Di dalam ceramahnya, syaikh Abdullah Azzam pernah menceritakan salah satu tokoh wanita Mesir yang gigih memperjuangkan Islam. Tubuhnya yang lemah bertubi-tubi menerima berbagai deraan dan siksaan dari rezim penguasa saat itu, Jamal Abdul Nasir.
Di dalam kumpulan ceramahnya yang telah dibukukan pada jilid 1 dan jilid 6, syaikh mendeskripsikan kegigihan wanita ini ketika di siksa di penjara. Bahkan, wanita ini juga lantang bersuara ketika duduk di persidangan. Ketika Jaksa Penuntut Umum bertanya kepadanya, “Apakah benar engkau pernah mengatakan bahwa bapak presiden (Jamal Abdul Nasir) adalah Abu Jahal?”
Maka ia menjawab, “Ya memang benar, akan tetapi saya menyesal karena ia ternyata bukan cuma Abu Jahal (bapaknya kebodohan), tapi dia bahkan Abu Ajhal (bapaknya segala kebodohan)”.
Dan dalam suatu persidangan yang direkam dalam satu pita rekaman yang nantinya akan dikirimkan kepada Presiden, Jaksa Penuntut Umum bertanya, “Apakah benar anda menyebut “lalat” kepada Jamal Abdul Nasir ?”
Ia menjawab, “Ya memang benar. Kemudian sesudah itu saya menarik sebutan tersebut lantaran ada sebuah hadits shahih yang menyebutkan bahwa pada salah satu sayap lalat ada penyakit dan sayap yang lain terdapat obat. Sedangkan orang itu sama sekali tidak ada obat dalam dirinya”.
“Lantas anda namakan apa dia dan apa sebutan terakhir anda padanya?”, tanya Jaksa. Maka wanita inimenjawab, “Saya menyebutnya hantu sawah. Orang-orangan yang dibikin dari kain gombal, dari kayu yang dipakaikan sepotong kain, menakut-nakuti manusia seperti tongkat menakut-nakuti burung.”
Mendengar jawaban tersebut sang Jaksa berteriak dengan suara tinggi dan badannya turut bergetar, “Empat puluh juta manusia hanya dikendalikan oleh sebuah tongkat?!” Ia menjawab, “Ya, dengan sebuah tongkat, dan tongkat itu dikendalikan dari luar.”
Kemudian majelis hakim menjatuhkan hukuman kerja berat seumur hidup atasnya. Maka wanita Mesir ini berkata, “Allahu Akbar, demi menegakkan bendera Islam dan masyarakat muslim.”
Sebuah ketegaran dan ketegasan yang patut diteladani. Karakter seperti inilah yang akan mengantarkan Islam kembali pada kejayaannya. Selain kisah-kisah keberaniannya, wanita Mesir ini juga mempunyai cerita-cerita ketika mendapatkan karamah dari Allah. Siapakah gerangan wanita pemberani ini? Tokoh yang disebut-sebut syaikh Abdullah Azzam dalam ceramahnya ini adalah Zainab Muhammad Al-Ghazali al-Jibili atau lebih dikenal dengan nama Zainab Al-Ghazali.
Mengenal Zainab Al-Ghazali
Dia adalah wanita asli Mesir yang lahir di dalam keluarga yang terhormat, keturunan Umar al-Khattab dan al-Hasan bin Ali bin Abi Talib. Ia lahir di desa Mayyet Ghamar di sebuah propinsi yang bernama Daqahliyah pada 2 Januari 1917. Sejak kecil dirinya sudah ditanamkan ulumuddien dalam kehidupan sehari-hari.
Di usia dini, ayahnya selalu menghasung Zainab untuk menjadi seorang wanita muslimah yang kuat. Ayahnya adalah salah satu ulama Al-Azhar. Zainab belajar di sebuah madrasah di kampung halamannya sendiri. la belajar ilmu-ilmu agama di bawah asuhan para ulama-ulama besar al Azhar. Di antara ilmu-ilmu yang ia pelajari adalah Ilmu Hadits, Tafsir, dan Fiqih.
Latar belakang ayahnya yang religius membuat Zainab benar-benar terdidik menjadi muslimah berkepribadian tangguh. Ayahnya ingin Zainab menjadi seperti shahabiyah Nusaibah binti Kaab Al-Muzanniya yang berjuang bersama Rasulullah dalam pertempuran Uhud.
