Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Friday, July 28, 2017

    Makna Sombong

    Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْر

    Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat zarrah dalam hatinya.

    Kemudian ada sahabat yang bertanya,

    “Ada orang yang suka memakai baju bagus, sandal yang bagus. Apakah termasuk kesombongan?”

    Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

    إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

    Allah itu indah menyukai sikap berhias. Sombong itu menolak kebenaran dengan takabbur dan merendahkan orang lain. (HR. Muslim 275)

    Macam-macam Sombong

    Sebelumnya kita perlu memahami bahwa sombong itu tidak satu tingkatan, namun sombong itu bertingkat. Dan secara umum, tingkatan sombong bisa kita bagi menjadi dua,

    [1] Sombong yang bertentangan dengan iman secara keseluruhan

    Itulah sombong yang menghalangi orang untuk menerima kebenaran islam. Kesombongan ini yang membuat mereka sama sekali tidak diizinkan masuk surga. Seperti kesombongan orang kafir, yang menyebabkan mereka tidak mau beribadah kepada Allah.
    Allah berfirman,

    إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

    “Sesungguhnya orang yang sombong sehingga tidak mau beribadah kepadaku, mereka akan masuk jahanam dengan kondisi terhina.” (QS. Ghafir: 60)

    Demikian pula kesombongan Iblis, kesombongan Firaun atau para musuh nabi lainnya.
    Allah berfirman tentang kesombongan Iblis,

    وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

    (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah[36] kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. al-Baqarah: 34).

    Allah juga berfirman tentang kesombongan Fir’aun,

    وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا

    Mereka (fira’un dan pengikutnya) mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. (QS. an-Naml: 14)

    Atau seperti sombongnya orang yahudi, sehingga mereka menolak syariat setiap nabi yang tidak sesuai keinginannya. Allah berfirman,

    أَفَكُلَّمَا جَاءكُمْ رَسُولٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أَنفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقاً كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقاً تَقْتُلُونَ

    Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (QS. al-Baqarah: 87)

    [2] Sombong yang tidak bertentangan dengan iman secara keseluruhan
    Sombong jenis ini, tidak sampai menyebabkan pelakunya keluar dari islam, meskipun bisa jadi, itu dosa besar. Seperti menghina orang lain atau merasa lebih berjasa dari pada orang lain.

    Bahkan ada kesombongan yang dibenarkan dalam syariat. Seperti kesombongan di depan pasukan orang kafir ketika perang, untuk menghinakan mereka.
    Pada saat perang uhud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan sebuah pedang untuk para sahabatnya,

    “Siapa yang mau mengambil pedang ini dengan menunaikan haknya?”
    Kemudian Abu Dujanah bertanya, “Apa haknya Ya Rasulullah?”

    “Engkau menebas leher-leher musuh sampai mereka terpukul mundur.” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Kemudian berangkatlah Abu Dujanah, dan dia berjalan menunjukkan keangkuhannya di depan pasukan musyrikin. Melihat itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkomentar,

    إِنَّها لمَشْيَةٌ يُبْغِضُهَا اللهُ إِلَّا فِي مِثْلِ هَذَا المَوْطِن

    Ini cara berjalan yang dibenci Allah, kecuali jika dilakukan di tempat seperti ini.

    Sebagian ulama memahami, yang dimaksud sombong yang menyebabkan pelakunya terancam tidak masuk surga adalah sombong yang bertentangan dengan iman.

    Perbedaan Memahami Hadis

    An-nawawi menyebutkan beberapa pendekatan ulama dalam memahami hadis ini,

    [1] Yang dimaksud sombong dalam hadis ini adalah sombong yang bertentangan dengan iman. Sehingga pelakunya tidak akan bisa masuk surga selamanya.
    [2] Bahwa makna hadis, ketika orang itu masuk surga, maka semua unsur kedzaliman akan dihilangkan dari hatinya. Hati mereka telah dibersihkan sebelum masuk surga.
    Kedua pendapat di atas adalah keterangan al-Khithabi.
    [3] Mereka tidak masuk surga secara langsung, tapi tertuda.
    (Syarh Shahih Muslim, 2/91)

    Allahu a’lam.

    [konsultasisyariah.com]

    No comments:

    Post a Comment