Ada orang yang tidak banyak amal tapi masuk surga. Apa bisa?
Ya bisa. Setidaknya dengan memperhatikan tiga hal yang kita rangkum dari hadits
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam.
Yang pertama karena memperhatikan yang wajib.
Thalhah bin ‘Ubaidilah radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Ada seorang lelaki yang beruban kepalanya dari Ahli Najd
datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami dapat mendengar
gema suaranya tapi tidak memahami apa yang ia katakan, sampai ia berada dekat
dengan beliau.
Ternyata ia bertanya tentang Islam, maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam itu mengerjakan shalat lima
waktu sehari semalam.”
Laki-laki tersebut bertanya lagi, “Apakah ada kewajiban lain
selain itu untukku?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak,
kecuali engkau ingin menambah dengan yang sunnah.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan lagi,
“Islam juga mengerjakan puasa di bulan Ramadhan.”
Laki-laki tersebut bertanya lagi, “Apakah ada kewajiban lain
selain itu untukku?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak,
kecuali engkau ingin menambah dengan yang sunnah.”
Thalhah melanjutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkan lagi tentang masalah zakat. Laki-laki tersebut bertanya
lagi, “Apakah ada kewajiban lain selain itu untukku?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak,
kecuali engkau ingin menambah dengan yang sunnah.”
Lalu lelaki tersebut berbalik pergi lalu berkata, “Demi
Allah, aku tidak akan menambahkan dan juga mengurangi sedikit pun darinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata,
“Beruntunglah orang tersebut jika ia jujur.” (HR. Bukhari, no. 46 dan Muslim,
no. 11)
Juga disebutkan kewajiban lainnya dalam hadits dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
“Ada seorang Arab Badui datang kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku amal
yang jika aku lakukan, aku dapat masuk surga.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau
menyembah Allah semata, tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun juga;
engkau mengerjakan shalat wajib; engkau menunaikan zakat yang wajib; juga
engkau berpuasa di bulan Ramadhan.”
Arab Badui tersebut berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada
pada tangan-Nya, aku tidak akan menambahkan selain itu.”
Ketika orang tersebut berbalik pulang, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang senang melihat seseorang dari
ahli surga, maka lihatlah orang ini.” (HR. Bukhari, no. 1397 dan Muslim, no.
14)
Yang kedua karena tidak punya rasa dendam dan hasad
(cemburu) pada orang lain.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka beliau pun berkata, ‘Akan muncul kepada kalian sekarang seorang
penduduk surga.’ Maka munculah seseorang dari kaum Anshar, jenggotnya masih
basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan
kirinya.
Tatkala keesokan hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan
perkataan yang sama, dan munculah orang itu lagi dengan kondisi yang sama
seperti kemarin. Tatkala keesokan harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan perkataan yang sama dan muncul
juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri (pergi)
maka ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash mengikuti orang tersebut lalu berkata
kepadanya, “Aku bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke
rumahnya selama tiga hari. Jika menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga
berlalu tiga hari?” Maka orang tersebut menjawab, “Silakan.”
Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya,
“Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash bercerita bahwasanya ia pun
menginap bersama orang tersebut selama tiga malam. Namun ia sama sekali tidak
melihat orang tersebut mengerjakan shalat malam. Hanya saja jika ia terjaga di
malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur maka ia pun berdzikir kepada
Allah dan bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk shalat Shubuh. ‘Abdullah
bertutur, ‘Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan.’
Dan tatkala berlalu tiga hari –dan hampir saja aku
meremehkan amalannya- maka aku pun berkata kepadanya, ‘Wahai hamba Allah
(fulan), sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi
boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata sebanyak tiga kali bahwa akan muncul kala itu kepada kami seorang
penduduk surga. Lantas engkaulah yang muncul, maka aku pun ingin menginap
bersamamu untuk melihat apa sih amalanmu untuk aku teladani. Namun aku tidak
melihatmu banyak beramal. Lantas apakah yang telah membuatmu memiliki keistimewaan
sehingga disebut-sebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Orang itu
berkata, ‘Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat.’ Abdullah bertutur,
“Tatkala aku berpaling pergi, ia pun memanggilku dan berkata
bahwa amalannya hanyalah seperti yang terlihat, hanya saja ia tidak memiliki
perasaan dendam dalam hati kepada seorang muslim pun dan ia tidak pernah hasad
kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain.’ Abdullah
berkata, ‘Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga, pen.)
dan inilah yang tidak kami mampui.” (HR. Ahmad, 3: 166. Syaikh Syu’aib
Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat
Bukhari-Muslim)
Yang ketiga, Karena memiliki akhkak yang mulia
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ
الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ
وَالْفَرْجُ »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai
perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab,
“Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai
perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang
disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah,
no. 4246. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah pada kita untuk
berakhlak mulia dan menjalankan kewajiban dengan iman yang benar.
No comments:
Post a Comment