Tidak begitu banyak informasi yang mendetail berkenaan dengan masa kecil dan jenjang pendidikannya. Yang paling kentara adalah dukungan penuh dari ayahandanya agar Zainab kelak menjadi orang yang besar dan berguna bagi dien Islam.
Jejak langkah perjuangannya dimulai pada usia yang masih belia. Saat itu, umurnya belum mencapai 18 tahun dan ia sudah tergabung pada EFU (Egyptian Feminist Union) yang dipimpin oleh Hadi as-Sya’rawi pada tahun 1923. Sebenarnya tujuan Zainab bergabung dengan organisasi ini untuk menyuarakan hak-hak perempuan sesuai dengan syariat Islam. Agaknya apa yang diharapkan Zainab bertentangan dengan visi EFU sebagai wadah organisasi. EFU lebih menggunakan pendekatan sekulerisme dalam memperjuangkan hak perempuan.
Mendirikan MLA (Muslim Ladies Association)
Karena perbedaan itulah, akhirnya Zainab keluar dari EFU dan saat itu umurnya genap 18 tahun. Di usia yang masih muda, Zainab mendirikan Jami’at Al-Sayyidat Al-Muslimin atau Muslim Ladies Association (MLA) pada tahun 1936. Organisasi ini diklaim telah mempunyai anggota tiga juta orang Mesir pada saat dibubarkan pemerintah pada tahun 1965.
Tujuan Zainab mendirikan organisasi adalah untuk memperbaiki kesalahan EFU yang mengesampingkan nilai nilai agama dalam memperjuangkan hak-hak wanita. Justru, Zainab menekankan dalam organisasinya bahwa seorang muslimah harus kembali kepada Islam untuk mencapai kemajuan.
Sebenarnya syaikh Hasan Al-Banna mengajak Zainab untuk menggabungkan IM (Ikhwanul Muslimim) dan MLA dalam satu ikatan. Namun, Zainab secara halus menolak penggabungan itu dan memilih untuk berdiri mandiri serta tidak bergantung dengan organisasi lain. Walaupun, memang secara tidak resmi Zainab berafiliasi dengan syaikh Hasan karena satu arah perjuangan dalam Islam.
Misi MLA adalah menolak paham kebarat-baratan yang menempatkan wanita dalam strata yang rendah. Zainab ingin mengembalikan kemuliaan dan hak wanita sesuai syariat Islam. Di samping itu MLA juga mengajarkan pemahaman Islam yang kaafah di dalam pemikiran wanita, mendidik mereka tentang hak-hak dan tanggungjawab mereka dan mengubah masyarakat untuk membina sebuah negara Islam yang berdasar al-Quran dan Sunnah.
Salah satu kegiatan Zainab adalah mengadakan kuliah mingguan di masjid Tulun Ibn yang dihadiri tiga ribu hingga lima ribu muslimah. Selain itu MLA juga bergerak dalam bidang sosial seperti mengelola panti asuhan, menyantuni orang miskin, mediasi perselisihan keluarga dan menerbitkan sebuah majalah.
Zainab sempat menikah dan akhirnya cerai karena suaminya tidak mendukung kegiatan pimpinan MLA ini. Setelah bercerai, Zainab menikah lagi dan mendapat dukungan penuh dari suami keduanya ini.
Revolusi Mesir dan Tantangan Dakwah
Pada tanggal 23 Juli 1952 terjadi revolusi Mesir yang menggulingkan kekuasaan Raja Farouk oleh gerakan yang disebut sebagai Free Officers (Perwira Bebas), yang dipimpin oleh Muhammad Naguib, Jamal Abdul Nasir, dan Anwar Sadat.
Revolusi itu terjadi karena ketidakberesan pemerintahan raja Farouk. Mulai dari korupsi hingga kegagalan dalam perang Palestina. Masyarakat Mesir pada umumnya merasa kecewa dan mendukung penuh adanya revolusi pemerintahan. Maka, singkat cerita terjadilah revolusi yang digawangi dua kekuatan besar yaitu Free Officers dan IM.
