Apa
hukumnya apabila suami hanya ingin tampil menarik di luar rumah sedang apabila
di rumah tampil buruk/membosankan?
Ummu hanif di banjarharjo
==
Setiap manusia pasti menyukai keindahan. Allah pun juga
mencintai keindahan. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan, serta cinta untuk
melihat bekas nikmat-Nya pada hamba-Nya.”
Tentunya bagi pasangan suami istri, baik itu suami atau
istri sama-sama menginginkan tampilan terbaik dari pasanganmereka. Istri juga
menyukai suami yang berpenampilan menarik di hadapannya, memakai wangi-wangian
dan berpakaian rapi. Sebaliknya, suami juga menginginkan hal yang sama dari
istrinya. Istrinya juga akan takjub pada suaminya dengan sesuatu yang membuat
suami takjub pada istrinya.
Banyak suami yang berbuat salah ketika tidak memerhatikan
penampilan untuk istrinya. Salah besar jika suami beranggapan bahwa istrinya
tidak akan peduli dengan penampilannya di rumah. Baik ketika bajunya kotor, aromanya tidak
wangi, atau dalam kondisi tidak bersih. Perlu diingat, wanita adalah makhluk
yang memiliki perasaan, pandangan, harapan, sebagaimana laki-laki. Bahkan,
mungkin itu lebih besar daripada laki-laki. Sehingga seorang suami tidak pantas
menelantarkan perasaan dan sensitifitas istri dengan bersikap masa bodoh
terhadap penampilannya.
Seorang istri merasakan apa yang dirasakan suami dan yang
paling kuat dirasakannya adalah dalam sisi ini. Namun, terkadang perasaan malu
mencegahnya untuk menyampaikan kekurangan itu kepada suaminya.
Karena itulah, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku berhias
untuk istriku sebagaimana aku juga
senang jika ia berhias untukku.”
Ini merupakan pengamalan dari firman Allah:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf…” (Al-Baqarah: 228)
Perhatian seorang suami pada aroma tubuh, penampilan, dan
kebersihan badannya termasuk perkara yang membuat seorang istri lebih mencintai
suami, tertarik, senang untuk duduk bersamanya, gembira ketika melihatnya, dan
dekat dengannya. Dan itu semua dapat meningkatkan keharmonisan dan kecintaan
antara keduanya.
Berhias merupakan faktor penting yang dapat mendatangkan
kebahagian suami istri. Hal ini dapat menjadi penguat hubungan mereka berdua.
Juga dapat mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan bagi keduanya.”
Diceritakan ada seorang lelaki berambut kusut masai dan
berdebu bersama istrinya menemui khalifah Al-Faruq, Umar bin Khaththab. Sang
istri mengadukan suaminya kepada khalifah. Umar pun memahami ketidaksenangan
wanita itu pada suaminya. Beliau lalu menyuruh suaminya untuk mandi, menyisir
rambut, dan memotong kuku-kukunya. Ketika lelaki tersebut masuk kembali ke
ruangan itu, Umar menyuruhnya agar berjalan menuju istrinya dari depan.
Istrinya pun merasa asing dengannya dan berpaling darinya. Setelah mengenali
bahwa lelaki tadi adalah suaminya, ia pun menghadap kepada suaminya dan menarik
tuduhannya. Setelah itu Umar berkata, “…Seperti itulah seharusnya kalian
berbuat untuk para istri. Karena demi Allah, sungguh mereka senang jika kalian
berhias sebagaimana kalian juga senang jika mereka berhias untuk kalian.”
Melihat keluhan yang disampaikan penanya, maka saya sarankan
dua hal. Pertama, kita harus intropeksi diri. barangkali suami tidak atau
enggan berhias di hadapan istri karena sang istri juga tidak berhias dan
berpenampilan menarik untuk suami. Kedua, jika memang kita sudah berusaha
berpenampilan baik di hadapan suami, akan tetapi suami masih tidak
memperhatikan penampilannya di hadapan istri, maka sang istri harus
mengingatkan suaminya. Tidak perlu malu dan sungkan. Sampaikan keinginannya
bahwa dia ingin melihat suaminya berpenampilan menarik. Sehingga diharapkan
suaminya menyadari hal itu.
No comments:
Post a Comment