Ketika Anda ditanya tentang siapa penemu Benua Amerika, boleh jadi nama yang kemudian terpikir adalah Cristoforo Colombo alias Christopher Columbus. Lantas, ketika ditanya dari manakah nama Amerika diambil, jawaban yang kemungkinan disebut adalah Amerigo Vespucci.
Hal itu sangat bisa dimaklumi mengingat sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) klaim Columbus sebagai penjejak pertama tanah Amerika pada 1492 telah diajarkan. Disebutkan, pedagang sekaligus penjelajah asal Genoa, Italia itu menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai di Benua Amerika pada 12 Oktober 1402. Namun, berdasarkan fakta sejarah, benarkah klaim tersebut?
Adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, salah satu tokoh yang tidak percaya bahwa Benua Amerika ditemukan oleh Columbus. Erdogan secara tegas menyatakan bahwa Amerika ditemukan oleh para pelaut Muslim di abad ke-12, hampir tiga abad sebelum Columbus menginjakkan kaki di sana. Menurut Erdogan, kontak-kontak antara Amerika Latin dan Islam telah dilakukan sejak abad ke-12.
Sebelumnya, seorang ahli kapal selam dan sejarawan kondang Gavin Menzies pun membantah klaim bahwa Columbus adalah penjelajah pertama Amerika. Menurut dia, penemu Benua Amerika adalah Laksamana Muslim asal Cina bernama Cheng Ho. Dalam catatannya, Cheng Ho menginjakkan kaki di sana 70 tahun sebelum pelayaran Columbus.
Kepada publik ia menunjukkan bukti berupa peta-peta pelayaran kuno dan artefak yang secara jelas menyatakan Cheng Ho pernah singgah di Amerika setelah melakukan pelayaran pada periode 1421-1423.
Diceritakannya, pada 1405 ketika Cheng Ho ditugaskan menjelajahi dunia bersama beberapa armada laut Cina yang memakan waktu dua tahun, sang Laksamana berhasil melewati Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aru, Sumatra, Sri Lanka, dan Kalkuta. Inilah pelayaran yang dianggap sebagai momen penting pelayaran Cina di Nusantara.
Khusus mengenai pelayaran menuju Benua Amerika, beberapa sumber arkeologi menyebutkan, Cheng Ho pernah berlayar bersama awak kapalnya pada 1421 hingga 1423. Sebelum sampai di Benua Amerika, tepatnya di Amerika bagian selatan setelah menyeberang dari Afrika, Cheng Ho melewati jalur yang terkenal sangat sulit dan berbahaya. Beberapa sumber memaparkan, sering kali kapal-kapal Eropa yang melewati jalur tersebut terdampar akibat terhalang ombak.
Laporan mengenai penemu Benua Amerika juga disampaikan sejumlah sarjana Muslim beberapa waktu lalu. Mereka menyatakan, Muslim tiba lebih dulu di Amerika dibanding Columbus. Mereka yakin akan hal itu meski tidak ditemukan reruntuhan bangunan atau peninggalan Islam pra-Columbus di Benua Amerika.
Dalam satu artikel yang diterbitkan pada 1996, sejarawan Youssef Mroueh menyebutkan bahwa saat berlayar ke Amerika Columbus melihat sebuah masjid di Kuba. Artikel itu mau tidak mau memunculkan kembali pertanyaan besar mengenai siapa sebenarnya penemu Benua Amerika. Sebab, faktanya, klaim bahwa Columbus sebagai penemu Benua Amerika menuai banyak keraguan. Nama yang kemudian muncul, dan diperkuat fakta sejarah, adalah pelaut Muslim. Merekalah yang pertama kali menjejakkan kaki di tanah Amerika, jauh sebelum Columbus.
Jika diamati secara detail sejarah pelayaran Columbus, tampak sekali bahwa memang bukan penjelajah asal Genoa itu yang pertama kali menyeberangi Atlantik lalu mendarat di Amerika. Dalam catatannya, Columbus berlayar dari Spanyol pada tahun yang sama dengan runtuhnya dinasti Islam terakhir di tanah Iberia.
