“Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
Saya mendengar adzan melalui jendela di kantor dan juga melihat reminder di laptop; ini waktunya shalat dzuhur.”
Beberapa menit sebelumnya, baru saja merasa kerja saya ada progres dan saya tidak mau momen tersebut hilang. Sehingga saya membatin, ok masih ada 20 menit lagi sampai qomat. Biarkan saya selesaikan, dan sampai waktunya, insyaallah.”
25 menit kemudian, saya tahu shalat sudah dimulai dan saya tergesa-gesa untuk mengirimkan email terakhir sebelum bergegas untuk cepat berwudhu dan bergabung dalam saf shalat. Dan saya terlambat, LAGI!!”
Dan ini bukan hanya tentang shalat dzuhur, tapi semua shalat 5 waktu: terlambat shubuh karena saya lambat, terlambat dzuhur karena kerja dan kuliah, terlambat magrib karena waktu pulang, terlambat isya’ karena makan malam!
Dan setiap saya terlambat, saya kecewa, dan bertekad “ok, ini terakhir kalinya saya lambat shalat!” dan ternyata? untuk waktu shalat berikutnya, saya masih juga terlambat. Faktanya, saya adalah salah satu makmum yang memang selalu terlambat setiap pergi shalat ke masjid/mushalla.
Pada awalnya, saya menganggap enteng hal ini. Bahkan, saya terjebak dalam jebakan klasik dari setan dan mengatakan pada diri saya: alhamdulillah, setidaknya saya shalat dan di masjid! masyaallah, berapa banyak yang tidak pergi ke masjid ataupun tidak shalat sama sekali! Tapi perlahan saya menyadari, keterlambatan ini mempengaruhi karakter saya, dia mempengaruhi mental produktif saya.
Kenapa sering terlambat shalat buruk buat kita?
Ketika kita sering terlambat untuk shalat, hal ini menjadi gambaran yang tepat tentang kondisi dan karakter kita, bahwa kita tidak terlalu disiplin, tidak berkemauan kuat, kurang integritas dimana kita seharusnya berada tepat waktu memenuhi janji paling penting pada hari tersebut, dan mungkin kita tidak dapat diandalkan.
Tidak ada yang suka untuk menyatakan diri bahwa mereka tidak dapat diandalkan ataupun kurang disiplin, tetapi actions speak louder than words, dan terlambat shalat adalah rambu pertama kalau kita terperosok lebih dalam terlambat di segala hal.
قالُ الحَسنُ البَصري:
إذَا هَانَت عَليكَ صَلاتك فَمَا الذي يَعـزُ عَليـكْ ؟!!
.بقدر ماتتعدل صلاتك تتعدل حياتك
ألم تعلم أن الصلاة اقترنت بالفــلاح …
“حي على الصــــــــلاة حي على الفـــلاح”،
، فكيف تطلب من الله التوفيق وأنت لحقه غير مجيب
Al-Hasan Al-Basri raḍyAllāhu 'anhu berkata:
“Jika shalat menjadi prioritas kita yang terakhir, kemudian apa yang menjadi prioritas pertama kita? Sebanyak usaha kita memperbaiki shalat kita, hidup kita akan berangsur membaik. Tidakkah kita tahu jika shalat berbanding lurus dengan kesuksesan: ‘menuju Shalat, menuju sukses’. Bagaimana kita bisa meminta pertolongan Allah subḥānahu wa ta'āla untuk sukses, ketika kita tidak memberikan hak Allah?”
Jika kita merasa kenapa rezki kita terlambat, terlambat menikah, dalam karir, dalam kesembuhan, lihatlah shaat kita: apakah kita suka menunda-nunda?
Kenapa kita menunda untuk shalat?
Ketika kita mencoba merenungi lebih dalam dan bertanya dalam diri kita kenapa kita SELALU terlambat, dia bersumber kepada 3 alasan spiritual dan 3 alasan praktis:
Alasan Spiritual
- Kurang memahami tentang Allah subḥānahu wa ta'āla
- Kurang mengetahui bagaimana Allah subḥānahu wa ta'āla menghadiahkan shalat kepada ummat Nabi Muhammad, melalui Isra’ dan Mi’raj).
- Tidak paham tentang hubungan shalat dan rizki.
