Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Tuesday, July 24, 2018

    Orang yang Bangkrut


    Sahabat hijrah yang dirahmati Allah, apa yang ada di benak sahabat ketika mendengar kata bangkrut? Apakah sahabat membayangkan bahwa orang yang bangkrut adalah orang yang hancur usahanya atau tidak memiliki harta dan uang yang melimpah? Atau sahabat membayangkan bahwa orang bangkrut adalah orang yang telah kehilangan apa yang dimilikinya dari kemewahan dan pada akhirnya harus menerima belas kasih orang?
    Nah sahabat, mungkin bangkrut di dunia, bangkrut dalam harta benda tidak akan selamanya terjadi. Seseorang bisa bangkit dari kegagalan dan berusaha memulainya kembali dari awal. Atau seenggaknya walaupun dia bangkrut, ada saudara, teman atau orang-orang terdekat yang akan menolongnya. Betul nggak sob.
    Tapi beda halnya ketika kita bangkrut di akhirat. Bangkrut di akhirat nggak ada kata kesempatan kedua. Mungkin di dunia ketika usaha kita bangkrut, kita bisa memulainya kembali dari nol, tapi ketika kita bangkrut di akhirat, kita tidak bisa memulai kehidupan di dunia lagi. Kita juga nggak bisa menemukan orang-orang yang bisa menolong kita. Kita nggak akan menemukan saudara, orang tua atau sahabat kita.
    Nah, mungkin sahabat bertanya-tanya, bangkrut di akhirat seperti apa sih?
    Untuk lebih jelasnya, yuk kita simak hadits Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam yang menjelaskan tentang orang yang paling bangkrut.
    Suatu ketika Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat,
            أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟
    Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” maka para sahabat menjawab sesuai dengan apa yang mereka tahu,
    الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ.
    Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.”
    Setelah itu Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda,
    إِنَّ الْمَفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاة وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا،

    “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa amal ibadah shalat, puasa, dan zakat, namun ia telah menghina seseorang, menuduh orang, memakan harta orang, menumpahkan darah orang, dan memukul orang.
     فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَي مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طَرِحَ فِي النَّارِ
    Orang yang didzaliminya ini diberi amal kebaikannya dan yang didzaliminya itu diberi dari kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar semua tanggungannya, dosa-dosa mereka yang dizalimi diambil lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.
    Hadits Riwayat Muslim
    Nah sob, ngeri banget ya. bagaimana kecewa dan sesak dada kita ketika semua amal kebaikan kita lenyap karena harus membayar kedzaliman yang kita lakukan terhadap orang lain. Kedzaliman kita dibayar oleh pahala kita sendiri. Lebih ngeri lagi ketika pahala kita sudah habis, sementara kedzaliman kita masih banyak, maka dosa-dosa orang yang dizalimi ditimpakan kepada kita.
    Nah, itu ceritanya kalo kita memiliki amal kebaikan. Bagaimana ceritanya kalau kita nggak punya pahala amal kebaikan. Sudah mendzalimi banyak orang lain, miskin pahala pula. Tentunya siksanya berlipat-lipat. Naudzubillahi min dzalik.
    Makanya sob, di dalam quran surat al-Kahfi ayat  29, Allah subhanahu wata'ala berfirman,
    إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا ٢٩
    Sesungguhnya telah Kami sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”
    Sahabat hijrah, Orang yang menzalimi orang lain sebenarnya sedang menghancurkan dirinya sendiri. Seperti pepatah mengatakan, “Barang siapa menggali lubang untuk mencelakakan saudaranya, ia terjatuh sendiri ke dalam lubang itu.”
    Sahabat hijrah, Kezaliman itu bermacam-macam. Ada yang berkaitan dengan hak Allah ‘azza wa jalla dan ada yang berhubungan dengan hak-hak manusia.
    Yang berkaitan dengan hak Allah ‘azza wa jalla adalah dengan menerjang larangan-larangan Allah ‘azza wa jalla, meninggalkan perintah-Nya, dan mendustakan berita-Nya. Tentunya kezaliman paling besar adalah menyekutukan Allah ‘azza wa jalla. Apabila orang yang menyekutukan Allah ‘azza wa jalla mati dalam keadaan belum bertobat dari kesyirikannya, dia tidak akan diampuni. Adapun osa selain menyekutukan Allah ‘azza wa jalla masih ada harapan untuk diampuni.
    Adapun kezaliman yang berkaitan dengan hak-hak manusia, urusannya lebih rumit. Seseorang yang menzalimi orang lain harusnya meminta keridhoannya dan meminta maaf. Kalo yang dizalimi berupa harta yang diambil, maka wajib mengembalikannya dan meminta maaf. Kalo nggak demikian, maka ancamannya mengerikan. Ya seperti yang dijelaskan di hadits yang tadi kita simak.
    Sahabat hijrah, muslim yang baik adalah muslim yang memberikan rasa aman kepada saudaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
    Seorang muslim yang hakiki adalah orang yang kaum muslimin terhindar dari kejahatan lisan dan tangannya.”
    Berkaitan dengan hadits yang satu ini, Asy-Syaikh as-Sa’di menerangkan bahwa Islam yang hakiki adalah berserah diri kepada Allah ‘azza wa jalla, menyempurnakan peribadatan kepada-Nya, menunaikan hak-hak-Nya, dan hak-hak kaum muslimin. Jadi nggak cukup dengan menunaikan hak-hak Allah subhanahu wata'ala, tapi harus diiringi dengan menunaikan hak-hak manusia. Istilahnya, Habluminallah dengan hablum minan nas.
    Kemudian sahabat, perlu kita ketahui juga bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim adalah muslim lain terhindar dari kejahatan lisan dan tangannya.” Nggak berarti kita boleh menzalimi orang kafir dengan merampas haknya. Sebab, orang kafir pun bermacam-macam.
    Ada kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang tinggal di negeri muslimin dan membayar jizyah kepada pemerintah muslimin. Ada pula orang kafir yang masuk ke negara muslimin dan mendapatkan jaminan keamanan alias suaka politik dari pemerintah muslimin. Ada lagi orang kafir yang mengikat perjanjian damai dengan kaum muslimin.
    Adapun realita masa kini, walaupun Negara kita bukan Negara islam, kita dituntut untuk bersikap baik dengan non-muslim selama mereka bersikap baik sama kita. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan baik sebagai sesama manusia, atau bahkan sesama tetangga.
    Selain itu sahabat, orang yang bangkrut di akhirat itu bukan Cuma orang yang mendzalimi orang lain. Diantara orang yang paling bangkrut di akhirat adalah orang yang melakukan amal tapi nggak ada contohnya dari Rasulullah.
    Berkaitan dengan hal ini, Allah subhanahu wata'ala berfirman di dalam quran surat al-Kahfi ayat 103 dan 104,
    قُلۡ هَلۡ نُنَبِّئُكُم بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَٰلًا ١٠٣ ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا ١٠٤
    Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (al-Kahfi: 103—104)
    Nah sahabat hijrah, oleh karena itu kita harus memperhatikan amalan kita. Amal kita tidak hanya cukup dengan ikhlas saja, tapi juga harus ittiba’ atau mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam.
    Nah sahabat hijrah, yuk kita berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala semoga kita tidak termasuk orang yang bangkrut dan diberi keistiqomahan di jalan kebenaran.
    Wallahu a’lam.

    No comments:

    Post a Comment