Bulan Ramadhan memiliki banyak keberkahan, keutamaan dan
berbagai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya.
Ramadhan adalah bulan
dimana terampuninya dosa-dosa dan terhapusnya berbagai kesalahan.
مَنْ صَامَ
رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan
mengharapkan pahala (dari Allah Subhanahu wa Ta’ala), niscaya akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.” [ Hadits Riwayat Bukhori]
Dan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ
وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ
إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا
اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرَ.
“Shalat fardhu lima waktu, shalat Jum’at ke Jum’at
berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang
dilakukan di antara masa tersebut seandainya dosa-dosa besar
dijauhkannya.”[Hadits Riwayat Muslim]
Maka, sahabat. Jangan sia-siakan kesempatan ini dengan terus
melantunkan istighfar dan taubat yang penuh kesungguhan. Isi hari-hari kita
selama Ramadhan dengan amal unggulan. Semoga Allah menghapus segala kesalahan
dan kekhilafan kita semua.
Ramadhan adalah dimana
kita bisa menemukan Malam yang nilainya sama seperti Seribu Bulan. Malam
Lalilatul Qodar.
Amal-Amal Yang Dikerjakan Pada Malam Mulia Ini Akan
Dilipatgandakan Dan Pengampunan Dosa-Dosa Orang Yang Menghidupkan lailatul Qadr
ini.
Allah Tabaaraka wa Ta’aalaa berfirman dalam surat al-Qadr:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْر
ِلَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seri-bu bulan.” [al-Qadr/97: 2-3]
Keberkahan Lain Dari Lailatul Qadr Ini, Yaitu Turunnya Para
Malaikat Pada Malam Yang Mulia Ini.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Qadr:
تَنَزَّلُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ
مِنْ كُلِّ
“Pada malam itu turun Malaikat-Malaikat dan Malaikat Jibril
dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan.” [al-Qadr/97: 4]
Oleh karena itu, persiapkanlah diri kita untuk menyambut
malam itu. berlomba-lombalah dalam melakukan amal ibadah di sepuluh hari
terakhir ramadhan. Karena Rasulullah saw di dalam sabdanya menyatakan Lailatul
qodr berada di malam ganjil di sepuluh hari terakhir ramadhan. Hanya saja, kita
tidak tahu, di malam yang mana.
Ramadhan adalah
dimana ketika itu pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup
serapat-rapatnya.
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ
أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ.
“Apabila Ramadhan datang maka pintu-pintu Surga dibuka,
pintu-pintu Neraka ditutup dan syaitan-syaitan dibelenggu.” [Sahih Bukhori]
Ramadhan adalah
dimana kita bisa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt.
Sehingga dengan
memperbaharui ketakwaan ini, kita bisa menjadi seorang hamba yang suci jiwanya
dan terasah keimanannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
[Al-Baqarah: 183]
Ramadhan menjaga kita
dari segala perbuatan yang penuh cela, keji dan kotor.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dari
hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan dalam kitab
ash-Shahiihain:
وَالصِّيَامُ
جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ
صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ
يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ
أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ.
“Puasa itu adalah perisai, jika suatu hari salah seorang di
antara kalian dalam keadaan berpuasa, maka hendaknya dia tidak berkata kotor
dan berteriak-teriak. Jika seseorang mencela dan mencacinya, hendaknya ia
mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’” [Shahih Bukhori]
“Puasa adalah perisai,” maknanya bahwa puasa memelihara
pelakunya dari adzab Neraka pada hari Kiamat, puasa memeliharanya dari hawa
nafsu dan kemungkaran dalam kehidupan dunianya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah
membimbing orang yang berpuasa untuk meninggalkan perkataan kotor dan keji,
perbuatan-perbuatan yang buruk serta meninggalkan emosi kemarahan. Dan akhlak
pelaku puasa yang mulia ini akan membantunya meraih derajat takwa. Itulah
perangai yang terpuji.
Ramadhan adalah bulan
dimana pahala dilipat gandakan berlipat-lipat banyaknya.
Berdasarkan hadits yang tertera dalam kitab ash-Shahiihain
dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhhu:
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ
لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ
لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ…
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Setiap amal yang
dilakukan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu
untuk-Ku. Akulah yang akan mengganjarnya…’”
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ
يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى
سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللهُ
عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي
بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ
مِنْ أَجْلِي.
“Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan.
Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.