Pelayarannya banyak diawaki oleh orang-orang Islam asal Iberia yang diceritakan sangat mengenal sejarah di masa keemasan Islam. Mereka dipaksa memeluk Katolik jika tak ingin dibunuh. Dari para awaknya itulah Columbus bisa dengan mudah mendengar kisah tentang dunia baru bernama Amerika dan terinspirasi untuk menjangkaunya.
Setibanya di Amerika, Columbus mencatat beberapa hal terkait syiar Islam. Misalnya, ia berkomentar mengenai emas milik penduduk asli yang dibuat dengan paduan dan tata cara yang sama dengan yang dibuat oleh kaum Muslimin di Afrika Barat. Ia juga mencatat, kata asli untuk emas di daerah tersebut adalah ghunain. Kata itu sangat mirip dengan kata emas dalam bahasa Mandika yang disebut ghanin. Jika dihubungkan dengan kata dalam bahasa Arab, terdapat kemiripan dengan kata ghina yang artinya ‘kekayaan’.
Catatan Columbus juga menyebut tentang adanya sebuah kapal pada 1498 yang memuat banyak barang dagangan. Kapal tersebut diawaki orang-orang Afrika. Berdasarkan keterangan penduduk asli, mereka telah bermitra dagang dengan penduduk lokal.
Pelayaran Muslim Spanyol
Di samping catatan Columbus, fakta sejarah tentang Muslim sebagai yang pertama menginjakkan kaki di Amerika terpapar nyata dari seorang sejarawan dan ahli geografi Muslim bernama Abu Hasan Al Mas'udi. Ia menulis perjalanan Muslim Spanyol pada 889 M. Tulisan itu sendiri dibuat pada 956 M.
Ekspedisi pelayaran pada tahun tersebut merupakan perjalanan selama berbulan-bulan ke arah Barat. Pelayaran bertolak dari Pelabuhan Delba yang merupakan pelabuhan yang sama dengan tempat berangkatnya ekspedisi Columbus.
Hasilnya, mereka menemukan sebuah daratan yang sangat luas, kemudian melakukan perniagaan dengan penduduk asli di daerah tersebut sebelum kembali ke Eropa. Al Mas'udi menggambarkan tanah tersebut dalam petanya yang sangat fenomenal. Ia menyebut daratan tersebut sebagai "the unknown land" atau daratan tanpa nama.
Disebutkan, Muslim Spanyol telah melakukan ekspedisi ke Amerika sebanyak dua kali. Pertama pada 999 M yang dipimpin Ibnu Farrukh dari Granada dan kedua dipimpin Al Idrisi pada 1100 M. Pada pelayaran kedua, Al Idrisi mencatat adanya sekelompok Muslimin berlayar ke arah Barat dari Lisabon selama 31 hari dan berlabuh di sebuah pulau di Karibia.
Mereka ditawan oleh penduduk asli Amerika di kepulauan tersebut selama beberapa hari. Mereka akhirnya dibebaskan menyusul negosiasi dengan perantara salah seorang penduduk setempat yang memahami bahasa Arab. Keberadaan penduduk yang memahami bahasa Arab menjadi poin penting. Sebab, hal tersebut menunjukkan sering terjadi kontak antara penduduk setempat dengan orang-orang Arab.
Teori lain menyebut, kaum Muslimin datang ke Benua Amerika menyeberangi samudra gelap Atlantik pada 300 atau 400 tahun sebelum kedatangan Columbus. Hal itu diindikasikan dengan kemampuan umat Islam dalam hal pemetaan, citra geografis, dan astronomi.
Eksistensi orang-orang Arab, Afrika Barat, dan Usmani di Benua Amerika jauh sebelum kedatangan Columbus dan orang-orang Kristen Eropa menguatkan fakta sejarah bahwa Muslimlah penjelajah pertama yang sampai ke Amerika.
