Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Monday, August 28, 2017

    5 Propaganda Kaum Liberal Yang Merusak Akidah

    Beberapa tahun belakangan kaum liberal semakin berani saja menyampaikan provokasi-provokasi di hadapan khalayak, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Ini bukan karena memang punya militansi yang kuat, tapi lebih banyak disebabkan karena mereka ditopang oleh dana asing yang kuat.

    Entah maksud mereka itu apa menyebarkan paham yang aneh-aneh melalui beragam model propaganda. Yang jelas umat tidak diuntungkan oleh keberadaan mereka. Kalau awal-awal mereka menyebutkan motif mereka melakukan itu untuk menyegarkan pemahaman umat, tetapi semakin kesini mereka semakin berani melawan sendi-sendi ajaran Islam.

    Model yang mereka pakai dalam merusak dan meracuni nalar umat adalah “kalimah haqq urida bihal bathil” (kata-kata yang disebar seolah berisi kebenaran, padahal isi dan targetnya adalah kebatilan).

    Apa saja sendi-sendi ajaran Islam yang mereka secara lantang menentang dan mengkampanyekan penentangannya? Berikut 5 propaganda kaum liberal, target, dan jawabannya (dengan beberapa tambahan argumen), yang secara viral banyak beredar di media sosial dengan tidak diketahui siapa penulisnya:

    1. Propaganda Salat

    “Buat apa Salat kalau riya dan tidak Ikhlas, karena tidak akan diterima oleh Allah Swt. Lebih baik bersihkan hati dulu, nanti kalau sudah ikhlas dan tidak riya, maka baru salat agar diterima oleh Allah Swt.”

    Kalimat ini bertujuan untuk pembenaran meninggalkan salat dengan “dalih” pembersihan hati dulu. Beberapa orang yang pernah tinggal bersama kaum liberal, memberi kesaksian bahwa kalimat itu tidak hanya disampaikan secara lisan, tapi juga dipraktikkan. Mereka tidak salat dan melarang atau meledek orang di sekitarnya yang salat.

    Terhadap propaganda ini, perlu dijawab bahwa salat tetap wajib walau masih riya dan belum ikhlas, karena salat kewajiban agama. Setiap muslim, ikhlas atau riya, rela atau terpaksa, tetap wajib salat.

    Salat adalah benteng dari segala perbuatan keji dan munkar, termasuk riya, sebagaimana firman Allah Swt. berikut:

    “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alquran dan dirikanlah salat. Salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS Al-Ankabut [29]: 45).

    Dengan kata lain, salat justru obat hati yang bisa menyembuhkan dan menghilangkan penyakit hati, seperti riya dan ujub. Bagaimana penyakit hati bisa sembuh tanpa mendirikan Shalat ?!

    2. Propaganda Jihad

    “Lebih baik tidak pakai jilbab, tapi hatinya baik, daripada pakai jilbab tapi hatinya busuk.”

    Kalimat ini bertujuan untuk membenarkan pelepasan jilbab dengan “dalih” yang penting hatinya baik. Padahal, berjilbab adalah kewajiban agama (berdasarkan pendapat banyak ulama), baik si pemakai berhati baik maupun buruk, maka jilbab tetap wajib dikenakan oleh para wanita muslimah sesuai dengan ketentuan syariat, sebagaimana firman Allah Swt. berikut:

    “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS Al-Ahzaab [33]: 59).

    Jilbab justru juga termasuk obat hato yang akan ikut merangsang penyembuhan penyakit hati, sekaligus identitas muslimah yang jadi benteng dari segala gangguan. Karenanya, lebih baik pakai jilbab dan berhati baik, daripada berhati baik tanpa jilbab, apalagi berhati busuk tanpa jilbab.

    3. Propaganda Kepemimpinan

    “Lebih baik pemimpin kafir asal jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, daripada pemimpin muslim yang khianat, jahat, bejat, bodoh dan pemalas.”

