Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Monday, September 18, 2017

    Kisah; Inilah Balasan Bagi Penghina Sunnah Nabi


    Mungkin kita pernah mendengar ada yang mengejek ikhwan yang mengamalkan larangan isbal dengan sebutan “kebanjiran”. Atau mengejek orang yang mengamalkan sunnah Nabi berupa memelihara jenggot dengan sebutan “kambing” (astaghfirullah..).

    Tahukah sahabat, bahwa mengejek sunnah Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bisa jadi menyebabkan kekafiran. Karena kita telah meremehkan dan mengolok-olok apa yang dibawa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Bahkan bisa saja Allah subhanahu wata'ala mengazabnya disebabkan ejekan tersebut.

    Marilah kita berkaca pada kisah yang satu ini.

    Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il At Taimiy –dalam penjelasan beliau terhadap shohih Muslim- mengatakan,

    ”Aku telah membaca di sebagian kisah (hikayat) mengenai sebagian ahli bid’ah ketika mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلاَ يَغْمِسْ يَدَهُ فِى الإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلاَثًا فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِى أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ Jika salah seorang di antara kalian bangun tidur, maka janganlah dia mencelupkan tangannya di dalam bejana sampai dia mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena dia tidak tahu di manakah tangannya bermalam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

    Dalam rangka mengejek, ahli bid’ah ini berkata, ”Ya, saya tahu ke mana tangan saya bermalam di ranjang!!” Lalu tiba-tiba pada saat pagi, dia dapati tangannya berada dalam dubur sampai pergelangan tangan.

    At Taimiy berkata,

    “Oleh karena itu hendaklah seseorang berhati-hati dalam meremehkan sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kondisi-kondisi yang menuntutnya diam. Lihatlah apa yang terjadi pada orang ini karena akibat dari perbuatannya.” (Bustanul ‘Arifin li An Nawawi. Dinukil dari Ta’zimus Sunnah, hal. 19-20, Darul Qosim)

    Faedah berharga dari kisah ini :

     1. Tidak bolehnya meremehkan ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam
    2. Kita dituntut untuk diam terhadap nasehat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, jangan sampai kita berkomentar apa-apa dalam rangka mengejek ajaran beliau
    3. Dianjurkan setelah bangun tidur, sebelum memasukkan tangan dalam bejana, kita dianjurkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali

    Sumber tulisan dari Rumaysho.com dengan perubahan
    ---
    Kisah 2 : Tidak Bisa Lagi Mengangkat Tangan

    Kisah ini adalah kisah orang yang meremehkan ajaran Nabi. Inilah adzab di dunia yang Allah berikan.  makanBenarlah perkataan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu ,

    <لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ

    Aku tidaklah biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (Lihat Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)

    Berikut kisah tersebut -semoga kita bisa mengambil ibroh-.

    Terdapat sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Muslim

    Dari Ikrimah bin ‘Ammar, (beliau berkata) Iyas bin Salamah bin Al Akwa’ telah berkata bahwa ayahnya mengatakan kepadanya, ada seorang laki-laki makan dengan tangan kirinya di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, Makanlah dengan tangan kananmu.” Lalu dia mengatakan, ”Aku tidak mampu.” Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ”Engkau memang tidak akan mampu”. Tidak ada yang menghalanginya untuk mentaati Nabi kecuali rasa sombong. Akhirnya, dia tidak bisa lagi mengangkat tangan kanannya ke mulut. (HR. Muslim no. 5387)

    An Nawawi dalam Syarh Shohih Muslim mengatakan, ”Perkataan ‘Tidaklah ada yang menghalanginya kecuali rasa sombong’, ini bukan berarti dia adalah munafik. Karena semata-mata ada rasa sombong dan menyelisihi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidaklah mengharuskan adanya nifak dan kekufuran dalam diri seseorang. Akan tetapi perbuatan ini adalah maksiat, mengingat perintah itu adalah perintah yang harus diperhatikan.” Inilah akibat dari orang yang meremehkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mudah-mudahan kita tidak tergolong orang-orang semacam ini.

    No comments:

    Post a Comment