“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta-Mu agar aku dapat berbuat kebaikan, meninggalkan kemungkaran dan mencintai orang-orang miskin. Ampunilah aku dan rahmatilah aku. Bila Engkau menghendaki ujian atas suatu kaum, wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terkena fitnah. Aku memohon cinta-Mu, juga cinta dari orang yang mencintai-Mu dan cinta pada amalan yang mendekatkanku pada cinta-Mu.” (HR. Ahmad, Timidzi, dan di shahihkan al Albaniy)
Setiap doa yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam selalu berciri kalimat lugas dan yang diminta memang merupakan hal-hal yang esensial dan urgen. Perhatikanlah kandungan permohonan dalam doa ini dari awal hingga akhir. Ada sembilan poin yang dimintakan. Dan kalau kita renungi secara mendalam, sembilan hal ini benar-benar penting untuk diminta.
Yang pertama memohon agar diberi kemampuan melakukan kebajikan. Kalau saja setelahnya tidak terdapat permohonan agar meninggalkan keburukan, maka memohon kebaikan sudah mencakupnya. Tapi lebih spesifik yang dimaksud barangkali adalah kebaikan dalam bentuk ibadah kepada Allah dan kebaikan terhadap sesama. Sedang meninggalkan kemungkaran berarti meninggalkan segala yang dilarang.
Dua hal ini sebenarnya sudah mencakup segala macam kebaikan. Akan tetapi pada permohonan selanjutnya masih dirincikan poin-poin yang lain. Dengan dirinci, permohonan kita benar-benar bisa sampai ke hati. Bukan sekedar permohonan secara umum.
Yang ketiga adalah memohon agar dapat mencintai orang miskin. Mengapa orang miskin? Karena cinta kepada mereka adalah cinta tanpa tendensi. Berbeda dengan cinta kepada yang kaya atau tinggi jabatannya. Cinta kepada orang miskin juga menjadi aspek mendasar bagi perbaikan moralitas dan hubungan sosial. Mencintai orang miskin atau mungkin secara skup besar adalah rak-yat akan menyadarkan orang-orang kaya dan para pejabat akan penderitaan mereka dan menumbuhkan simpati. Kecintaan kepada mereka juga dapat membangun hubungan sosial yang lebih baik. Karena jika tidak, yang akan terjadi adalah kesenjangan. Yang kaya hanya senang berkumpul dengan yang kaya, sedang yang miskin memang sudah jatahnya hanya bisa bergaul dengan sesamanya.
Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam pernah berdoa agar dijadikan orang miskin dan diwafatkan dalam keadaan miskin. Tapi menurut para ulama hadits ini lemah (dhaif).
Selanjutanya permohonan rahmat dan ampunan. Tak perlu ditanyakan lagi urgensi dua hal ini. Hanya dengan rahmat-Nyalah manusia bisa masuk jannah dan terhindar dari neraka. Adapun amal mereka hanya sebagai sarana yang menguatkan sebab turunnya rahmat.
Permohonan selanjutnya lebih unik. Jika Allah sudah menghendaki ujian atas suatu kaum, maka kita memohon agar kita diwafatkan tapi tidak terkena fitnah dan musibah itu. Ini bukan permohonan egois. Kita memang tidak mendoakan keselamatan kaum tersebut. Tapi toh jika seluruh kaum muslimin yang ada di dalamnya mengamalkan doa ini, mereka juga akan selamat.
Ini adalah permohonan minimal. Paling tidak kalau ketetapan atas kaum tersebut sudah pasti, kita berharap kita tidak terkena musibah tersebut. Fitnah wujudnya bisa musibah atau tipuan-tipuan yang memperdaya untuk menguji keimanan. Terkena fitnah berarti terpedaya dan turut terkena musibah.
Kalimat selanjutnya sangatlah elok. Ada tiga jenis cinta yang diminta yang memang ketiganya berbeda meski saling terkait. Pertama cinta dari Allah. Cinta ini benar-benar cinta yang harus diminta dan diusahakan dengan segala cara agar kita mendapatkannya. Tidak mudah memang. Tapi jika kita berhasil mendapatkannya, yang akan terjadi selanjutnya sangatlah luar biasa. Rasulullah bersabda,
“Dan tidaklah seseorang bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada hal-hal yang telah Aku fardhukan. Dan tidaklah seseorang hamba terus menerus bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku telah mencintainya, jadilah Aku pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar dan penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat dan tangannya yang ia gunakan untuk berjuang dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia minta perlindungan kepada-Ku pasti Aku memberinya perlindungan.” (HR. al-Bukhari)
Hadits ini juga menunjukkan bagaimana caranya mendapatkan cinta Allah.
Selanjutnya cinta dari orang yang mencintai Allah. Tentunya yang paling utama adalah cinta dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam. Sebab beliaulah orang yang paling mencintai Allah. Dan lebih penting, cinta Beliau akan mendatangkan syafaat pada hari kiamat. Setelah itu cinta dari orang-orang mukmin yang juga akan bermanfaat dunia akhirat.
Yang terakhir adalah cinta kepada segala perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada cinta Allah. Ini adalah cinta kepada amalan yang dapat memancing cinta.
Ketiganya terkait karena jika seseorang bisa mendapatkan cinta Allah, maka Allah akan membuat hati orang-orang yang mencintai-Nya cinta kepada kita. Dan dengan cinta-Nya kita akan dijauhkan dari segala hal yang bisa merusak cinta-Nya. Artinya kita akan ditunjukkan ke jalan yang lurus.
Dan kecintaan kita kepada amal shalih adalah parameter yang kita miliki untuk mengukur apakah Allah cinta kepada kita atau tidak. semakin cinta kepada amal shalih, insyaallah, menunjukkan bahwa Allah juga semakin cinta kepada kita. Wallahua’lam. Semoga kita bisa mengamalkan doa ini. (Husni Mubaok)
No comments:
Post a Comment