Deni Ahmad
Jika seorang guru/dosen hanya menjadi penyebar pengetahuan, apa bedanya ia dengan Google? Apa bedanya ia dengan Wikipedia? Bahkan, pengetahuan yang dimiliki oleh Google atau Wikipedia jauh lebih luas dibandingkan pengetahuan seorang guru/dosen.
Google lebih pintar, Wikipedia lebih berpengetahuan. Oleh karena itu, tugas seorang guru/dosen bukan hanya melulu mentransformasi pengetahuan (transformation of knowledge), tetapi yang jauh lebih penting, seorang guru/dosen juga harus mentransformasi etika (transformation of ethic).
Guru/dosen menjadi role model (teladan) bagi anak didiknya tentang pengarus-utamaan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Sungguh mengerikan saat kita mendengar seorang guru berbuat "cabul" pada muridnya atau seorang dosen yang sangat "killer" dan anti dialog pada para mahasiswanya. Pendidikan menjadi roboh, kehilangan teladan, yang terjadi adalah penindasan.
Seorang guru/dosen Idealnya menjadi pribadi yang jujur dan bersahaja terlebih dahulu sebelum mengajarkan tentang kejujuran dan kebersahajaan kepada murid atau mahasiswa. Jujur dan bersahaja adalah dua nilai etika yang wajib dimiliki oleh para akademia, baik di sekolah maupun di Universitas. Tanpa dua nilai itu -jujur dan bersahaja- para akademia akan menjadi manusia jahat, betapapun pintarnya.
Koruptor misalnya, adalah orang-orang yang pintar-pintar namun mengalami krisis kejujuran dan kebersahajaan.
Dan, di abad sekarang ini kita semakin melihat bahwa etika lebih dibutuhkan ketimbang pengetahuan.
Orang pintar yang tidak jujur, ia menjadi hukuman bagi peradaban. Sebaliknya, orang yang pandir tapi jujur, ia masih dirindu.
Menjadi guru atau dosen berarti harus siap menjadi teladan etika, "menjadi among dan pamong yang ngemong" dalam bahasa Ki Hajar Dewantara.
#FormalDikit :)
@Deniaz11
No comments:
Post a Comment