Alasan Praktis
- Meremehkan proses menuju shalat hanya memerlukan waktu sebentar.
- Suka menunda-nunda
- Menikmati terburu-buru
Bagaimana berlepas diri dari kebiasaan terlambat dalam shalat?
Terbiasa terlambat dalam shalat adalah sebuah pola kebiasaan dan ketika kita mengetahui bagaimana pola kebiasaan ini terbangun, kita bisa membuat improvisasi kecil dalam kehidupan sehari-hari dan pola pikir kita, membangun sebuah pola baru yang membantu kita untuk shalat tepat pada waktunya setiap saat. Berikut beberapa cara yang dapat membantu:
- Mengambil alih masalah, menyadari bahwa ini adalah masalah yang perlu di perbaiki.
- Memahami keterlambatan menjadi masalah pada keimanan kita.
- Mencatat manfaat dari shalat pada waktunya
- Mengambil waktu pada saat azan
- Menargetkan sampai 5-15 menit lebih awal
- Mengkalkulasikan waktu kita
- Menyimpang barang-barang pada tempat yang jelas
- Memanfaatkan jam shalat, baik jam dinding ataupun applikasi dalam gadget kita
- Membuat perencanaan hidup kita diantara waktu shalat, bukan sebaliknya.
Jangan membiarkan ataupun meletakkan sesuatu antara diri kita dan shalat.
Tips in action
“Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
Saya mendengar adzan melalui jendela di kantor dan juga melihat reminder di laptop; ini waktunya shalat dzuhur.
Saya berhenti mengerjakan segala aktifitas, ada 30 menit untuk beres-beres, bersiap untuk berwudhu dan melangkahkah kaki ke masjid. Saya sampai 10 menit awal, shalat sunnah, berdoa dan membaca Al-Quran. Saya shalat berjamaah di shaf pertama, dan duduk sebentar setelah shalat untuk berdzikir, dan kemudian shalat sunnah. Saya kembali ke kantor dengan segar, semangat baru dan siap untuk bekerja produktif kembali.
Sungguh sangat berbeda dari keterburu-buran sebelumnya, dan terlambat shalat.
Final note
Ini adalah hal yang selalu teringat dalam fikiran untuk pergi shalat lebih awal: Nabi Muhammad ṣallallāhu 'alayhi wa sallam mengajarkan kita bahwa pada hari akhir ketika penghuni surga memasuki surga, dan penghuni neraka memasuki neraka, ada hari khusus setiap minggu (hari jumat menurut mayoritas hadits), ketika penghuni surga akan dipanggil Allah subḥānahu wa ta'āla . Pada hari itu, kita akan duduk bershaf dan berdialog dengan Allah subḥānahu wa ta'āla . Dan yang poin yang menarik adalah: Seberapa dekat kita dengan Allah subḥānahu wa ta'āla pada hari tersebut, pada shaf mana kita duduk, bergantung pada seberapa awal kita pergi untuk shalat berjamaah.
Dari ‘Alqamah: “Saya pergi bersama Abdullah pada hari (shalat) Jumat, dan menjumpai tiga orang yang sampai terlebih dahulu. Dia berkata: yang keempat, dan yang keempat tidak jauh. Saya mendengar Nabi berkata: “pada hari kebangkitan manusia akan berkumpul dekat dengan Allah berdasarkan pada seawal mana mereka datang ketika hari (shalat) Jumat, yang pertama, kedua, dan ketiga”, kemudian beliau berkata: yang keempat, dan yang keempat tidak jauh” [Ibn Majah]
Mereka yang selalu berusaha untuk mendapatkan shaf pertama di masjid dalam shalat berjamaah akan menjadi yang terdekat dengan Allah pada hari tersebut. Sekarang mari berfikir seperti ini: Jika sepanjang minggu, kita mencoba mempraktekkan shalat 5 waktu diawal dan tepat waktu, bukankah untuk lebih mudah untuk datang awal untuk berjamaah?
Bukankah tidak ada yang lebih nikmat selain menjadi lebih dekat kepada Allah.
Semoga Allah subḥānahu wa ta'āla menjadikan kita semua termasuk mereka yang berada di depan dalam dunia ini dan hari kemudian.
Sumber: Produktif Muslim
No comments:
Post a Comment