Lalu Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu
untuk-Ku dan Aku-lah yang memberi ganjarannya. Orang yang berpuasa meninggalkan
syahwat dan makannya demi Aku semata.” [Shahih Muslim]
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Firman Allah Ta’ala
yang menyatakan, ‘Dan Aku-lah yang memberi ganjarannya,’ merupakan penjelasan
yang nyata tentang kebesaran karunia Allah dan melimpahnya balasan pahala-Nya
karena sesungguhnya orang yang mulia dan dermawan jika mengabarkan bahwa dia
sendiri yang akan menanggung balasannya.
Ini menunjukkan betapa besar kadar balasan yang dia
persembahkan dan betapa luas pemberian yang Dia berikan.”
Sesungguhnya bau
mulut orang yang berpuasa itu lebih baik di sisi Allah Ta’ala daripada wangi
minyak kesturi.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu :
وَالَّذِي
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخَلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ
عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ
الْمِسْكِ.
“Demi Rabb yang jiwa Muhammad (berada) di tangan-Nya,
sungguh bau mulut seorang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada
wangi minyak kesturi.”
Hal ini menunjukkan betapa agung perkara pu-asa di sisi
Allah Ta’ala. Sampai-sampai sesuatu yang menurut manusia dibenci dan dianggap
jijik, ternyata di sisi Allah merupakan sesuatu yang disukai. Karena hal
tersebut dibangun di atas sendi puasa yang merupakan implementasi dari ketaatan
kepada Allah.
Sesungguhnya bagi
orang yang berpuasa itu mendapatkan dua kebahagiaan
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam sebuah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :
لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ
وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ
بِصَوْمِهِ.
“Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kebahagiaan,
berbahagia pada saat dia berbuka, berbahagia dengan puasanya itu dan pada saat
ia berjumpa Rabb-nya.”
Pengistimewaan
terhadap orang-orang yang berpuasa dengan masuknya mereka ke dalam Surga lewat
pintu khusus yang bernama ar-Rayyaan.
Dalilnya adalah hadits Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu anhu dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا
يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ
مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ
يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ.”
“Sesungguhnya di Surga itu ada sebuah pintu yang disebut
ar-Rayyaan. Pada hari Kiamat nanti orang-orang yang suka berpuasa akan masuk
Surga lewat pintu itu. Tidak ada seorang pun selain mereka yang diperkenankan
(untuk masuk Surga) lewat pintu itu.” [Shahih Bukhori]
Ramadhan Bulan Pengendalian diri.
Di Bulan Ramadhan kita harus membiasakan diri untuk bersabar
menghadapi berbagai kesulitan dan musibah.
Oleh karena itu, bulan ini disebut bulan kesabaran (syahru
ash-shabri). Makna asal ash-shabru (kesabaran) adalah al-habsu (mengekang,
menahan diri). Maka, di dalam puasa terdapat pengekangan atau penahanan diri
dari (syahwat) makan dan sebagian (nafsu) kelezatan.
Ramadhan bulan Pembinaan akhlak.
Diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ
الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ ِلهِg
حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ
طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan
dusta, maka Allah tidak butuh (terhadap puasanya) walaupun ia meninggalkan
makan dan minumnya.” [Shahih Bukhori]
Hakekat puasa adalah berpuasanya kedua mata dari memandang
sesuatu yang haram, beruasanya pendengaran dari mendengar sesuatu yang
diharamkan, puasanya lisan dari perkataan dusta, keji dan sejenisnya dan
berpuasanya seluruh anggota tubuh dari melakukan sesuatu yang haram. Dalam
ritual puasa terdapat pendidikan bagi setiap individu mengenai persamaan antara
yang fakir dan yang kaya, berbuat baik kepada kaum fakir dan miskin.
Ramadhan dan Manfaat
Kesehatan
Pertama : Membebaskan
tubuh dari lemak-lemak yang bertumpuk -apalagi pada orang-orang yang hidup
mewah- yang seringkali menjadi sumber penyakit ketika lemak-lemak itu terus
bertambah.
Sakit dari jenis ini merupakan penyakit kegemukan. Maka,
lapar merupakan cara terbaik untuk mengatasi kegemukan tersebut.
Kedua : Membuang
kotoran-kotoran tubuh, racun-racun tubuh yang bertumpuk dan cairan-cairan tubuh
yang merusak. Meringankan aliran darah pada urat nadi dan menjaganya dari
tertutupnya pembuluh darah.
Ketiga : Puasa
memiliki pengaruh positif terhadap banyak penyakit, di antaranya untuk sakit
maag, tekanan darah tinggi, stress maupun depresi.
