Bagaimana Supaya Saya Tegar Menghadapi Cobaan

Ustadz, saya seorang tukang sol sepatu yang telah bercerai dengan istri saya setahun yang lalu karena kemiskinan. Kami menumpang di rumah kayu dan sekarang rumah kayu itu sudah roboh. Saya hanya bisa bersedih dan menangis karena saya sedang merantau di Jakarta. Bagaimana saya harus berbuat ustadz. Di kampung hidup sangat susah. Mohon nasihatnya ustadz

Hamba Allah

===

Saya turut prihatin dengan kesulitan dan ujian yang anda hadapi. Bagaimana pun juga, memang sudah wajar jika kita merasa sedih dan merasakan dada yang sempit ketika tertimpa musibah. Lebih-lebih musibah yang tidak pernah kita duga atau musibah yang datang silih berganti.

Perlu kita sadari bahwa kesulitan atau penderitaan hidup tampaknya sudah menjadi ‘sunatullah ‘ kehidupan ini. Tiada seorang pun di dunia ini yang tak pernah dihinggapi kesulitan atau penderitaan. Yang berbeda adalah derajat kesulitan itu dan kesanggupan pribadi seseorang dalam menghadapinya.

Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya, “Siapakah yang paling berat ujiannya?,” Nabi menjawab,”Para nabi, kemudian yang terbaik, lalu yang terbaik, seseorang mendapatkan ujian sesuai dengan kadar agamanya, bila agamanya kuat maka bertambah berat ujiannya, dan apabila agamanya dangkal, maka Allah mengujinya sesuai dengan kadar agamanya, seorang hamba tidak akan lepas dari ujian sampai ia berjalan di bumi dengan keadaan tidak berdosa. Jadi, setiap musibah yang menimpa kita, insya Allah menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa kita. Perumpamaan seorang mu’min yang ditimpa malapeteka yang berat seperti besi yang dimaksukan api hingga hilang kotorannya dan tinggal yang baik.

Orang-orang beriman selalu sabar menghadapi malapetaka, paling teguh hatinya dan tegar menghadapi kesulitan hidup dan lapang dada. Dan tabah mengahadapi musibah.

Ada beberapa hal yang harus anda lakukan ketika anda merasa beban hidup semakin menghimpit dan hati sedih karena musibah.

Pertama, Berdoalah kepada Allah subhanahu wata'ala untuk memberikan keridhoan dan pahala kepada kita atas musibah yang menimpa kita. mintalah kepada Allah subhanahu wata'ala untuk meringankan musibah jika kita merasa beban semakin berat. Karena hanya Allah subhanahu wata'ala saja tempat kita bersandar.

Kedua, yakinlah bahwa apa yang menimpa kita adalah takdir Allah subhanahu wata'ala yang ditakdirkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Beriman kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat seseorang semakin ridho dengan setiap cobaan.

Ketiga, Yakinlah, ada hikmah di balik cobaan, Hendaklah setiap mukmin mengimani bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti ada hikmah di balik itu semua, baik hikmah tersebut kita ketahui atau tidak kita ketahui.

Keempat, Ingatlah bahwa musibah yang kita hadapi belum seberapa. Ingatlah bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mendapatkan cobaan sampai dicaci, dicemooh dan disiksa oleh orang-orang musyrik dengan berbagai cara. Kalau kita mengingat musibah yang menimpa beliau, maka tentu kita akan merasa ringan menghadapi musibah kita sendiri karena musibah kita dibanding beliau tidaklah seberapa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي

Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”

Dalam lafazh yang lain disebutkan,

مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ

Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”

Kelima: Yakinlah, di balik kesulitan ada kemudahan

Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6).

Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,

لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ

Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

Keenam, Hadapilah cobaan dengan bersabar

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.

Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.”

Yang dimaksud dengan bersabar adalah menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari perilaku emosional yang menandakan kita marah dengan apa yang kita hadapi.

Ketujuh: Yakinlah bahwa pahala sabar begitu besar

Ingatlah janji Allah,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10).

Dan terakhir, Introspeksi diri

Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30). Maksudnya adalah karena sebab dosa-dosa yang dulu pernah diperbuat.

Semoga kiat-kiat ini semakin meneguhkan kita dalam menghadapi setiap cobaan dan ujian dari Allah. Dan saya berdoa semoga Allah subhanahu wata'ala mengangkat musibah dan kesulitan hidup anda. Semoga Allah memberi keberkahan, rahmat dan kelapangan dalam hidup anda.