Dari pemaparan tersebut, teori yang menyatakan Columbus sebagai penjelajah pertama Samudera Atlantik yang kemudian menginjakkan kaki di Benua Amerika merupakan teori lama yang sangat lemah dan belum diuji. n c78 ed: wachidah handasah
***
Dua Teori Penguat
Dalam teori Afrika Barat, beberapa bagian dunia Islam telah mengadakan kontak dengan orang-orang di Benua Amerika sebelum Columbus. Di Afrika Barat terdapat sebuah kerajaan yang sangat makmur dan memiliki kekuatan besar. Kerajaan tersebut bernama Mali dengan rajanya yang paling terkenal bernama Mansa (Raja) Musa.
Sebelum Raja Musa, Mali dipimpin oleh saudaranya yang bernama Abu Bakar yang rupanya pernah mengirim 400 kapal untuk menjelajahi Samudra Atlantik. Namun, dari jumlah tersebut hanya satu kapal yang kembali dengan selamat.
Lantas, awak kapal yang selamat tersebut melaporkan, di seberang lautan sana ada sebuah daratan yang luas. Mendengar kabar tersebut, Mansa Abu Bakar pun melakukan ekspedisi lanjutan dengan mengirimkan dua ribu awak kapal menuju kawasan tersebut. Sayangnya, kabar mereka tidak pernah terdengar lagi.
Meski tidak ada catatan spesifik dari pelayaran tersebut, di Amerika terdapat bukti kuat bahwa kaum Muslim dari Mali itu telah melakukan pelayaran dan berhasil menjangkau Amerika. Bukti itu berada di sebuah situs arkeologi di daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan yang menunjukkan bahwa orang-orang Mali pernah datang ke wilayah tersebut.
Orang Spanyol pun ketika datang ke Amerika menemukan prasasti di wilayah Brasil dengan bahasa Mandika yang merupakan bahasa Mali. Terdapat pula prasasti dalam bahasa Mandika yang ditemukan di wilayah Amerika Serikat, tepatnya di wilayah Mississippi.
Prasasti juga ditemukan di wilayah Arizona. Dalam prasasti itu terdapat gambaran tentang gajah-gajah sakit, padahal gajah bukanlah hewan asli Amerika. Fakta itu pun mengindikasikan kesuksesan perjalanan Mansa Abu Bakar menjangkau daratan Amerika.
Teori kedua yakni teori Dinasti Turki Usmani. Diceritakan, pada 1929, terdapat sebuah penemuan yang cukup fenomenal di Istanbul. Saat itu ditemukan sebuah peta yang dibuat pada 1513 oleh seorang kartografer Turki Usmani bernama Piri Reis. Peta tersebut dinilai luar biasa karena cukup detail dalam menunjukkan lokasi-lokasi. Temuan itu memaksa para sejarawan meneliti ulang teori ekspedisi Columbus.
Peta tersebut dengan jelas menunjukkan letak pantai timur Amerika Selatan. Dengan detail yang luar biasa, ditunjukkan pula pantai Brasil berikut letak-letak sungainya. Peta karya Reis juga menampakkan Pegunungan Andes yang tidak tersentuh oleh para penjelajah Eropa hingga 1520-an, satu dekade setelah peta Reis dibuat.
Meski Reis menjadikan ekspedisi Columbus sebagai sumber utamanya, Columbus tidak pernah menginjakkan kakinya di wilayah Amerika Selatan sehingga catatan-catatan ekspedisi kaum Muslimin pun menjadi bagian penting dari peta karyanya.
Sang kartografer menyatakan, peta itu dibuat berdasarkan sumber-sumber dari masa lalu, yaitu peta Yunani dan Arab kuno, termasuk peta yang dibuat berdasarkan ekspedisi Columbus yang berlayar 21 tahun sebelumnya.
Peta Reis dengan sumber-sumber klasik yang ia gunakan menunjukkan penguasaannya yang mumpuni mengenai Benua Amerika. Peta karyanya juga merupakan bukti fisik terkuat mengenai ekspedisi-ekspedisi kaum Muslimin jauh sebelum ekspedisi Columbus.
Republika.co.id
Sunday, March 12, 2017
Sejarah
No comments:
Post a Comment