Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Tuesday, August 8, 2017

    Antara Penuntut Ilmu dan Hafalan al-Quran

    Al-quran adalah pedoman dan sumber dari segala ilmu dan pengetahuan. Banyak manusia yang terhalang dari tujuannya dalam menuntut ilmu karena meninggalkan ushul atau landasan pokoknya. Adapun landasan pokok dari ilmu adalah al-Quran dan sunnah.

    Sebagai seorang penuntut ilmu, kita dituntut untuk memprioritaskan diri dalam menghafal al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

    Al-Quran adalah pokok dari ilmu. Maka, ketika menghafalnya maka al-quran bisa membantu kita dalam memahami hukum syari’at di dalam al-quran dan sunnah Rasulullah.
    Tentunya bukan hanya sekedar menghafal, tapi juga memahami al-Quran dengan menelaah tafsirnya dan semua ilmu yang berkaitan dengan al-Quran termasuk bahasa arab.

    Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullaah mengatakan, “Yang paling penting bagi seseorang dalam menuntut ilmu adalah mempelajari tafsir Kalamullaah karena Kalamullaah seluruhnya adalah ilmu. Allah Ta’ala berfirman,

    وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

    Dan Kami turunkan Al-Kitab (Al-Qur-an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).” [An-Nahl: 89]

    Dahulu para Shahabat tidak pernah melewati sepuluh ayat sampai mereka mempelajari apa yang ada di dalamnya berupa ilmu dan amal sehingga mereka mempelajari Al-Qur-an, ilmu, dan amal sekaligus.

    Sesungguhnya menghafalkan Al-Qur-an bukan merupakan kewajiban atas seorang penuntut ilmu, tetapi hafalannya adalah kunci menuju jalan pemahaman. Hendaklah seorang penuntut ilmu mengetahui bahwa menghafalkan Al-Qur-an dan mengamalkannya dapat menambah ketinggian derajat.

    Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَ يَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ.

    Sesungguhnya Allah Ta’ala mengangkat (derajat) beberapa kaum dengan Kitab (Al-Qur-an) dan merendahkan yang lainnya dengan Al-Qur-an”. [Diriwayatkan oleh Muslim (no. 817), dari Sha-habat ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu]

    Sebelum kita bertekad untuk menghafalkan al-quran, maka kita perlu berdoa kepada Allah dengan ikhlas agar diberi kemudahan dalam menghafal al-Quran. Hendaknya menghafal dilakukan dengan ikhlas, semata-mata karena Allah.

    Selain itu juga dianjurkan membaca terjemah dari hafalan dan tafsir ayat yang dihafal.
    Selain itu, seorang penghafal al-Quran juga hendaknya menjauhi maksiat dan menjaga makanan dari yang haram dan syubhat. Karena tidak mungkin al-Quran ada di dalam hati yang kotor oleh noda maksiat.

    Imam adh-Dhahhak rahimahullaah mengatakan, “Tidaklah seseorang mempelajari Al-Qur-an kemudian ia lupa, melainkan disebabkan dosa.” Beliau lalu membaca firman Allah,

    وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

    “Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy-Syuura: 30]

    Kemudian beliau melanjutkan, “Musibah apakah yang lebih besar daripada melupakan al-Qur-an?”

    Bagi yang sudah hafal beberapa juz Al-Qur-an atau yang sudah hafal 30 juz, hendaklah ia selalu muraja’ah atau mengulang-ulang hafalannya dan menjaganya dengan baik karena Al-Qur-an lebih cepat hilangnya daripada unta yang diikat.

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    تَعَاهَدُوْا هَذَا الْقُرْآنَ، فَوَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُتَا مِنَ الْإِبِلِ فِيْ عُقُلِهَا

    Bacalah selalu Al-Qur’an ini. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh, Al-Qur-an itu lebih mudah lepas daripada seekor unta dalam ikatannya”[HR. Bukhori dan Muslim dari sahabat Abu Musa al-Asy’ary]

    No comments:

    Post a Comment