Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Sunday, December 24, 2017

    Fatwa Nyeleneh Kyai Liberal

    Ada seorang kyai yang membolehkan ucapan selamat natal berdasarkan surat Maryam ayat 33, "Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku.”  Bagaimana Ustadz apakah benar seperti itu?
    Jawab: Apa yang disampaikan oleh kyai tersebut adalah pendapat pribadinya yang menyelisihi ijma' (kesepakatan) para Ulama. Jadi tidak usah dihiraukan pendapat liberal seperti itu karena akan sirna dengan sendirinya. Al-Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah berkata:

    وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم فيقول عيد مبارك عليك أو تهنأ بهذا العيد ونحوه فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب بل ذلك أعظم إثما عند الله وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب الفرج الحرام ونحوه

    “Tahniah (ucapan selamat) atas syiar-syiar orang kafir yang menjadi kekhususan mereka hukumnya harom berdasarkan ijma' (kesepakatan para Ulama). Seperti mengucapkan selamat atas hari-hari raya mereka atau puasa mereka. Umpamanya dengan mengatakan, “Hari yang berkah atasmu”, atau “Selamat hari raya”, atau yang semisalnya. Maka sekalipun pengucapnya itu selamat dari kekufuran, akan tetapi dia telah terjerumus dalam perbuatan yang harom. Ucapan seperti itu sama seperti memberi ucapan selamat terhadap sujudnya mereka kepada salib, bahkan hal tersebut lebih berat lagi dosanya di sisi Allah dan lebih besar lagi kemurkaan-Nya ketimbang mengucapkan selamat atas meminum khomr, membunuh orang, berzina atau kemaksiatan yang semisal.” (Ahkam Ahlidz Dzimmah 1/205)

    Adapun firman Allah: 

    وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

    “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Maryam: 33)

    Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobari (Wafat 310 H) menerangkan bahwa maknanya:

    والأمنة من الله عليّ من الشيطان وجنده يوم ولدت

    “Dan penjagaan Allah terhadapku (Nabi ‘Isa) dari syaithon dan tentaranya ketika aku dilahirkan.” (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an 18/193)

    Al-Imam Al-Baghowi Asy-Syafi’i (Wafat 510 H):

    السلامة عند الولادة من طعن الشيطان

    “Keselamatan dari celaan syaithon pada saat kelahiran Nabi ‘Isa ‘alaihissalam.” (Ma’alimut Tanzil 5/230)

    Al-Hafidzh Ibnu Katsir Asy-Syafi’i (Wafat 774 H):

    ولكن له السلامة في هذه الأحوال


    “Akan tetapi Allah selamatkan Nabi ‘Isa pada saat-saat tersebut (saat dilahirkan, saat diwafatkan, saat dibangkitkan).” (Tafsirul Qur’anil ‘Adzhim 5/230)

    Jadi makna ayat tersebut adalah penjagaan Allah terhadap Nabi ‘Isa 'alaihissalam, bukan menunjukkan bolehnya mengucapkan “selamat natal” yang berarti mengakui kelahiran anak Tuhan. Dan para Ulama telah berijma' atas haromnya ucapan tersebut. 

    Kendati demikian, umat Islam adalah umat yang paling toleran terhadap agama lain selama umat agama lain tidak menunjukkan permusuhannya dengan terang-terangan terhadap Islam dan kaum Muslimin. Meski umat Islam menolak ucapan selamat natal, umat Islam tidak berlaku zalim terhadap umat lain yang merayakan hari besarnya.

    Jadi jika ingin perdamaian maka hargai prinsip umat Islam, jangan memaksa mengucapkan selamat natal atau memaksa mereka memakai atribut-atribut natal meski sebagai orang bawahan.
    ________

    Fikri Abul Hasan

    https://t.me/manhajulhaq

    No comments:

    Post a Comment