Mungkin kita pernah mendengar ada yang mengejek ikhwan yang mengamalkan larangan isbal dengan sebutan “kebanjiran”. Atau mengejek orang yang mengamalkan sunnah Nabi berupa memelihara jenggot dengan sebutan “kambing” (astaghfirullah..).
Tahukah sahabat, bahwa mengejek sunnah Rasulullah shollallahu
'alaihi wasallam bisa jadi menyebabkan kekafiran. Karena kita telah meremehkan
dan mengolok-olok apa yang dibawa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Bahkan
bisa saja Allah subhanahu wata'ala mengazabnya disebabkan ejekan tersebut.
Marilah kita berkaca pada kisah yang satu ini.
Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il At Taimiy –dalam
penjelasan beliau terhadap shohih Muslim- mengatakan,
”Aku telah membaca di sebagian kisah (hikayat) mengenai
sebagian ahli bid’ah ketika mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ
فَلاَ يَغْمِسْ يَدَهُ فِى الإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلاَثًا فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِى
أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ Jika salah seorang di antara kalian bangun
tidur, maka janganlah dia mencelupkan tangannya di dalam bejana sampai dia
mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena dia tidak tahu di manakah
tangannya bermalam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam rangka mengejek, ahli bid’ah ini berkata, ”Ya, saya
tahu ke mana tangan saya bermalam di ranjang!!” Lalu tiba-tiba pada saat pagi,
dia dapati tangannya berada dalam dubur sampai pergelangan tangan.
At Taimiy berkata,
“Oleh karena itu hendaklah seseorang berhati-hati dalam
meremehkan sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
kondisi-kondisi yang menuntutnya diam. Lihatlah apa yang terjadi pada orang ini
karena akibat dari perbuatannya.” (Bustanul ‘Arifin li An Nawawi. Dinukil dari
Ta’zimus Sunnah, hal. 19-20, Darul Qosim)
Faedah berharga dari kisah ini :
1. Tidak bolehnya
meremehkan ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam
2. Kita dituntut untuk diam terhadap nasehat Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, jangan sampai kita berkomentar apa-apa dalam
rangka mengejek ajaran beliau
3. Dianjurkan setelah bangun tidur, sebelum memasukkan
tangan dalam bejana, kita dianjurkan untuk mencuci tangan terlebih dahulu
sebanyak tiga kali
Sumber tulisan dari Rumaysho.com dengan perubahan
---
Kisah 2 : Tidak Bisa Lagi Mengangkat Tangan
Kisah ini adalah kisah orang yang meremehkan ajaran Nabi.
Inilah adzab di dunia yang Allah berikan.
makanBenarlah perkataan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu ,
<لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي
أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ
Aku tidaklah biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika
meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (Lihat Shohih wa Dho’if
Sunan Abi Daud, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)
Berikut kisah tersebut -semoga kita bisa mengambil ibroh-.
Terdapat sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Muslim
Dari Ikrimah bin ‘Ammar, (beliau berkata) Iyas bin Salamah
bin Al Akwa’ telah berkata bahwa ayahnya mengatakan kepadanya, ada seorang
laki-laki makan dengan tangan kirinya di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, Makanlah
dengan tangan kananmu.” Lalu dia mengatakan, ”Aku tidak mampu.” Lantas beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ”Engkau memang tidak akan mampu”. Tidak
ada yang menghalanginya untuk mentaati Nabi kecuali rasa sombong. Akhirnya, dia
tidak bisa lagi mengangkat tangan kanannya ke mulut. (HR. Muslim no. 5387)
An Nawawi dalam Syarh Shohih Muslim mengatakan, ”Perkataan
‘Tidaklah ada yang menghalanginya kecuali rasa sombong’, ini bukan berarti dia
adalah munafik. Karena semata-mata ada rasa sombong dan menyelisihi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidaklah mengharuskan adanya nifak dan kekufuran
dalam diri seseorang. Akan tetapi perbuatan ini adalah maksiat, mengingat
perintah itu adalah perintah yang harus diperhatikan.” Inilah akibat dari orang
yang meremehkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mudah-mudahan kita
tidak tergolong orang-orang semacam ini.
No comments:
Post a Comment