Demi mengenyam sebuah kenikmatan dosa, nafsu manusia melibatkan seluruh indera dan anggota tubuh untuk mengikuti keinginannya. Kaki yang mengantarkan ia ke tempat tujuannya, mata yang menunjukkan arah jalan, tangan yang merengkuhnya, telinga yang mendengarkan apa-apa yag diinginkan dan begitupun halnya dengan semua anggota badan. Adapun lisan memback up dengan alasan. Sehingga tertutuplah dosa-dosa yang dilakukan oleh anggota badannya.
Ketika Mulut Terkunci
Hari ini, betapa banyak kezhaliman tertutup oleh fasihnya lisan bicara. Berapa banyak keburukan terpoles oleh indahnya susunan kata-kata. Ada lagi yang merasa aman bertingkah dosa, lantaran bisa sembunyi dibalik manisnya lidah berkata-kata. Membantah, meski jelas-jelas bersalah. Bermain kata untuk menutupi dusta, dan tak jarang mencari kambing hitam untuk mengalihkan tuduhan dosa kepada orang lain. Korupsi harta yang bukan miliknya, manipulasi data agar berbeda dengan aslinya, berbagai kolusi dan semisalnya adalah contoh betapa banyak kejahatan ini terselubung oleh pandainya seseorang beralasan dengan lisannya.
Akan tetapi, ada saatnya kelak, di mana lisan tak kuasa lagi bicara, tak mampu memungkiri kejahatan yang dilakukan sekujur tubuhnya. Dan seluruh tubuh tak lagi berpihak pada keinginan manusia, tapi menurut dan taat kepada perintah Rabbnya.
Allah Ta’ala berfirman,
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (٦۵)
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan tangan-tangan mereka berkata kepada Kami dan kaki-kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang telah mereka usahakan. QS Yasin :65
Ibnu Katsier rahimahullah mebjelaskan tentang ayat ini, “ Ini adalah kondisi orang-orang kafir dan orang-orang munafik pada hari kiamat ketika mereka mengingkari perilaku buruk yang mereka lakukan di dunia serta bersumpah dengan apa yang telah mereka lakukan. Lalu Allah menutup lisan-lisan mereka, sedangkan anggota tubuh mereka berbicara tentang apa yang sudah mereka perbuat.”
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Suatu kali kami berada di sisi Rasulullah lalu tiba-tiba beliau tertawa, kemudian bersabda, “Tahukah kalian apa yang menyebabkan aku tertawa?” Kami menjawab, “ Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu beliau bersabda,
مِنْ مُخَاطَبَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ يَقُولُ يَا رَبِّ أَلَمْ تُجِرْنِي مِنْ الظُّلْمِ قَالَ يَقُولُ بَلَى قَالَ فَيَقُولُ فَإِنِّي لَا أُجِيزُ عَلَى نَفْسِي إِلَّا شَاهِدًا مِنِّي قَالَ فَيَقُولُ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ شَهِيدًا وَبِالْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ شُهُودًا
“Aku tertawa karena ada percakapan hamba terhadap Rabbnya, hamba itu berkata, “Wahai Rabbku! Bukankah engkau akan menjatuhkan hukuman kepadaku lantaran kedzaliman? Allah menjawab, “Ya tentu.” Rasul melanjutkan sabdanya, lalu hamba itu berkata, “Kalau begitu aku tidak mau diberi sangsi kecuali ada saksi dari diriku sendiri, lalu Allah berfirman, “Cukuplah dirimu pada hari ini menjadi saksi atas dirimu sendiri, dan para Malaikat pencatat juga mnejadi saksi.”
Lalu dikuncilah mulutnya kemudian dikatakan kepada anggota-anggota badannya, bicaralah kamu! Lalu anggota-anggota badan itu menceritakan tentang amal perbuatannya. Kemudian ketika dia dibebaskan dan bisa bicara lagi, ia berkata, “Celakalah kalian, padahal untuk kalianlah aku membela dan membantah.” (HR Muslim)
Diantara para saksi yang dihadirkan pada hari Kiamat, bisa jadi kesaksian yang diberikan anggota tubuh sendirilah yang paling dramatis sekaligus menyakitkan. Semasa di dunia, anggota tubuh sepenuhnya taat pada majikannya. Ia dikendalikan sepenuhnya, untuk memegang, berjalan dan beraktivitas. Hari itu, di luar kesadarannya masing-masing memberi kesaksian. Anggota tubuh justru malah membeberkan aib-aib dan kesalahan sendiri secara detil dan terang-terangan .
