Ada diantara penuntut ilmu yang giat belajar hanya karena
ingin terlihat pintar dan piawai dalam berdebat. Ilmu yang dia miliki hanya
untuk bekal berdebat antara sesama. Bukan untuk beramal, bukan pula untuk
mendakwahkan kebaikan.
Mendiskusikan
ilmu itu baik dan penuh manfaat. Tapi memperdebatkannya amatlah buruk. Diskusi
membukakan pikiran dan mendekatkan hati sesama penuntut ilmu. Adapun
memperdebatkan ilmu, Imam Malik rahimahullah berkata, “Perdebatan tentang ilmu
itu membuat hati keras dan menimbulkan kedengkian.”
Karena jidal atau perdebatan timbul dari nafsu,
kesombongan dan egoisme.
Imam Syafi’i
adalah adalah seorang ulama besar yang banyak melakukan dialog dan pandai dalam
berdebat. Sampai-sampai Harun bin Sa’id berkata: “Seandainya Syafi’i berdebat
untuk mempertahankan pendapat bahwa tiang yang pada aslinya terbuat dari besi
adalah terbuat dari kayu niscaya dia akan menang, karena kepandaiannya dalam berdebat”.
Imam Syafi’i
berkata : “Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan”
Selain itu, kita juga dituntut untuk diam dan tidak
melayani orang-orang yang suka mendebat kita. Apalagi jika tujuan dari
perdebatan itu hanya untuk gagah-gagahan atau membahas hal-hal yang tidak
berguna.
Ada pepatah Imam Syafi’i yang mengatakan,“Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu
kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan”
“Apakah kamu
tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam? Sedangkan
seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong?”
Nasehat Imam
Syafi’i yang lainnya “Orang pandir
mencercaku dengan kata-kata jelek, maka aku tidak ingin untuk menjawabnya. Dia
bertambah pandir dan aku bertambah lembut, seperti kayu wangi yang dibakar
malah menambah wangi”
Bahkan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam sendiri memberi apresiasi yang besar kepada orang yang
meninggalkan perdebatan.
“Aku akan
menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun
dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah
surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan
aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang
membaguskan akhlaknya.” [HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Tidak ada satu kaum yang tersesat
setelah mendapat petunjuk, melainkan karena mereka suka berjidal.” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat: “Mereka tidak memberikan
perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya
mereka adalah kaum yg suka bertengkar. (QS Az-Zuhruf [43]: 58 )” (HR.
At-Tirmidzi no. 3253, Ibnu Majah dan Ahmad)
Imam Malik
rahimahullah, berkata: “Berjidal adalah
menghilangkan cahaya ilmu dan mengeraskan hati, serta menyebabkan permusuhan.”
(Ibnu Rajab, Fadhlu Ilmi salaf ‘alal Khalaf: 35)
Kesimpulannya
perdebatan yang harus dihindari adalah perdebatan dengan orang-orang yang
memperturutkan hawa nafsu.
Firman Allah
ta’ala yang artinya
“Janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah”.(QS Shaad [38]:26)
“Katakanlah:
“Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat
demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”
(QS An’Aam [6]:56)
Ciri-ciri
orang yang berdebat dengan memperturutkan hawa nafsu adalah
1. Suka mencerca dengan kata-kata jelek atau
mencela
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan,
dan membunuhnya adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Orang yang
fasik adalah orang yang secara sadar melanggar larangan atau hukum agama,
sebagaimana yang disampaikan dalam firman Allah ta’ala yang artinya, “(yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya
dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS
Al Baqarah [2]:27)
Bagi
orang-orang yang fasik, tempat mereka adalah neraka jahannam
Firman Allah
ta’ala yang artinya, “Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka
adalah jahannam” (QS Sajdah [32]:20).
2. Suka debat kusir
“Debat
kusir” gabungan dua kata debat dan kusir
Kusir adalah
orang yang mengemudikan delman sehingga kalau seorang kusir berbicara maka akan
membelakangi penumpangnya atau paling tidak menyamping
Jadi debat
kusir adalah debat yang “membelakangi” pendapat teman debat sehingga debat tak
ada ujung akhirnya atau debat tidak berguna atau debat tidak nyambung atau
debat tidak disertai alasan yang masuk akal.
Mereka
“membelakangi” pendapat teman debat atau mereka tidak menganggap pendapat teman
debat atau bahkan dalam diskusi di dunia maya (internet) seperti jejaring
sosial maupun forum-forum diskusi lainnya yang dilakukan dengan tulisan, mereka sama sekali tidak membaca pendapat
teman debat dikarenakan mereka beranggapan atau berprasangka bahwa pendapat
teman debat bertentangan dengan ulama salaf.
Kadang ada orang yang tidak bisa menghindar dari
perdebatan karena takut dibilang tidak punya nyali alias penakut dan takut
kalah. Lebih baik dikatakan penakut daripada menimbulkan kerusakan dan
permusuhan.
Mari sejenak
kita renungi perkataan Imam Ahmad rahimahullah sebagaimana dinukil Ibnu Abdil
Barr, “Tak akan pernah bahagia orang yang suka berdebat. Dan tidaklah engkau
menjumpai seseorang yang suka berdebat kecuali di hatinya tersimpan sebuah
penyakit.”
Semoga kita terhindar dari jerat jidal.
Disadur dengan perubahan dari mutiarazuhud.wordpress.com
No comments:
Post a Comment