Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Friday, February 3, 2017

    Shiyam Ramadhan Dan Dharuriyah Khamsah

    Dari sekian bulan yang ada, bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia. Dilipatgandakan pahala ibadah, diampuni dosa-dosa dan dibukakan pintu keberkahan. Tepat sekali bila disebut dengan bulan yang paling mulia, karena dalam bulan Ramadhan umat Islam dibimbing untuk menjadi hamba berpribadi shalih dan takwa, juga membimbing hamba untuk memelihara seluruh aspek kehidupan yang lima, yaitu memelihara agama, jiwa dan kehormatan, keturunan, harta dan akal.

    Pertama, memelihara agama. Allah berfirman di dalam al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

    Secara jelas disebutkan bahwa tujuan dari puasa adalah untuk meraih ketakwaan, ini berarti bahwa menahan diri dari lapar dan dahaga bukanlah tujuan utama dari berpuasa. Takwa dalam arti mampu meninggalkan larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya. Dalam al-Qur’an juga disebutkan bahwa takwa adalah bekal utama untuk hidup bahagia di akhirat.

    Bahkan di bulan ramadhan, bisa dikatakan sebagai moment tepat untuk bertaubat, meskipun taubat tidak harus menunggu bulan ramandhan. “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan mengharap wajah Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari) Ini menjadi kesempatan yang tepat untuk mensucikan diri serta melatih diri dalam sebulan penuh menjadi pribadi yang benar-benar shalih dan taat kepada Allah.

    Kedua, memelihara jiwa dan kehormatan. Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian berpuasa di suatu hari, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan berbuat kesia-siaan. Bila ia dicaci seseorang atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya sedang berpusa’.” (HR. Muslim)

    Nasehat Rasulullah ini sangat mendasar sekali, pertama dimulai dengan kewajiban berpuasa, kemudian disampaikan bahwa orang yang berpuasa juga harus menjaga tindak-tanduknya, baik lisan maupun berbuatan dan mampu menahan amarahnya, sehingga satu bulan penuh umat Islam harus benar-benar mampu menjaga seluruh amal perbuatannya.

    Kita ketahui sesungguhnya kezhaliman, pembunuhan dan perampasan hak saudara se-Islam selalunya berawal dari satu hal yang barangkali dianggap remeh, yaitu menyakiti saudara se-Islam baik dengan lisan maupun perbuatan.

    Ketiga, memelihara keturunan. Sejatinya, orang yang berpuasa untuk mengharap ridha Allah secara tidak langsung dirinya telah berupaya untuk menahan hawa nafsu, terlebih nafsu syahwatnya. Oleh karena itu Islam menetapkan larangan berhubungan suami istri pada siang bulan Ramadhan, bahkan Islam menentukan hukuman khusus bagi siapa yang melanggar aturan ini. Lagi-lagi Islam mengajarkan bagaimana cara menahan nafsu syahwat, sebab betapa banyak perzinaan itu terjadi karena setan telah mengendalikan nafsu syahwat seorang hamba, dan tentunya ini menjadi kesempatan yang tepat untuk berlatih menahan nafsu syahwat tersebut.

    Bulan Ramadhan juga moment untuk memperkenalkan keluarga dan anak-anak pada ibadah puasa, ibadah lapar, hakekat sebagai seorang hamba, arti memberi dan menahan, sehingga sangat tepat sekali untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Di sinilah nilai memelihara keturunan, yaitu dari sisi menahan syahwat dan pendidikan keluarga serta generasi Islam yang ada.

    Keempat, memelihara harta. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (HR. At-Tirmidzi) .

    Paling tidak ada dua maslahat harta pada bulan Ramadhan, orang yang memberi buka puasa akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa dan ditambahkan keberkahan pada hartanya, kemudian orang yang diberi makanan untuk berbuka tentunya sangat meringankan dirinya dari mencari dan menyiapkan makanan untuk ia berbuka nanti.

    Sehingga dengan ini harta bernilai amal shaleh di akhirat dan bermanfaat bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan, bukankah sebagian besar harta orang kaya adalah milik orang miskin, oleh karena itu hendaklah saling berbagi kepada orang yang membutuhkan.

    Kelima, memelihara akal. Sejarah telah mencatat bahwa generasi Islam terdahulu telah banyak melahirkan manusia-manusia istimewa dengan kecerdasan dan pengetahuan yang luar biasa. Ulama-ulama salaf adalah orang-orang yang dikaruniai oleh Allah kecerdasan di atas rata-rata sehingga mereka mampu membuat karya-karya yang dijadikan rujukan dari satu generasi ke generasi yang lain sampai saat ini. Salah satu rahasia mereka dalam menuntut ilmu adalah menjaga pola makan, terlalu kenyang membuat seseorang malas belajar, wujudnya yang paling praktis adalah dalam bentuk puasa sunnah. Jadi, seorang pembelajar sangat dianjurkan rajin berpuasa, karena puasa itu menyehatkan dan mencerdaskan. Wallahu a’lam. [hujjah.net] (Disarikan dari kitab Maqashidu ash-Shaum karya al-Izz bin Abdussalam dengan perubahan dan tambahan)

    No comments:

    Post a Comment