Perjalanan seorang hamba memang tak bisa ditebak karena semuanya bermuara kepada apa yang telah digariskan oleh Alloh, dan pastinya semua tak terlepas dari setiap hikmah.
Tak terkecuali dengan perjalanan taubat seorang manusia kembali kepada Rabnya bukanlah sesuatu yang ringan karena hakekatnya taubat itu melewati banyak musim dan bukan hanya di satu musim yang berlalu sekejap mata
Taubat itu magnet yang menarik komponen ujian plus partikel kesulitan yang berujung upaya menceraikan manusia dari jalan pulang kepada Alloh
Ditambah sifat hamba yang lemah dan rapuh menjadikan route taubat menjadi berliku dan berbatu cadas yang melukai banyak sisi kehidupan
Idealnya taubat ialah sepanjang hayat dikandung badan hingga menutup ajal layaknya taubatnya Umar bin Khotob yang berganti hina menjadi mulia dihadapan Alloh, tapi tak semuanya hamba yang kembali layaknya Umar bin Khotob yang selalu setia dengan ikrar taubatnya, adakalanya taubat itu laksana perjalanan sahabat bernama Abu Mihjan Ats Tsaqifi yang berkali-kali taubat dari minuman khomer tapi terjatuh pada kesalahan yang sama hingga taubat paripurna sebelum ia meninggal dunia.
Tak perlu mencela berlebihan seseorang yang hari ini sedang berhenti dari perjalanan pulangnya kepada Alloh, karena bisa jadi esok atau lusa ia akan kembali lagi ke routenya menuju Alloh
Tunggu ia dengah doa dan bukanlah pintu langit untuk kebaikanya, karena apabila kita telah tulus mencintai karena Alloh maka kecewanya rasa hati terhadap seseorang terkalahkan dengan sukacita yang ingin kita dapatkan ketika seseorang itu kembali kepada jalan Rab-Nya.
Tak perlu membantu syaithan dengan semakin menenggelamkan saudara kita dengan komentar dan hujatan karena yang diperlukan adalah dekapan doa dan harapan yang terbingkai indah untuk kebaikannya
Bukankah Alloh maha Pengampun dan menegaskan luas tak bertepinya ia dalam mengampuni
أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى
ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ
_“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan ‘Allahummagfirliy dzanbiy’ [Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.”( HR. Muslim no. 2758)._ An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.
An Nawawi mengatakan, ”Seandainya seseorang berulang kali melakukan dosa hingga 100 kali, 1000 kali atau lebih, lalu ia bertaubat setiap kali berbuat dosa, maka pasti Allah akan menerima taubatnya setiap kali ia bertaubat, dosa-dosanya pun akan gugur. Seandainya ia bertaubat dengan sekali taubat saja setelah ia melakukan semua dosa
Humoria, [12.08.17 02:56]
tadi, taubatnya pun sah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/75 )
Lihatlah kesabaran Alloh menunggu hamba-Nya untuk kembali lagi dan lagi walaupun berulang jatuh pada lubang yang sama
Maka tak layakkah diri untuk merenungkan sifat Ghofur Alloh yang tak bertepi supaya kita tak membantu syaithan dengan menjerumuskan saudara kita lebih dalam tanpa sadar ?
*Oemar Mita*
Untuk seseorang yang dinanti kembali kepada jalan pulang
Akhi karim.........
No comments:
Post a Comment