    Kalimat ini bertujuan untuk membolehkan orang kafir memimpin umat Islam di wilayah mayoritas muslim. Padahal, berdasarkan Alquran dan Sunah serta ijma ulama bahwa orang kafir haram memimpin umat Islam di negeri Islam atau di wilayah mayoritas muslim.

    Karenanya semestinya logikanya dibalik, lebih baik pemimpin muslim yang jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, daripada pemimpin kafir yang jujur, adil, baik, cerdas, dan pekerja keras, apalagi pemimpin kafir yang khianat, jahat, bejat, bodoh dan pemalas.

    Kalau yang dipakai logika demokrasi, mestinya yang mayoritas itulah yang harus jadi pemimpin. Masa iya dari sekian banyak umat Islam tak ada yang bisa jadi pemimpin jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras.

    Faktanya justru banyak umat Islam yang sukses dalam memimpin. Cuma kesuksesan pemimpin Islam sengaja ditutup-tutupi atau mereka tutup mata agar propaganda kaum liberal bisa tetap meracuni otak umat.

    Faktanya lagi pemimpin muslim banyak yang tidak diberi kesempatan atau ditutup kesempatannya gara-gara propaganda ini menguasai media massa dan sosial. Padahal, propagan ini jelas sebagai pembodohan yang harus dilawan.

    4. Propaganda Politik

    “Islam itu suci dan ulama itu mulia, sedangkan politik itu kotor. Karenanya, jangan bawa Islam dan ulama ke dalam politik.”

    Baca juga:  Komentar Sinis Netizen soal Karangan Bunga untuk Ahok
    Kalimat ini bertujuan untuk menjauhkan Islam dan ulama dari politik agar para politisi durjana bebas dan leluasa mengatur negara dan bangsa sesuai kepentingan dan agendanya yang banyak tidak menguntungkan umat.

    Propaganda ini perlu dijawab bahwa Islam itu suci dan ulama itu mulia, sedangkan politik itu penting untuk mengurus negara dan bangsa. Karenanya, hanya Islam suci dan ulama mulia yang boleh masuk ke dalam politik agar tidak dikotori oleh para politisi durjana.

    5. Propaganda Penerapan Syariat Islam

    “Syariat Islam adalah aturan hukum yang bagus, saat diterapkan di zaman generasi terbaik “sahabat Nabi”, maka hasilnya bagus. Zaman sekarang generasi umat Islam sangat lemah dan tidak bagus, sehingga tak mampu jalankan syariah yang begitu paripurna. Karenanya, umat Islam saat ini jangan sibuk dengan perjuangan penerapan syariat Islam dulu, tapi harus fokus kepada perbaikan diri sendiri dulu.”

    Kalimat ini jelas bertujuan agar umat Islam tidak lagi menperjuangkan penerapan syariat Islam dengan “dalih” memperbaiki diri dulu.

    Syariat Islam adalah aturan hukum yang bagus, dan selalu dijalankan oleh para sahabat Nabi, sehingga menjadi generasi terbaik. Nah, generasi zaman sekarang yang lemah dan kurang bagus, justru karena tidak menjalankan syariat Islam dengan baik.

    Karenanya, generasi sekarang wajib mencontoh para sahabat dalam menjalankan Syariah yang begitu paripurna, sehingga bisa menjadi generasi yang bagus juga.

    Perlu diingat juga bahwa dahulu para sahabat sebelum masuk Islam merupakan generasi jahiliyah yang buruk, lalu masuk Islam dan menjalankan syariah Islam, sehingga menjadi generasi terbaik, sebagaimana dipuji oleh Allah Swt.:

    “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah,”  (QS Ali ‘Imran [3]: 110).

    Kesimpulannya, siapa yang ingin menjadi generasi terbaik, maka wajib memperjuangkan penerapan syariat Islam, karena syariat-lah yang mampu merubah pribadi dan masyarakat menjadi generasi terbaik.

    [Sumber: Datdut.com]

    No comments:

    Post a Comment