Karena itu puasa mempunyai dampak positif yang mengagumkan
dalam menjaga kesehatan. Apalagi puasa itu dijalani secara benar dan terarah
pada waktu-waktu yang paling utama (afdhal) menurut syari’at. Secara pasti
tubuh membutuhkan proses seperti puasa, sebagaimana diisyaratkan oleh Ibnul
Qayyim rahimahullah dalam bukunya, at-Thibbun Nabawi.
Para dokter di dunia barat telah memperhatikan puasa sebagai
salah satu cara yang efektif dari berbagai model terapi medis. Sebagian mereka
mengatakan, “Sesungguhnya faedah lapar dalam terapi medis memiliki keunggulan
yang berlipat kali dari penggunaan obat-obatan.
Dokter yang lainnya mengatakan, “Sesungguhnya puasa sebulan
penuh dapat menghilangkan berbagai sisa-sisa kotoran badan selama setahun. [18]
Inilah hal paling nyata dari manfaat puasa dan barakahnya di dunia dan akhirat,
puasa yang telah diwajibkan Allah kepada kaum Muslimin sebulan penuh dalam
setahun. Dia-lah puasa Ramadhan yang penuh barakah itu.
Keberkahan kelima,
yaitu besarnya keutamaan amal shalih yang dilakukan dalam bulan ini, dan
besarnya motivasi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memacu kaum
Muslimin beramal shalih pada bulan ini. Di antara amal shalih yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
Pertama : Qiyaamul
lail
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi motivasi (kepada para Sahabat) untuk
mendirikan qiyaam Ramadhaan (shalat malam Ramadhan) tanpa menyuruh mereka
dengan paksaan. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Barangsiapa yang mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan
dengan iman dan mengharap pahala (dari Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.’”
Lalu setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
meninggal sekalipun, ibadah ini terus berlanjut. Dan terus berlanjut pada masa
kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq dan permulaan masa kekhalifahan ‘Umar bin
al-Khaththab Radhiyallahu anhu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat
Tarawih bersama Sahabat-Sahabat beliau Radhiyallahu anhum, kemudian beliau
meninggalkannya lantaran khawatir kaum Muslimin menganggap wajib hukumnya
shalat tersebut. Kemudian ‘Umar bin al-Khaththab berinisiatif untuk
mengumpulkan orang-orang di masjid menunaikan shalat Tarawih. [20] Dan
alhamdulillaah, ritual (syi’ar) seperti ini masih terus berlangsung hingga hari
ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat sungguh-sungguh dan giat
dalam beribadah serta berdo’a pada sepuluh malam terakhir (al-‘asyrul awaakhir)
dari bulan Ramadhan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي الله عَنْهَا
قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا
اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata, ‘Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila memasuki sepuluh hari (yang terakhir di
bulan Ramadhan), beliau menghidupkan malam, membangunkan keluarganya dan
mengencangkan kainnya .’” [Shahih Muslim]
Kedua : Ash-Shadaqah.
Imam al-Bukhari dan Muslim mengeluarkan hadits dari Ibnu
‘Abbas Radhiyallahu nahuma, dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ
وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي
رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ
فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيْلُ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ
مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
paling dermawan dalam kebaikan. Dan beliau lebih dermawan lagi ketika di bulan
Ramadhan pada saat Jibril menemuinya. Maka pada saat Jibril menemuinya, ketika
itulah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dalam kebaikan dari
pada angin yang berhembus.”
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini adalah anjuran
untuk memperbanyak berderma dan bersedekah, lebih-lebih lagi dalam bulan Ramadhan
yang penuh barakah ini.
Ketiga : Tilaawah al-Qur-aanil
Kariim.
Disunnahkan untuk memperbanyak tilaawah al-Qur-an (membaca
al-Qur-an) pada bulan Ramadhan. Pada bulan inilah al-Qur-an diturunkan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengulang-ulang hapalannya
bacaan al-Qur-annya bersama Jibril, satu kali di setiap Ramadhan. Sebagaimana
yang tertera dalam hadits Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma. Dalam hadits itu
disebutkan:
وَكَانَ
جِبْرِيْلُ يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِيْ
رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ
عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ.
“Jibril menemuinya setiap malam pada bulan Ramadhan hingga
terbaring. Saat itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan hapalan
bacaan al-Qur-annya pada Jibril.” [Shahih Bukhori]
Keempat :
Al-I’tikaaf.
I’tikaaf yaitu berdiam diri di masjid untuk beribadah dalam
rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ber-i’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Dalam hadits ‘Aisyah Radhiyallahua anhuma disebutkan:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ
اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى
تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ
أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ.
