“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal,...
Sungguh MahaAdil Allah I di tiap
penciptaan-Nya. Semut hasil kreasi Allah ﷻ
-yang telah di abadikan dalam Al-Qur’an-, mungkin terkesan sebagai serangga
kecil dan lemah di mata manusia. Namun uniknya, jika kita melihat kenyataan
yang ada, semut termasuk hewan yang dapat survive di tengah seleksi alam yang
terus terjadi. Ukuran mungkin bukanlah segalanya, ukuran tubuh yang relatif
kecil bukan menjadi kendala, bahkan semut tergolong hewan terkuat di dunia.
Semut jantan mampu menopang beban beban 50 kali dari bobot tubuh mereka
sedangkan gajah yang hanya mampu menopang beban dengan berat dua kali dari
berat badannya sendiri. Satu hal yang menarik dari semut adalah realita alamiah
sebagai hewan dengan proporsi otak terbesar jika dibandingkan dengan tubuhnya.
Hal itu dikarenakan, di dalam kepala mereka tersimpan 250.000 sel otak. Subhanallah.
Koloni semut
Dalam sistem klasifikasi
makhluk hidup, semut digolongkan dalam Family Formicidae dengan Ordo
Hymenoptera. Hewan ini memiliki lebih dari 12.000 spesies yang sebagian besar
hidup di kawasan tropika. Semut adalah serangga sosial yang hidup berkoloni
atau lebih tepatnya disebut dengan serangga eusosial dengan sistem koloni yang
teratur. Setiap anggota koloni mempunyai tugas masing-masing. Ratu semut
bertugas untuk bereproduksi, mempertahankan kelangsungan spesies dengan
menghasilkan semut pekerja, semut tentara, semut jantan, dan ratu yang baru.
Semut pekerja memiliki tugas untuk mencari makan, merawat bayi, membangun
sarang dan menjaga koloni serta sang ratu. Sedangkan semut tentara dengan
kepala yang besar untuk menjaga sarang dari musuh.
Dalam sebuah
koloni semut, sang ratu semut memiliki ukuran tubuh paling besar dan umur
paling panjang yaitu 20 tahun, berbeda dengan semut pekerja yang hanya hidup
45-60 hari. Semut jantan memiliki tubuh paling kecil dengan rentangan umur
terpendek karena pasca membuahi sang ratu, dia akan mati beberapa hari
kemudian.
Terkadang, koloni semut disebut
sebagai “Superorganism”. Ungkapan tersebut ditulis oleh seorang myrmecologist
dari Amerika, William Morton wheeler pada tahun 1011. Ia mengatakan bahwa
“sebuah koloni semut merupakan satu organisme”. Ia menyatakan bahwa koloni
semut nyata sebagai satu organisme, tidak hanya sebuah analogi. Hal ini
dikarenakan koloni semut sebagai satu unit yang bekerja secara bersamaan dan saling
mendukung antara satu dengan yang lainnya, seperti kinerja organ-organ yang
mendukung kehidupan organisme. Kasta ratu merupakan organ reproduksi, kasta
pekerja merupakan hati, jantung, paru-paru, otak, jaringan, sel dan lainnya
sedangkan pertukaran zat dan gas yang terjadi antara semut merupakan sistem
sirkulasi dan respirasi pada organisme.
Wallahua’alam.
Jika dicermati secara seksama,
kita bisa mendapatkan hal belum pernah kita bayangkan sebelumnya bahwa dalam
sistem kasta semut-semut rela berkorban untuk kelangsungan hidup semut lainnya.
