Allah subhaanahu wata’ala dengan hikmah-Nya yang maha sempurna telah menetapkan bahwa amal seorang hamba terbagi menjadi dua: amal kebajikan dan amal kemaksiatan. Keduanya memiliki tingkatan-tingkatan dan akan berdampak bagi pelakunya sendiri.
Sungguh, kemaksiatan memiliki dampak yang sangat buruk terhadap hati dan badan seorang hamba. Ia juga membawa kemudaratan di dunia maupun di akhirat. Dan tidak ada yang mengetahui keseluruhan mudharat tersebut kecuali Allah. Berikut ini adalah beberapa dampak buruk maksiat yang dapat diketahui:
1. Kemaksiatan menghalangi orang dari ilmu
Karena ilmu adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati. Sedangkan kemaksiatan akan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Syafi’i menimba ilmu dari Imam Malik dan membacakan kitab di hadapan beliau, Imam Malik kagum dengan kecerdasan dan kesempurnaan pemahamannya. Lalu beliau berkata, “Sungguh, aku melihat bahwa Allah telah menyinari hatimu dengan cahaya, maka janganlah engkau padamkan ia dengan kegelapan maksiat!” Imam Syafi’i sendiri pernah berkata, “Aku pernah mengeluhkan jeleknya hafalanku kepada Waqi’. Beliau membimbingku agar aku meninggalkan kemaksiatan. Beliau berkata, “Ketahuilah, ilmu adalah suatu keutamaan, dan keutamaan Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”
2. Kemaksiatan menghalangi orang dari rejeki
Dalam al-Musnad diriwayatkan, “Sesungguhnya seseorang akan terhalang mendapatkan rejeki dengan sebab dosa yang dikerjakannya.” Sebagaimana ketakwaan kepada Allah akan mendatangkan rejeki, maka meninggalkan ketakwaan akan mendatangkan kefakiran. Dan tidak ada perkara yang dapat mendatangkan rejeki, yang semisal dengan meninggalkan kemaksiatan.
3. Kemaksiatan menggelisahkan hati
Orang yang berbuat maksiat akan mendapatkan kegalauan di hatinya. Kegalauan itu tidak akan hilang walaupun seluruh nikmat duniawi ia miliki. Namun kegalauan itu sendiri tidak akan dirasakan kecuali oleh seorang hamba yang dihatinya masih ada kehidupan. Sebab, goresan luka tidak akan dirasa sakit oleh seonggok mayat. Maka seandainya tidak ada alasan lain untuk meninggalkan dosa kecuali karena takut dari rasa gelisah yang ditimbulkannya, niscaya alasan itu sudah cukup bagi orang berakal untuk meninggalkannya. Seorang laki-laki pernah mengeluhkan kegelisahan hatinya kepada seorang yang ‘arif. Orang yang ‘arif itu berkata, “Apabila engkau diliputi kegelisahan karena dosa-dosamu, maka tinggalkanlah dosa-dosa itu. Itu akan membuatmu merasa tenang.”
Sungguh, tidak ada perkara yang lebih pahit daripada rasa gelisah di hati seorang pendosa akibat dosa yang dikerjakannya.
4. Kemaksiatan menimbulkan rasa gelisah ketika berinteraksi dengan orang shalih.
Kegelisahan akibat maksiat akan menjadi lebih terasa ketika seorang pelaku maksiat bermuamalah dengan orang-orang shalih. Kalau kegelisahan itu semakin kuat, ia akan semakin menjauh dari mereka, enggan bermajelis dengan mereka, tidak dapat mengambil manfaat dari mereka, dan menjadi semakin dekat dengan golongan setan sesuai dengan kadar kemaksiatannya. Kegelisahan itu juga akan mengendap di hatinya dan berdampak buruk pada hubungannya dengan anak, istri dan sahabat-sahabatnya. Bahkan pada hubungan antara dia dengan dirinya sendiri. Kegelisahan tersebut bisa jadi terlihat oleh orang lain. Sebagian salaf mengatakan, “Sesungguhnya jika aku bermaksiat kepada Allah, niscaya aku akan melihat dampaknya pada tingkah laku hewan tunggangan dan istriku.”
5. Kemaksiatan membuat urusan menjadi sulit
Orang yang bermaksiat akan ditimpa kesulitan dalam segala urusannya. Tidaklah ia menuju kepada sesuatu, melainkan akan ia temui penghalang atau kesulitan. Hal ini kebalikan dari orang yang bertakwa kepada Allah. Urusannya akan Allah jadikan mudah. Maka betapa mengherankan, bagaimana bisa seorang hamba tidak mengerti mengapa ia mendapati pintu-pintu kebaikan dan kemaslahatan tertutup baginya, dan jalan-jalannya sangat sulit dia lalui.
6. Kemaksiatan menimbulkan kegelapan di dalam hati
Orang yang bermaksiat akan mendapati kegelapan di hatinya secara hakiki. Ia akan merasakannya sebagaimana ia merasakan kegelapan malam yang gulita. Kegelapan maksiat di dalam hatinya seperti gelapnya malam dalam pandangan mata. Karena ketaatan adalah cahaya dan kemaksiatan adalah kegelapan. Apabila kegelapan itu semakin kuat, semakin bertambah pula kebingungannya. Sehingga ia akan terjatuh dalam bid’ah, kesesatan dan perkara-perkara yang membinasakan dalam keadaan tidak menyadarinya. Bak orang buta yang berjalan sendirian di kegelapan malam. Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu mengatakan, “Sesungguhnya kebaikan itu akan memunculkan sinar di wajah, cahaya di hati, keluasan dalam rejeki, kekuatan di badan dan kecintaan di hati orang. Dan sesungguhnya keburukan itu mengakibatkan kesuraman di wajah, kegelapan di hati, kelemahan di badan, kekurangan dalam rejeki dan kemurkaan di hati orang.”
