Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Sunday, July 30, 2017

    Mengapa Ustadz Abdul Somad Sangat Keras terhadap Simbol (Mirip) Salib?

    Ustadz Abdul Somad dikenal sangat toleran dalam masalah fiqih. Alumni Universitas Al Azhar Mesir dan Universitas Darul Hadits Maroko ini pun menghormati pilihan madzhab apakah mau Syafi’i, Hanafi, Maliki maupun Hanbali.

    Namun dalam masalah simbol-simbol agama terutama yang mirip salib, Ustadz Abdul Somad sangat keras.

    “Karena ini masalah aqidah!” tandasnya.

    Ia pun menceritakan pengalamannya ketika berada di Mesir.

    Saat itu, ia membeli sebuah topi di Port Said, kawasan bebas cukai. Topi itu sangat bagus sehingga sangat disukainya.

    “Ke mana-mana saya pakai itu topi,” kata Ustadz Abdul Somad mengisahkan. 

    Suatu hari Ustadz Abdul Somad pergi ke suatu Mahalah Kubra, sebuah daerah yang berjarak sekitar 150 Km dari Kairo. 

    Sewaktu di Masjid untuk sholat, seorang bapak tua memanggilnya. Bapak tua itu memberi isyarat dan mengatakan bahwa ia ingin melihat topi tersebut.

    “Saya sangka dia mau memuji topi saya, o topi saya bagus,” lanjut Ustadz Abdul Somad.

    Betapa terkejutnya mahasiswa Al Azhar itu, ternyata bapat tua tersebut menyobek topinya. 

    “Kenapa bapak sobek topi saya?”

    “Ini salib!” jawab bapat tua itu sembari menunjukkan bendera Inggris di topi tersebut.

    Ustadz Abdul Somad tidak menganggap itu salib karena itu adalah lambang bendera Inggris. 

    “Belakangan setelah jadi Ustadz saya baru tahu, setelah saya baca-baca sejarah, mereka orang-orang Eropa membawa salib ke bendera mereka. Bendera Inggris salib. Bendera-bendera Eropa sebagian besar juga salib,” terangnya.

    Ustadz Abdul Somad kemudian menasehati, kalau ada orang mengatakan jangan bawa-bawa agama dalam urusan negara atau urusan kelurahan, sesungguhnya orang-orang Eropa telah membawa agamanya dalam benderanya. 

    “(Jika) orang kita tak mau membawa agamanya, mereka lebih sekuler daripada orang-orang Barat,” tandas alumni Universitas Al Azhar Mesir dan Universitas Darul Hadits Maroko itu. 

    Kedua, orientalis besar telah membuat strategi simbol salib untuk mengiringi orang-orang yang meninggal.

    “Sampai-sampai Alcheimer mengatakan, “kalau mereka tidak bisa engkau salibkan, jangan sampai mereka mati meninggalkan salib. Iringi mereka dengan palang salib”. Itu kemudian ditempelkan salib di belakang ambulan,” terang Ustadz Abdul Somad.

    “Balik dari sini, kalau masjid kita punya ambulan, ambil pilox, pilox itu lambang salib dari ambulan, ganti dengan bulan sabit,” tegasnya.

    Lebih jauh Ustadz Abdul Somad mengatakan bahwa Turki dan Brunei Darussalam sudah mengubah salib dengan bulan sabit. [Ibnu K/Tarbiyah.net]

    No comments:

    Post a Comment