Mata akan bersaksi atas apa yang dilihatnya, telinga bersaksi atas apa yang telah didengarnya, tangan berkisah tentang apa saja yang telah digenggam dan disentuhnya, kakipun menuturkan kembali riwayat seluruh perjalanannya.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan (ingatlah) hari (ketika) para musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. Kamu senantiasa menyembunyikan dosa-dosamu bukan sekali-kali lantaran kamu takut terhadap persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu, tetapi karena kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan ini adalah prasangka jelek yang kamu miliki sangka terhadap Tuhan-mu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. Fushilat: 19-23).
Maka yang tersisa hanyalah sebuah protes yang tak berarti, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kita sendiri?” Dan Allah Ta’ala menjawab,
“ …agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah.” (Qs. An-Nisa: 165).
Tangan dan Kaki Bersaksi
Tangan adalah anggota tubuh yang paling kerap menjamah dosa dan menjadi alat pemuas angkara. Maka banyak ayat yang mengalamatkan perbuatan dosa manusia sebagai perbuatan tangan manusia. Seperti firman Allah Ta’ala,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura 42: 30)
Allah juga mencela perbuatan Abu Lahab dengan kata-kata, “tabbat yadaa abi lahabiw watabba”, celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia.
Di antara mufasir menjelaskan bahwa tangan paling banyak melakukan dosa dibanding anggota badan yang lain. Dalam kontek kekinian, tangan bisa memukul, mengambil, mengundi, memencet remot TV, mengklik mouse untuk melihat tayangan internet, menulis kata-kata kotor. menandatangani sebagai kesaksian untuk kepalsuan dan masih banyak lagi.
Adapun kaki, iapun akan memberikan kesaksian bagi pemiliknya. Kemana saja ia telah mengantarkan majikannya, siapa saja yang telah ditendang dengan kakinya. Dan termasuk para wanita yang suka memamerkan bagian dari kaki yang merupakan aurat yang mesti dijaganya. Begitupun halnya dengan orang-orang yang telah melakukan perbuatan zina ketika di dunia, wal ‘iyadzu billah.
Karenanya, para ulama pendahulu kita sangat berhati-hati menggunakan anggota tubuhnya. Karena mereka tahu, kelak anggota tubuh bisa menjadi musuh yang akan menjatuhkan dirinya ketika menghadapi pengadilan akhirat. Maka sebagai penutup dari tulisan ini, mari kita simak kisah dari Urwah bin Zubeir yang dipaparkan dalam kitab “Shuwar min Hayaatit Tabi’in” karya Ra’fat Basya. Bahwa sejenis penyakit telah menimpa kaki tabi’in mulia, Urwah bin Zubeir rahimahullah. Hingga mengharuskan sebelah kakinya diamputasi hingga betis agar tidak menjalar ke bagian tubuh yang lain. Dengan pisau penyayat daging dan gergaji pemotong tulang tabib melakukan aksinya. Sementara itu Urwah tak henti-hentinya mengucapkan, “Laa ilaaha Illallah Allahu Akbar “, sang tabib terus melakukan tugasnya dan Urwah juga terus bertakbir sampai selesai proses amputasi itu.
Setelah itu dituangkanlah minyak yang telah dipanaskan mendidih dan dioleskan di betis Urwah bin Zubair untuk menghentikan perdarahan dan menutup lukanya. Urwah sempat pingsan untuk beberapa lama. Maka Ketika Urwah tersadar dari pingsannya, beliau meminta potongan kakinya. Dibolak-baliknya sambil berkata, “Dia (Allah) yang membimbing aku untuk membawamu di tengah malam menuju masjid, Maha Mengetahui bahwa aku tak pernah menggunakanmu untuk hal-hal yang haram.”
Kemudian dibacanya syair Ma`an bin Aus
Tak pernah kuingin tanganku menyentuh yang meragukan
Tidak juga kakiku membawaku kepada kejahatan
Pun juga telinga dan pandangan mataku
Tidak pula menuntun ke arahnya pandangan dan akalku
Semoga Allah menjaga seluruh anggota tubuh kita dari segala dosa, aamiin.
(Abu Umar Abdillah/ar-risalah.net)
No comments:
Post a Comment