7. Kemaksiatan melemahkan hati dan badan
Dampak buruk maksiat yang membuat hati menjadi lemah merupakan hal yang sudah jelas. Ia akan terus membuat hati menjadi lemah sampai kehidupan hati itu hilang sama sekali. Sedangkan dampak buruk maksiat yang membuat badan menjadi lemah, adalah karena kekuatan seorang mukmin sesungguhnya bersumber dari hatinya. Semakin kuat hatinya, semakin kuat pula badannya. Sedangkan orang yang jahat, walaupun badannya kuat, sesungguhnya ia adalah orang yang paling lemah. Perhatikan bagaimana kekuatan perang yang dimiliki bangsa Persia dan Romawi ternyata tak dapat menolong mereka pada saat mereka sangat membutuhkannya. Yaitu ketika mereka berhadapan dengan orang-orang beriman. Justru orang-orang berimanlah yang akhirnya dapat menguasai mereka dengan sebab kekuatan badan dan hati mereka.
8. Kemaksiatan menghalangi orang dari kataatan
Seandainya tidak ada hukuman untuk sebuah dosa kecuali terhalangnya seseorang dari satu amal shalih yang berakibat terputusnya ia dari amal shalih berikutnya dan berikutnya, maka sungguh dengan sebab dosa tersebut, ia terhalang dari amal shalih yang banyak. Padahal setiap amal shalih itu lebih baik baginya daripada dunia dan seisinya. Hal ini seperti orang yang memakan satu makanan yang mengakibatkan kemudaratan untuk dirinya, dan membuatnya terhalang untuk memakan sekian banyak makanan lain yang lebih baik.
9. Kemaksiatan melahirkan kemaksiatan yang lain
Sungguh, kemaksiatan itu akan diikuti oleh kemaksiatan lain yang semisal. Sehingga ia akan membuat seseorang sulit untuk memisahkan diri atau keluar dari lingkaran kemaksiatan tersebut. Sebagian salaf mengatakan, “Sesungguhnya di antara hukuman atas suatu perbuatan buruk adalah perbuatan buruk berikutnya, dan di antara balasan atas suatu perbuatan baik adalah perbuatan baik berikutnya.” Apabila seorang hamba telah berbuat satu kebaikan, maka kebaikan yang lain akan berkata, “Kerjakan aku juga!” Dan ketika ia mengerjakannya, kebaikan yang ketiga akan berkata seperti itu pula, dan begitu seterusnya. Sehingga berlipat-lipatlah keuntungannya dan semakin bertambahlah kebaikan-kebaikannya. Demikian pula halnya dengan kemaksiatan. Hingga pada akhirnya ketaatan atau kemaksiatan itu akan menjadi kepribadian yang senantiasa melekat, dan perangai yang mandarah daging pada diri seseorang.
Jika keadaannya sudah sampai pada tingkatan seperti ini, seandainya orang yang suka berbuat kebajikan dan ketaatan meninggalkan perbuatan-perbuatan baik yang biasa ia kerjakan, jiwanya akan terasa sempit dan sesak. Ia akan merasa seperti ikan yang keluar dari air. Perasaan ini akan selalu ia rasakan, sampai ia kembali kepada kebaikan dan ketaatan itu.
Sebaliknya, orang jahat yang suka berbuat maksiat, apabila ia meninggalkan kemaksiatan dan mengerjakan amal shalih, jiwanya akan terasa sesak, dan pikirannya akan menjadi kacau, sampai ia kembali mengerjakan kemaksiatan itu. Dan sungguh, betapa banyak pelaku kemaksiatan yang terus menerus melakukan perbuatan maksiatnya, bukan karena ia mendapatkan kenikmatan dari perbuatannya itu, namun karena ia merasa sakit ketika tidak melakukannya. Sampai-sampai ada dari mereka yang mengatakan, “Beberapa gelas khamar aku minum dengan begitu nikmat. Sedangkan gelas-gelas berikutnya aku minum untuk mengobati rasa sakit akibat dari beberapa gelas itu.” Yang lainnya juga berkata, “Obat dari sakitku adalah penyebab penyakitku itu sendiri, sebagaimana pecandu khamar berobat dengan khamarnya.”
10. Kemaksiatan mengendurkan semangat berbuat kebaikan
Dampak ini termasuk yang paling dikhawatirkan atas seorang hamba. Kemaksiatan membuat hati tidak memiliki semangat lagi untuk berbuat baik, sedangkan keinginan berbuat maksiat semakin menguat. Dengan sebab itu, keinginan bertaubat akan melemah sedikit demi sedikit, sampai hilang sama sekali dari hatinya. Keadaan ini termasuk di antara penyakit yang sangat berbahaya dari kemaksiatan, dan yang paling banyak menjerumuskan orang pada kebinasaan.
Demikian beberapa dampak buruk kemaksiatan. Masih ada sekian banyak dampak buruk yang belum disebutkan. Semoga dengan ini kita berhenti dari segala bentuk kemaksiatan dan mudah-mudahan Allah benar-benar menyelamatkan kita darinya.
[Sunnah.or.id]
(Disadur dari Ad-Daa` Wad Dawaa`, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah)
No comments:
Post a Comment