Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Thursday, August 15, 2019

    Addas, Budak Nasrani dari Irak yang Terpesona Ucapan Nabi

    Setelah istri dan paman tercintanya, Siti Khadijah dan Abu Thalib wafat pada tahun yang sama, Nabi Saw. merasa benar-benar tidak memiliki sandaran yang dapat menjadi tempat berkeluh kesah dan tempat berlindung dari orang-orang Quraisy yang kerap mengintimidasinya. Seperti yang disebutkan dalam al-Sirah al-Nabawiyyah karya Ibn Hisyam, setelah Siti Khadijah dan Abu Thalib wafat, siksaan dan bully meningkat kepada Nabi Muhammad Saw. Bahkan, yang menyerangnya tidak lagi para tokoh dari kalangan Quraisy, tapi orang-orang biasa (al-Sufahaa’) juga ikut menyerangnya, di antaranya dengan melemparkan pasir ke kepala Nabi Saw.

    Namun, hal itu semua tidak membuat Nabi memutuskan berhenti dakwah sama sekali. Ia pernah mencoba mencari lahan baru berdakwah mendatangi orang-orang Bani Tsaqif di kota Tha’if. Namun, ia kembali tidak mendapatkan respon yang baik atas dakwahnya. Ia justru kembali menerima penolakan secara keras dari para tokoh kota tersebut. Tokoh tersebut di antaranya adalah dua bersaudara dan satu cucu ‘Amr bin ‘Umair: Mas’ud, Habib, dan ‘Abd bin Layl.

    Setelah ketiga tokoh tersebut tidak menerima Nabi Saw., orang-orang Tha’if ikut menolak bahkan berteriak-teriak mengejek Nabi sampai beliau lari ke sebuah taman milik ‘Utbah bin Rabi’ah dan Syaibah. Rasulullah Saw. kemudian beristirahat di sana sambil mengadu kepada Allah Swt. tentang kondisinya saat ini. Saat itulah, kedua putra Rabi’ah, ‘Utbah dan Syaibah merasa iba melihat beliau dan memerintahkan budaknya yang beragama Nasrani, Addas agar memberikannya sepiring anggur.

    Ketika Addas mengantarkannya kepada Nabi Saw., beliau tersenyum dan menerima pemberian Addas. Saat beliau akan makan, ia mengucapkan terlebih dahulu “dengan menyebut nama Allah” (Bismillah). Melihat hal ini, Addas terlihat terkejut dan penasaran untuk bertanya: “ucapan tersebut tidak pernah diucapkan oleh seorang pun dari penduduk negeri ini.”

    Baca Juga :  Ciri Tawakal dan Kisah Bisyr al-Hafi Saat Naik Haji Tak Membawa Bekal
    Rasulullah lalu bertanya: “Addas, kamu berasal dari mana? boleh tahu agamamu ?” Addas menjawab: “Saya orang Kristen (Nasrani). Saya berasal dari Ninawa (sekarang masuk wilayah Irak). Rasulullah Saw. kemudian merespon, “Oh, kamu berasal dari kampungnya orang salih Yunus bin Mata.” Kali ini, Addas kembali terkejut. Bagaimana bisa orang yang dia kenal ini tahu tentang Yunus bin Matta.

    Kalau seseorang bukan berasal dari kampungnya, atau menganut ajaran Nasrani, ia tidak pernah tahu tentang Nabi Yunus. Addas bertanya, “Kamu tahu dari mana tentang Yunus bin Matta?” Rasul menjawab: “Itu saudaraku. Dia adalah seorang nabi dan aku juga nabi.” Mendengar hal itu, Addas terperangah kemudian menunduk untuk mencium kepala, kedua tangan dan kaki Nabi.

    Demikian kisah Addas, budak nasrani yang terpesona dengan ucapan dan kemampuan Nabi mengetahui hal yang menurutnya tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Dalam Sirah Ibn Hisyam, tidak ada keterangan jelas apakah Addas kemudian memeluk Islam. Namun yang ada hanyalah marahnya ‘Utbah bin Syaibah atas sikap Addas.

    Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah menegaskan kalau Addas mengakui Muhammad Saw. sebagai Rasul. Karena itulah, Ibn Hajar memasukkan Addas ke dalam daftar sahabat Nabi. Melihat kedua tuannya marah, Addas mengatakan: “Tuan, tidak ada di bumi ini yang lebih baik dari hal ini, dia (Rasulullah) menceritakan sesuatu yang tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi.”

    Kisah ini dirasikan dari al-Sirah al-Nabawiyah karya Ibn Hisyam al-Anshari, (Juz 2, hlm 34-35)
    Sumber: Bincang syariah

    No comments:

    Post a Comment