Saat itu, Free Officers (Perwira Bebas) berusaha mencari dukungan, baik kepada anggota Ikhwanul Muslimin, maupun masyarakat Mesir secara luas. Free Officers (Perwira Bebas) menganggap bahwa selama ini Ikhwanul Muslimin merupakan organisasi yang melekat di hati rakyat Mesir. Terutama saat dipimpin oleh Hasan Al-Banna.
Hubungan baik antara Free Officers (Perwira Bebas) dengan Ikhwanul Muslimin sudah terjalin sejak 1940. Namun, banyak yang menafsirkan berbeda mengenai hubungan tersebut. Ikhwanul Muslimin seolah hanya dimanfaatkan pada saat Revolusi Mesir 23 Juli 1952 saja, dan setelah itu dicampakkan.
Ternyata benar, pengkhianatan itu terjadi. Setelah Jamal Abdul Nasir berkuasa, presiden Mesir ini seperti kacang lupa akan kulitnya. Ia merasa hadirnya IM akan menjadi batu sandungan dalam pemerintahannya. Maka, pihak pemerintah menuduh IM merongrong kekuasaan pemerintah yang sah.
Tak luput juga pimpinan MLA, Zainab juga diduga bekerja sama dengan IM untuk membunuh presiden. Pada tanggal 13 Januari 1954, pemerintah secara resmi melarang organisasi IM di Mesir. Setelah pelarangan ini disusul berbagai penangkapan, penyiksaan dan banyak para aktivis yang dipenjara. Banyak para tokoh yang dulunya sangat berjasa pada revolusi, justru ditangkapi dan dihukum berat.
Masuk Penjara
Tak terkecuali Zainab Al-Ghazali. Tokoh wanita Mesir ini juga terkena imbas dari tuduhan pemerintah. Selama masa pemerintahan Gamal Abdul Nasir, MLA bergerak secara bawah tanah. MLA sangat berperan penting dalam membantu para janda dan istri para aktivis yang telah dibunuh atau dipenjarakan rezim.
Lama kelamaan rezim juga menaruh curiga dengan MLA. Gerakan dakwah bawah tanah ini pun terendus oleh pemerintah dan pada tahun 1965 secara resmi dilarang di Mesir. Puncaknya, Agustus 1965 rumah Zainab digeledah tentara secara semena-mena tanpa adanya surat resmi penggeledahan.
Ketika Zainab meminta kejelasan izin penggeledahan, para tentara menjawab dengan kepongahannya, “Surat tugas yang mana, hai orang gila! Kami sekarang dalam masa, dimana kami bebas melakukan apa saja yang kami mau terhadapmu.”
Penggeladahan itu berujung pada penangkapan Zainab. Ia dibawa secara paksa dan diangkut ke dalam mobil. Dimulailah babak baru kehidupan Zainab di penjara yang penuh siksaan. Secara lengkap pengalamannya didalam penjara ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul Ayyam min Hayati. Diterjemahkan dalam bahasa inggris berganti judul menjadi Return of The Pharaoh.
Dalam bukunya secara mendetail ia ceritakan berbagai siksaan yang ia terima serta keadaan sel yang ia tempati. Dipukul dengan tongkat, dicambuk, kaki digantung di atas, dikurung dengan anjing-anjing yang buas, direndam seharian di dalam air, dipenjara dengan tikus dan masih banyak model siksaan yang tidak berperikemanusiaan lainnya. Para musuh-musuh Allah telah kehilangan akal dan melakukan hal-hal diluar kemanusiaan untuk memberangus hamba-hamba Allah.
Menghadapi siksaan yang sedemikan berat, Zainab bersabar dan berkata,”Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”
Selama di penjara, Zainab mengalami hal-hal yang menakjubkan berupa beberapa karamah dari Allah. Beberapa karamah ini sarat dengan hikmah yang akan membuat kita terperangah terkagum-kagum. Simak kelanjutannya di edisi berikutnya.
Penulis : Dhani El_Ashim
Sumber
Return of The Pharaoh, Zainab Al-Ghazali
Tarbiyah Jihadiyah, syaikh Abdullah Azzam
Zainab al-Ghazali: Pioneer of Islamist Feminism By Pauline Lewis
wikipedia.org
Thursday, January 5, 2017
Tokoh Inspiratif
Zainab Al-Ghazali, (1/2)
Tokoh Inspiratif
Marcadores:
Kisah Teladan,
Slider,
Tokoh Inspiratif
No comments:
Post a Comment