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-i’tikaf pada
sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, (amalan ini terus dilakukannya-pent)
hingga Allah mewafatkannya. Kemudian istri-istri beliau meneruskan amal
ber-i’tikaf sepeninggalnya.” [Bukhori dan Muslim]
Tidak diragukan lagi bahwa i’tikaf akan membantu pelakunya
berkonsentrasi untuk melakukan ibadah dan bertaqarrub kepada Allah Jalla wa
‘Alaa. Lebih lagi pada saat-saat yang dimulia-kan, seperti bulan Ramadhan atau
sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Kelima : Al-‘Umrah
Dalil yang menunjukkan keutamaan melaksanakan ‘Umrah pada
bulan Ramadhan adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
seorang wanita Anshar yang tidak sempat melaksanakan haji bersama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَإِذَا
جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ
تَعْدِلُ حَجَّةً.
“Apabila datang bulan Ramadhan, maka laksanakanlah ‘umrah
kamu, sesungguhnya ‘umrah pada bulan Ramadhan nilainya setara dengan Haji.”
Dalam riwayat lain disebutkan: “(‘Umrah pada Ramadhan itu)
dapat menggantikan Haji atau menggantikan Haji bersamaku.”
Maksudnya, nilai pahala ‘umrahnya wanita Anshar menyamai
nilai pahala ber-Haji, bukannya ‘umrah tersebut dapat menggantikan kedudukan
hukum wajibnya Haji, sehingga dapat menggugurkan hukum wajibnya haji tersebut,
bukanlah demikian.
Keberkahan keenam,
bahwasanya keberkahan-keberkahan Ramadhan adalah banyak peristiwa-peristiwa
besar nan mulia yang terjadi di bulan ini. Dan sesungguhnya dari sekian banyak
peristiwa penting yang terjadi di bulan yang penuh berkah ini, maka peristiwa
yang paling fenomenal dan sangat bermanfaat untuk ummat manusia adalah
peristiwa turunnya al-Qur-an al-Karim.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ
مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…”
[Al-Baqarah: 185]
---
Sedangkan di antara peristiwa fenomenal lainnya yang sarat
manfaat, adalah sebagai berikut:
Pertama, Perang Badar
Kubra, yang dinamakan sebagai yaumul Furqaan (hari Pembeda).
Pada hari itu Allah memisahkan dan membedakan antara
kebenaran dan kebathilan. Maka, ketika itu, kelompok minoritas yang beriman
meraih kemenangan atas kelompok besar yang kafir yang jauh lebih unggul dalam
hal kuantitas pasukan dan perbekalan. Peristiwa ini terjadi pada tahun kedua
Hijriyyah.
Kedua, Futuh Makkah
Sesungguhnya Allah telah memberi nikmat besar pada kaum
mukminin dengan futuh (penaklukan) yang penuh barakah ini. Orang-orang secara
berbondong-bondong masuk ke dalam Islam, lalu jadilah Makkah sebagai Daarul Islam
(negeri Islam), setelah sebelumnya menjadi pusat kesyirikan orang-orang
musyrik. Peristiwa ini terjadi pada tahun kedelapan Hijriyah.
Ketiga, Perang
Hiththin pada tahun 584 H.
Dalam peperangan ini kaum Salibis mengalami kekalahan yang
telak. Dan Shalahuddin al-Ayubi meraih kemenangan-kemenangan besar, lalu
mengembalikan hak-hak kaum muslimin dan merebut kembali Baitul Maqdis.
Keempat, Peperangan
‘Ain Jaluut
Inilah peperangan sengit yang diakhiri dengan kemenangan
bagi kaum muslimin atas pasukan Tartar. Peperangan ini terjadi pada tahun 658
Hijriyyah.
Setelah kami memaparkan secara global berbagai keutamaan
yang menjadi keistimewaan bulan Ramadhan, dan sekian banyak keberkahan yang
terkandung di dalam bulan mulia ini, maka tidak ada upaya kecuali aku berdo’a
untuk saudara-saudaraku sesama muslim agar mereka terus meneguk berbagai
keutamaan itu, dan bisa meraih berkah-berkah itu sebagai implementasi dari
perintah Allah Ta’ala dan mengikuti Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, para Sahabat beliau Radhiyallahu anhum yang mulia, dan para pendahulu
dari ummat yang terpilih ini, serta sebagai upaya mendulang berbagai manfaat
yang bersifat ukhrawi maupun duniawi, juga dari berbagai kebaikan yang luas.
Sumber: almanhaj.or.id
No comments:
Post a Comment