Panggil saja aku Aisyah (nama samaran yang dipilih nara sumber), wanita paruh baya dengan anak tiga. Suamiku, Subhanallah seorang laki-laki yang bertanggung jawab kepada keluarga dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tempat tinggal kami tidak tetap, karena suami sering dipindahtugaskan dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia. Sebagai istri, aku selalu setia mengikuti suami ke manapun dia harus bekerja.
Seperti pasangan suami istri kebanyakan, hidup kami sangat amat bahagia. Cinta serta kasih sayang kami punya, materi mencukupi, titipan dari Allah ada tiga anak dan semuanya berjalan sesuai dengan harapan. Suamiku humoris dan tingkahnya lucu mengingatkanku kepada salah satu teman, inilah salah satu hal yang membuat aku betah berada di samping suami.
Hingga suatu saat ada yang berubah dan berbeda pada diri suami. Naluri kewanitaanku mengatakan bahwa suami sedang jatuh cinta lagi, kata orang sedang menjalani puber kedua. Karena suami mempunyai tipe tertutup dan sebaliknya aku, maka pada suatu hari kuajak dia jalan-jalan sambil mengenang masa-masa indah dulu. Kesempatan itu kujadikan waktu yang tepat untuk membunuh rasa penasaran selama ini tentang puber kedua suami, apakah dia mempunyai WIL (Wanita Idaman Lain). Ternyata jawabnya tidak, dan aku percaya karena memang sungguh suamiku seorang yang jujur, lega rasanya.
Menjelah ultah perkawinan kami pada bulan April, aku semakin penasaran melihat galagat suami yang betul-betul berubah lain dari biasanya. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat aku bersikap kurang sopan dengan menyelidiki isi HP dan e-mailnya, namun tetap saja tidak ketemukan hal-hal yang mencurigakan, kecuali gambar laki-laki yang belum aku kenal. Seingatku semua teman suami aku mengenalnya, tapi yah sudahlah mungkin belum dikenalkan saja olehnya.
Sebagai wanita yang terbiasa terbuka dan ingin segala sesuatunya berjalan dengan jelas tanpa mendung, awan, dan warna kelabu maka beberapa hari setelah ultah kelahiranku kuberanikan diri untuk ‘memaksa’ suamiku berterus terang saja ada apa sebenarnya yang terjadi. Aku sudah siap segalanya jika memang dia mempunyai WIL dan ada keinginan untuk menikah lagi. Suamiku dengan jujur mau berterus terang namun memintaku untuk siap lahir batin mendengar pengakuan dari dirinya. Panas dingin seluruh tubuh karena tegang hal apa yang akan keluar dari mulut suamiku tercinta.
Masyaa Allah, tiada kekuatan selain dari-Nya, ternyata apa yang diceritakan kepadaku sama sekali tidak pernah terbayang sebelumnya dalam kamus hidupku. Suamiku ternyata jatuh hati dengan seorang laki-laki. Sendi ini rasanya mau copot dan lebih baik pingsan saja, namun naluriku dan kasih cintaku berkata lain. Dia membutuhkanku, seorang teman yang mau memahaimnya. Dengan sekuat tenaga dan menekan perasaan kudengarkan baik-baik cerita sang suami, sambil dia menunjukkan gambar seorang laki-laki yang tersimpan dalam HP. Rupanya itu adalah cinta pertamnya kepada laki-laki.
Keajaiban dari Allah, aku dapat bershabar dan kutanya satu per satu apa saja yang telah mereka berdua perbuat, Alhamdulillah baru sebatas suka saja. Karena tidak ada kata ‘cerai’ dalam kamus pernikahanku maka sejak saat itu dia kuminta selalu berterus terang apapun tentang laki-laki tersebut. Apa yang dia rasakan, entah saat kangen, ketika sedih mengingatnya, dll. Aku juga mulai mempelajari dunia homoseksual, sayang kebanyakan website, forum dan milis hanya berisi para lelaki yang ingin memuaskan birahinya saja. Hingga suatu saat kutemukan milis Hijrah_Euy yang ternyata sangat membantu saya memahami dunia ini dengan kacatama Islam, lurus dan benar, serta tegas. Kubaca dan kulalap sampai habis bacaan serta posting-posting lama agar diriku dapat memahami suamiku.
Suami juga aku wajibkan untuk menceritakan masalah ini pada salah satu anggota keluarganya, dan kakak sulunglah yang menjadi tempat curhat kita berdua mengenai masalah ini. Anak-anak yang sudah mulai remaja juga tidak boleh dan jangan sampai mengetahui tentang hal tersebut, sehingga saat membecarakan hal ini kami berdua harus hati-hati melihat situasi dan kondisi.
Sampai saat ini seringkali aku masih merasa asing dengan perasaan suamiku terhadap laki-laki tersebut, namun tekad dan semangatku untuk menyelamatkan dirinya dari tindakan hubungan seks sesama jenis membuatku selalu tegar menghadapinya. Ya Allah, sabarkan diri ini dan suamiku, meniti jalan-Mu.
Pesan mbak Aisyah kepada semua wanita muslimah, jika mendapati suami atau anak ternyata mempunyai ketertarikan sesama jenis (ssa-same sex attraction) mohon jangan panik dan menjahui mereka. Kita sebagai manusia tidak akan dapat mencegah apapun jika mereka akan berbuat nista, oleh karena itu serahkan saja semuanya kepada Allah SWT yang mengatur hidup ini. Melalui jalan sabar dan ikhlas, dampingi mereka dengan baik serta pahami juga temani, maka ini adalah salah satu sumber guna meraih Surga-Nya kelak, amiin.
Diceritakan kepada Sinyo lewat Yahoo Messenger pada hari Jum’at, Tgl 20 Mei 2011, setelah sholat Isya.
[Sumber: Sinyoegie.wordpress.com]
No comments:
Post a Comment