Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Wednesday, September 13, 2017

    Bersyukur Menjadi Tamu Allah

    Hari ini aku bertemu dengan seorang perempuan luar biasa, saat menunggu suami di pelataran sa'i. Dia datang menghampiri memakai baju dan kerudung putih2. Aku tidak terlalu memperhatikan karena ramainya orang di sekeliling ba'da sholat Jum'at di Haram.

    Ibu ini membagi2kan kurma kepada orang2 di sekitarnya, dan sibuk berceloteh betapa nikmatnya rasa kurma ini dan betapa Maha Baik nya Allah yang telah memberinya kesempatan ke Baitullah. Aku menoleh ke arah wajahnya saat kudengar isak tangis yang tertahan. Dia tersenyum sambil terus menyodorkan kurma "jangan sungkan2 lo Bu...diambil kurmanya, kurma ini enak sekali ya. Alhamdulillah ya Allah". 

    Dia menyodorkan botol berisi air zamzam untuk menghilangkan haus setelah makan kurma. Aku senyum sambil menggeleng karena aku juga punya.

    Mengapa ibu sangat bersyukur?
    aku memandang wajahnya.
    Sekarang dia benaran menangis.
    "Allah Maha Baik telah mengizinkan saya datang ke mesjid yang megah ini...ke rumah Allah" katanya sambil memandangi langit2 Al Haram.

    "Hampir sepanjang hidup saya hanya pembantu rumah tangga. Saya bekerja di Malaysia mulai anak saya kecil sampai sekarang saya punya cucu 2 orang. Saya menabung sedikit2 karena sangat ingin berhaji. Allah Maha Baik...tanggal 8 Desember 2010 saya mendaftar Haji. Ibu daftar tanggal berapa?"

    Aku gelagapan dan memandangnya heran karena aku sama sekali tidak ingat pasti tanggal aku mendaftar haji.

    "Itu adalah tanggal yang bersejarah dalam hidup saya. Saya naik ojek dari kampung saya karena tidak boleh mendaftar haji dari Malaysia. Saya mendaftar dari kampung saya di Jawa Tengah. Naik ojek, nyambung bis dan jalan kaki. Saya bahagia sekali bisa mengurus semuanya sendiri. Saya ke kantor depag untuk ngambil nomor porsi". 
    Dia terus bercerita dengan airmata berlinang.
    "dan sekarang saya ada disini" Katanya sambil terisak-isak.

    Aku melihat terpesona pancaran mata dan wajah yang penuh rasa syukur. Subhanallah...

    "Apa yang ibu lakukan selama di Makkah?" aku bertanya karena ingin tahu.

    "Saya datang jam 2 pagi ke Haram untuk sholat Tahajjud dan balik ke pondokan setelah Isya" Leherku langsung tercekat...betapa dia benar2 tidak rela kehilangan waktu di Baitullah.

    "Saya tidak ada kegiatan di pondokan, saya merasa jauh lebih nikmat di masjid. Saya baru selesai tawaf di lantai 4" sambil menunjukkan karet gelang di tangannya untuk hitungan putaran tawaf dan buku do'anya yang lembab karena keringat. 

    Kali ini aku beneran melotot tawaf di roof top Majidil Haram? Dengan putaran terjauh di bawah temperature 42°C?? dan wajahnya masih penuh senyum!

    "Gak apa-apa Bu, saya lebih khusuk di atas dan lebih nyaman. Malam ini Insya Allah saya akan sa'i." Katanya seperti membaca fikiranku. 
    Aku menyembunyikan air mata yang tiba2 terasa panas, 

    Betapa cemennya aku yang selalu berhitung mengenai suhu, padahal iman tidak mengenal panas atau dingin. Bukankah Allah Maha Pemilik tubuh kita...semua adalah milikNya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. 

    Semua selalu dilihat dari dua sisi yang berbeda. Baru semalam aku mendapat kabar dari kawan bahwa dia akan berangkat Haji tahun depan dengan membayar ONH termahal (yang pernah aku tahu) paket Rp 450 juta per orang, dengan fasilitas super nyaman, dan hari ini aku mendengar cerita seorang Ibu yang demikian sederhana melihat Baitullah dari kacamata imannya. 

    Allahu Akbar... siapa sebenarnya yang lebih nyaman di akhirat nanti?

    Tiba2 dia mengeluarkan hand phone nya yang kecil dari dalam tasnya. "ibu bisa tolong bantu saya memperbaiki HP ini? Saya gak punya foto sama sekali karena tertulis gagal terus setiap kali saya foto". 
    Aku berusaha melihat masalah HP nya, tapi karena aku juga tidak familiar akhirnya aku putuskan untuk memotretnya. 

    "Mari saya foto". Lalu aku foto dia sambil duduk pakai HP-ku. Dia kaget sekali dan memeluk aku berkali2 dan mengucapkan syukur yang panjang. Tiba2 aku terpanggil untuk membantunya mengabadikan moment nya di Haram. 
    Aku ajak dia ke arah Ka'bah. Dia memandang aku dengan pandangan tak percaya. Aku menarik tangannya. Dia berdiri dan berjalanmengikutiku sambil menangis dan terus berdo'a untukku_ sepanjang jalan, dan airmataku menetes saat kusadari ternyata kakinya pincang! 

    Namun dia sudah menyelesaikan tawaf di roof top Haram di bawah temperature 42°C...ya Allah terimakasih telah mengirimnya kepadaku hari ini. 
    Betapa Allah Maha Baik telah mempertemukan aku dengan ibu Sri. 

    Pembelajaran yang aku dapat dari ibu sederhana ini ialah saat kita bersyukur semua terasa mudah dan indah. 
    Bahkan keterbatasan fisik pun tidak menjadi penghalang untuk beribadah sebagai ungkapan rasa syukurnya atas undangan Allah. 

    Masya Allah...itu adalah adab terbaik yang aku pelajari. 

    No comments:

    Post a Comment