Semut pekerja tidak pernah lelah mencari makan untuk sang ratu, semut prajurit
juga selalu menjaga keamanan koloni tanpa henti. Fakta ini tidak sejalan dengan
teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup memiliki sifat egoistis yang
hanya memikirkan diri sendiri. Namun realita berkata lain, semut dengan segala
toleransi dan kerjasama mampu bertahan sampai sekarang. Meski memiliki koloni
yang sangat banyak, hampir dipastikan jika semut tak pernah memiliki masalah
dengan jumlah tersebut. Ribuan bahkan mungkin jutaan semut yang hidup bersama
tidak pernah mengalami kelaparan. Jika terjadi krisis makanan, mereka akan
saling memberi makanan dengan partikel makanan yang tersimpan dalam perut
cadangannya. Tak hanya itu, semut rela berbagi sarang dengan makhluk hidup
lain, seperti: larva kumbang, kutu, dan lalat.
Morfologi (bentuk
tubuh) semut
Suatu hal yang menakjubkan
lainnya adalah bentuk morfologi semut yang mengagumkan. Sebuah desain penciptaan
tiada tanding. Secara Morfologi, semut dapat diidentifikasi dengan menggunakan
karakter-karakter sebagai berikut:
1. Memiliki sepasang antena dengan tipe
geniculate
2. Ratu dan pejantan memiliki sepasang
sayap. Khusus untuk Ratu, sayap akan lepas setelah terjadi proses perkawinan.
3. Pada bagian pinggang, atau lebih tepatnya
bagian antara thoraks dan gaster mengalami penyempitan. Bagian ini disebut
dengan Petiole dan Post petiole. Pada semut beberapa spesies hanya memiliki
petiole saja dan spesies lainnya memiliki petiole dan post petiole.
4.
Sexual
dimorphisme (perbedaan morfologi pada serangga fertil, jantan dan betina).
Teknologi
komunikasi pada semut
Penelitian ilmiah tentang semut
telah mengungkapkan bahwa hewan-hewan kecil memiliki sistem komunikasi yang
kompleks. Misalnya kutipan dari National Geographic yang menyatakan bahwa:
“Huge and tiny, an ant
carries in her head multiple sensory organs to pick up chemical and visual
signals vital to colonies that may contain a million or more workers, all of
which are female. The brain contains half a million nerve cells; eyes are
compound; antennae act as nose and fingertips. Projections below the mouth
sense taste; hairs respond to touch“. [1]
Dari pernyataan tersebut, kita
dapat mengetahui bahwa seekor semut memiliki organ-organ sensor ganda
dikepalanya untuk menangkap dan menyalurkan sinyal kimia dan visual penting
yang mungkin terdiri atas sejuta atau lebih pekerja yang semuanya betina.
Otaknya berisi satu setengah juta sel syaraf, memiliki mata majemuk, antena
berfungsi sebagai hidung dan ujung jari. Tonjolan di bawah mulut menjadi indera
pengecap dan bulu menjadi indera peraba.
Secara umum, semut memiliki hormon
yang luar biasa yang digunakan dalam sistem komunikasi. Mereka mempunyai dua
jenis hormon yaitu feromon[2] dan alomon. Feromon memainkan peranan vital dalam
berkomunikasi dan mengatur koloni semut dalam satu genus yang sama. Sedangkan
alomon digunakan untuk komunikasi antargenus. Ketika seekor semut mengeluarkan
feromon, semut lain akan menerimanya melalui bau atau rasa kemudian
meresponnya. Penelitian tentang feromon semut telah membuktikan bahwa semua
sinyal yang dipancarkan sesuai dengan kebutuhan koloni. Selain itu, intensitas
feromon yang dipancarkan juga bervariasi sesuai dengan urgensi situasi.
Layaknya fungsi GPS, dengan meninggalkan feromon semut bisa mengikuti semut
lain yang ada di depannya dan bisa pulang kembali ke sarang tanpa tersesat. Semakin
tebal jejak, maka akan semakin banyak semut yang percaya dan berjalan di jalan
itu. Dan sebaliknya, jika jejaknya menipis, maka akan sedikit semut yang
mengikuti jalur. Sehingga tidak mengherankan jika barisan semut yang ramai akan
selalu rapi dan sebaliknya barisan yang sepi akan tidak teratur. Subhanallah.
