Pak ustadz, saya termasuk orang yang gampang marah. Bagaimana
agar saya tidak gampang marah ustadz. Beri saya kiatnya. Terimakasih
Doel
Jawaban
Salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah
marah. Dengan cara ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia.
Karena marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat
takdir, ngomong jorok, mencaci habis, bahkan sampai kalimat cerai yang
membubarkan rumah tangganya.
Karena marah pula, manusia bisa merusak semua yang ada di
sekitarnya. Dia bisa banting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri,
bahkan sampai tindak pembunuhan. Di saat itulah, misi setan untuk merusak
menusia tercapai.
Tentu saja, permsalahannya tidak selesai sampai di sini.
Masih ada yang namanya balas dendam dari pihak yang dimarahi. Anda bisa
bayangkan, betapa banyak kerusakan yang ditimbulkan karena marah.
Menyadari hal ini, islam sangat menekankan kepada umat
manusia untuk berhati-hati ketika emosi. Banyak motivasi yang diberikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar manusia tidak mudah terpancing
emosi. Diantaranya, beliau menjanjikan sabdanya yang sangat ringkas,
لا
تغضب ولك الجنة
Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani dan dinyatakan
shahih dalam kitab shahih At-Targhib)
Allahu akbar, jaminan yang luar biasa. Surga..dihiasi dengan
berbagai kenikmatan, bagi mereka yang mampu menahan amarah. Semoga ini bisa
memotivasi kita untuk tidak mudah terpancing emosi.
Lalu bagaimana Cara Mengendalikan Diri Ketika Sedang Emosi?
Agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar,
ada beberapa cara mengendalikan emosi yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunah.
Semoga bisa menjadi obat mujarab bagi kita ketika sedang marah.
Pertama, segera memohon perlindungan kepada Allah dari godaan
setan, dengan membaca ta’awudz
أعوذُ
بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
Karena sumber marah adalah setan, sehingga godaannya bisa
diredam dengan memohon perlindungan kepada Allah.
Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau
menceritakan,
Suatu hari saya duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah
wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِني
لأعلمُ كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ
الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُ
Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh
orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi
minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, Diam dan jaga lisan
Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga
bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam
merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).
Ketiga, mengambil posisi lebih rendah
Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi..
dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan
posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya.
Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini diredam dengan mengambil posisi
yang lebih rendah dan lebih rendah. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan,
إِذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ
وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ
Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya
dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang,
hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad, Abu Daud).
Keempat, Ingatlah keutamaan menahan amarah sehingga kita bisa
meredam marah
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قادرٌ على أنْ يُنفذهُ دعاهُ اللَّهُ سبحانهُ وتعالى على
رءوس الخَلائِقِ يَوْمَ القيامةِ حتَّى يُخيرهُ مِنَ الحورِ العين ما شاءَ
Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu
meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari
kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.
(HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)
Subhanallah.., siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil
oleh Allah di hadapan semua makhluk pada hari kiamat, untuk menerima balasan
yang besar? Semua manusia dan jin menyaksikan orang ini, maju di hadapan mereka
untuk menerima pahala yang besar dari Allah ta’ala. pahala ini Allah berikan
kepada orang yang hanya sebatas menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya.
Bisa kita bayangkan, betapa besar pahalanya, ketika yang dia lakukan tidak
hanya menahan emosi, tapi juga memaafkan kesalahan orang tersebut dan bahwa
membalasnya dengan kebaikan.
Pujian yang indah dan balasan yang besar ini diberikan karena
sebatas menahan emosi. Bagaimana lagi jika ditambahkan dengan sikap memaafkan
atau bahkan membalasnya dengan kebaikan.
Yang penting, anda jangan berputus asa, karena semua bisa
dilatih. Belajarlah untuk mengingat peringatan Allah, dan ikuti serta laksanakan.
Bisa juga anda minta bantuan orang di sekitar anda, suami, istri, anak anda,
pegawai, dan orang di sekitar anda, agar mereka segera mengingatkan anda dengan
janji-janji di atas, ketika anda sedang marah.
Pada kasus sebaliknya, ada orang yang marah di masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaupun meminta salah satu sahabat
untuk mengingatkannya, agar membaca ta’awudz, A-‘udzu billahi minas syaithanir
rajim..
Kelima, Segera berwudhu atau mandi
Marah dari setan dan setan terbuat dari api. Padamkan dengan
air yang dingin.
Terdapat hadis dari Urwah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu, yang
mengatakan,
إِنَّ
الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ
وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari
api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia
berwudhu. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
hadis ini dinilai lemah oleh para ulama. Akan tetapi beberapa
pakar tetap menganjurkan untuk berwudhu, tanpa diniatkan sebagai sunah. Terapi
ini dilakukan hanya dalam rangka meredam panasnya emosi dan marah.
No comments:
Post a Comment