Pada saat perang Uhud sedang
berkecamuk, Rasulullah SAW terpojok bersama tujuh orang Anshar dan dua orang
Quraisy Muhajirin. Ketika kaum musyrik telah merangsek mendekat, beliau
bersabda, ''Siapa yang bisa menolak serangan mereka, ia akan masuk surga atau
menjadi temanku di surga.''
Majulah seorang laki-laki dari
kaum Anshar lalu memerangi musuh hingga terbunuh. Lalu musuh kembali merangsek
mendekat. Rasulullah bersabda, ''Siapa yang bisa menolak serangan mereka, maka
ia akan masuk surga atau menjadi temanku di surga.''
Maka, majulah seorang laki-laki
dari kaum Anshar, lalu memerangi musuh hingga ia terbunuh. Hal seperti itu
terjadi berulang-ulang hingga terbunuhlah tujuh orang Anshar. Rasulullah
bersabda kepada dua sahabat Muhajirinnya, ''Kita tidak sebanding dengan para
sahabat kita dari kalangan Anshar itu.'' (kisah ini diriwayatkan di dalam
hadits Muslim).
Bagaimana orang-orang itu bisa
begitu rela berkorban? Jawabannya tentu karena mereka mencintai Rasulullah Sholallahu
Alaihi Wasallam lebih dari diri mereka
sendiri. Dan, sikap demikian memang diperintahkan Rasul sebagaimana yang pernah
dialami Umar bin Khathab yang berkata, ''Wahai Rasulullah! Sungguh engkau lebih
aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.'' Nabi Sholallahu
Alaihi Wasallam berkata, ''Tidak bisa! Demi Allah hingga aku lebih engkau cintai
daripada dirimu sendiri.''
Maka Umar berkata, ''Sesungguhnya
mulai saat ini, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.''
Nabi Sholallahu Alaihi Wasallam bersabda, ''Sekarang engkau telah benar wahai
Umar.'' (HR Al Bukhari). Benar, mencintai baginda Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wasallam bukanlah sekadar mencintai diri
pribadi beliau sebagai manusia yang sama dengan kita.
Pertanyaannya sekarang adalah,
apakah bukti nyata cinta kita kepada baginda Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wasallam sebagaimana para sahabat Anshar telah membuktikan cinta mereka pada
kisah tersebut?
No comments:
Post a Comment