Suatu waktu di sebuah kantor, ada karyawan yang mengadu pada direkturnya, karena kawan kerjanya yang dipukuli oleh satpam gedung, begini ceritanya
"Pak, Ya Allah pak, tolong kami pak, ini ada kawan saya, juga karyawan dan bawahan bapak, dipukuli oleh satpam gedung, padahal kawan saya nggak salah"
"Tiba-tiba satpam gedung memukuli kawan saya itu, katanya satpam itu dia pokoknya nggak suka lihat warna kulit dan bentuk rambut kawan saya itu, tolong pak"
Tak hanya satu karyawan, menyusul pula karyawan-karyawan yang lain yang juga menyaksikan pemukulan tersebut, datang meminta agar sang direktur memberi solusi
"Kami tidak tahu mau kemana lagi pak, bapak yang kami rasa bijak dan baik dalam menyelesaikan masalah ini, dan satpam itu pasti akan menaati bapak
Alilh-alih karyawan yang dipukuli itu dibantu, direkturnya malah bilang "Bubar kalian! Kalian ini pasti hanya mencari-cari cara untuk bisa menjatuhkan saya!"
Direkturnya marah besar, "Kalian pasti membuat semua orang disini merasa saya nggak becus, saya lemah, makanya kalian mengadukan semua ini kan?!"
Ini sketsa kejadian di negeri antah barantah, persis sama. Saat terjadi kejahatan kemanusiaan, rakyat mengadu termasuk pada penguasa, malah dicurigai makar
Orang mengadu pada kita, artinya kita masih dipercaya, kita masih diharapkan, kita masih diperlukan dan diandalkan. Bila berpikir positif, harusnya malah bangga
Bila pucuk pimpinan tertinggi saja sedikit-sedikit khawatir akan dirampas kekuasaanya, apalagi kita yang tak punya kekuasaan apapun, tak punya bawahan kapolri?
Harapan memang hanya pada Allah, tapi kita juga berharap punya pimpinan yang taat pada Allah. Yang membela maksimal saat hamba Allah di satu tempat terdzalimi
Jujur saya sedih sekali, saat Muslim Indonesia ingin berkumpul menyuarakan solidaritas pada Muslim Rohingya yang dibantai, malah dicurigai berbuat makar
Dunia tak melulu soal kekuasaan pak, tak harus selalu tentang kepentingan. Ada hati nurani, ada soal kemanusiaan, dan yang terpenting, soal aqidah, dunia akhirat
No comments:
Post a Comment