabat hijrah, muslim yang baik adalah muslim yang
memberikan rasa aman kepada saudaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
الْمُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Seorang muslim yang hakiki adalah orang yang kaum muslimin
terhindar dari kejahatan lisan dan tangannya.”
Berkaitan dengan hadits yang satu ini, Asy-Syaikh as-Sa’di
menerangkan bahwa Islam yang hakiki adalah berserah diri kepada Allah ‘azza wa
jalla, menyempurnakan peribadatan kepada-Nya, menunaikan hak-hak-Nya, dan
hak-hak kaum muslimin. Jadi nggak cukup dengan menunaikan hak-hak Allah subhanahu
wata'ala, tapi harus diiringi dengan menunaikan hak-hak manusia. Istilahnya,
Habluminallah dengan hablum minan nas.
Kemudian sahabat, perlu kita ketahui juga bahwa ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim adalah
muslim lain terhindar dari kejahatan lisan dan tangannya.” Nggak berarti kita
boleh menzalimi orang kafir dengan merampas haknya. Sebab, orang kafir pun
bermacam-macam.
Ada kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang tinggal di negeri
muslimin dan membayar jizyah kepada pemerintah muslimin. Ada pula orang kafir
yang masuk ke negara muslimin dan mendapatkan jaminan keamanan alias suaka
politik dari pemerintah muslimin. Ada lagi orang kafir yang mengikat perjanjian
damai dengan kaum muslimin.
Adapun realita masa kini, walaupun Negara kita bukan Negara islam,
kita dituntut untuk bersikap baik dengan non-muslim selama mereka bersikap baik
sama kita. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan baik sebagai sesama
manusia, atau bahkan sesama tetangga.
Selain itu sahabat, orang yang bangkrut di akhirat itu bukan Cuma
orang yang mendzalimi orang lain. Diantara orang yang paling bangkrut di
akhirat adalah orang yang melakukan amal tapi nggak ada contohnya dari
Rasulullah.
Berkaitan dengan hal ini, Allah subhanahu wata'ala berfirman
di dalam quran surat al-Kahfi ayat 103 dan 104,
قُلۡ
هَلۡ نُنَبِّئُكُم بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَٰلًا ١٠٣ ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي
ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا ١٠٤
Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang
yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya.” (al-Kahfi: 103—104)
Nah sahabat hijrah, oleh karena itu kita harus memperhatikan
amalan kita. Amal kita tidak hanya cukup dengan ikhlas saja, tapi juga harus
ittiba’ atau mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah shollallahu 'alaihi
wasallam.
Nah sahabat hijrah, yuk kita berdoa kepada Allah subhanahu
wata'ala semoga kita tidak termasuk orang yang bangkrut dan diberi
keistiqomahan di jalan kebenaran.
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment