Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Wednesday, June 7, 2017

    Ketawadhuan Abu Hanifah

    Imam Abu Hanifah bercerita: “Aku belajar lima masalah dalam ibadah haji dari seorang pencukur rambut.” Berikut ini kisahnya:

    Setelah aku menyelesaikan manasik haji aku pergi ke tukang cukur untuk mencukur rambutku.

    Aku bertanya kepada tukang cukur: “Berapa ongkos mencukur rambut?”

    Tukang cukur itu berkata: “Ini adalah ibadah, dan ibadah tidak mensyaratkan apa pun. Duduklah!” Aku pun duduk dan membelakangi kiblat.

    Dia berkata: “Hadapkan wajahmu ke arah kiblat!”

    Ku berikan kepalaku sebelah kiri untuk dicukur terlebih dahulu. Dia kembali berkata: “Putar kepalamu ke arah kanan.”

    Maka aku pun memutar kepalaku ke arah kanan. Dia langsung mencukur rambutku dan aku diam saja. Dia berkata lagi: “Bacalah takbir (Allahu akbar)!”

    Aku pun terus membaca takbir sampai dia selesai mencukur. Ketika aku berdiri dia berkata: “Mau ke mana kamu?”

    Aku menjawab: “Aku ingin meneruskan perjalananku.”

    Dia berkata: “Shalatlah dua raka’at dulu, setelah itu pergilah.”

    Aku sangat terkejut dengan perkataan tukang cukur itu dari awal dia mencukur rambutku, lalu aku bertanya kepadanya:”Dari mana kamu belajar semua ini?”

    Dia berkata: “Aku pernah melihat ‘Atha’ bin Abi Rabbah melakukan ini.”

    Di antara ketawadhu’an Imam Abu Hanifah yang lain adalah ketika Abu Hanifah melewati anak-anak yang sedang bermain di jalan, dia berkata kepada salah seorang dari mereka: “Wahai anakku, hati-hati, nanti jatuh ke tanah.”

    Anak-anak membalas: “Engkau yang harus hati-hati, agar jangan sampai jatuh, karena terperosoknya orang alim adalah terperosoknya alam.” (Kesalahannya menyebabkan kesalahan orang-orang).

    Abu Hanifah berkata: “Demi Allah, sejak saat itu aku tidak mengeluarkan fatwa, kecuali setelah berdiskusi dengan murid-muridku selama 40 hari.”

    No comments:

    Post a Comment