Selain berkomunikasi dengan
feromon, semut juga menggunakan metode bunyi. Dua dari jenis bunyi ditemukan
oleh para ilmuan. Salah satunya adalah bunyi "ketukan" dan getaran
yang diproduksi dengan memukulkan tubuh pada rintangan atau tanah dan satu lagi
adalah nada tinggi yang diproduksi dengan menggosokkan bagian tubuh tertentu.
Isyarat bunyi yang diproduksi dengan memukulkan tubuh biasanya digunakan oleh
koloni yang bersarang di pohon. Contohnya, semut tukang kayu berkomunikasi
dengan "bermain gendang". Mereka mulai "bermain gendang"
saat menghadapi bahaya apa saja yang mendekati sarang mereka. Bahaya ini bisa
berupa bunyi yang mencemaskan atau sentuhan yang mereka rasakan atau arus udara
yang mendadak timbul. Semut pemukul gendang mengetuk tanah dengan dagu dan
perutnya dengan cara meng-goyangkan tubuhnya maju-mundur. Dengan cara ini,
isyarat mudah terkirim melalui kulit pohon tipis sejauh beberapa desimeter.
Semut tukang kayu Eropa mengirim getaran ke teman sarangnya yang berada pada
jarak 20 cm atau lebih dengan cara mengetukkan dagu dan perut pada kayu ruangan
dan terowongan. Di sini harus diperhitungkan bahwa 20 cm bagi semut setara
dengan 60-70 meter bagi manusia.
Semut hampir tuli terhadap
getaran yang disampaikan melalui udara. Namun, mereka sangat sensitif dengan
getaran suara yang dihantarkan melalui zat padat. Ini adalah isyarat tanda
bahaya yang paling efisien bagi mereka. Ketika mendengarnya, mereka mempercepat
langkah, bergerak menuju sumber getaran dan menyerang semua makhluk hidup yang
bergerak yang mereka temukan di tempat itu. Panggilan ini selalu dipatuhi
anggota koloni mana pun. Inilah petunjuk betapa suksesnya organisasi dalam
kehidupan semut. Bahkan sekelompok kecil manusia yang menanggapi panggilan
tanda bahaya secara kolektif - tanpa kecuali dan tanpa anarki- adalah hal yang
sangat sulit untuk diaplikasikan. Akan tetapi, semut mampu melakukan apa yang
diperintahkan tanpa membuang waktu, sehingga mereka dapat meneruskan
kelangsungan hidup mereka tanpa mengganggu disiplin dalam koloni ketika itu.
Produksi suara bernada tinggi
sistemnya lebih rumit daripada proses bermain gendang. Bunyi dihasilkan dengan
menggosokkan beberapa bagian tubuh. Semut menghasilkan bunyi ini dengan
menggosokkan organ tubuh di bagian belakang. Jika kita mendekatkan telinga ke
semut
pekerja pemanen, kita dapat mendengar mereka menghasilkan suara bernada
tinggi.
Jauh sebelum manusia mengetahui
sistem komunikasi semut, Allah I telah mengabadikan “kisah semut dan Nabi
Sulaiman u” dalam Q.S An-Naml ayat 18 dan 19 yang berbunyi:
“Hingga apabila mereka sampai
di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari". Maka Dia tersenyum dengan tertawa
karena (mendengar) Perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Wahai Tuhanku
berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".
Semoga kita senantiasa menjadi
hamba yang mampu berfikir dan merenungi tiap penciptaan-Nya. Tak lain dari
alasan tersebut akan bermuara dalam satu kesimpulan besar bahwa semakin keras
kita berfikir semakin semakin kita kagum dan bersyukur atas apa yang telah
Allah I berikan.
Sumber:
·
http://id.harunyahya.com/id/Buku/769/menjelajah-dunia-semut/chapter/3014#dipnot
·
http://www.miraclesofthequran.com/scientific_80.html
·
http://theknightman.wordpress.com/2012/11/15/the-ants-formicidae-hymenoptera
No comments:
Post a Comment