Dosa dan maksiat memiliki dampak yang sangat besar sekali,
di antaranya adalah pada umur. Berikut penjelasan dari Ibnul Qoyyim. Semoga
bermanfaat.
Ketahuilah bahwa maksiat dapat mengurangi umur dan pasti
dapat pula mengurangi keberkahannya, sebagaimana pula amalan kebaikan dapat
menambah umur. Itulah perbuatan dosa dapat mengurangi umur.
Perlu diketahui bahwa para ulama sebenarnya berselisih
pendapat dalam masalah ini. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
berkurangnya umur adalah hilangnya keberkahan umur. Ini memang benar dan inilah
di antara dampak berbuat maksiat.
Ulama lainnya mengatakan bahwa berkurangnya umur adalah
berkurangnya umur secara hakiki artinya umurnya betul-betul berkurang,
sebagaimana rizki juga bisa berkurang.
Allah Ta’ala telah menjadikan berkah pada rizki karena
berbagai sebab yang bisa menambah rizki tadi. Begitu pula keberkahan umur
datang karena berbagai sebab yang bisa menambah keberkahan umur.
Para ulama mengatakan bahwa bertambah umur itu pasti terjadi
karena sebab, begitu pula berkurangnya umur. Begitu pula rizki, ajal,
kebahagiaan, kesengsaraan, sehat, sakit, kaya, miskin, walaupun itu semua
terjadi dengan ketetapan Allah, tetapi pasti ketetapan Allah ini juga terjadi
dengan adanya sebab.
Hakekat Kehidupan adalah Hidupnya Hati
Para ulama lain mengatakan bahwa dampak maksiat dapat
menghilangkan keberkahan umur karena hakekat kehidupan adalah hidupnya hati.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyebut orang kafir dengan sebutan mayit karena
memang mereka adalah orang yang mati hatinya. Sebagaimana hal ini terdapat pada
firman Allah (yang artinya), “Mereka (orang kafir) bukanlah orang yang hidup.”
(QS. An Nahl: 21)
Jadi ingatlah bahwa kehidupan yang hakiki adalah kehidupan
hati. Dan ingatlah bahwa umur manusia adalah lama hidupnya. Namun, umur yang
hakiki adalah waktu yang dia digunakan dalam ketaatan kepada Allah.
Waktu yang digunakan dalam ketaatan inilah umur sebenarnya.
Oleh karena itu, kebaikan dan ketaatan akan menambah umurnya yang sebenarnya
dan selain itu tidaklah menambah umurnya.
Oleh karena itu, jika seorang hamba berpaling dari Allah dan
gemar melakukan maksiat, maka dia berarti telah menyia-nyiakan hakikat umur
yang sebenarnya.
Jadi inti permasalahan ini semua: umur seseorang adalah lama
kehidupannya. Dan tidak ada kehidupan yang hakiki kecuali dengan mentaati
Allah, nikmat dalam mencintai dan berdzikir pada-Nya, dan selalu mengutamakan
untuk mencari ridho-Nya. [Rumaysho]
Inilah faedah dari Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Ad Daa’ wad
Dawa’ (Al Jawabul Kafi liman Sa’ala ‘aniddawa’i Asy Syafiy), hal. 65-66, Darul
Kutub Al ‘Ilmiyah
No comments:
Post a Comment