Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Sunday, December 10, 2017

    3 Amalan yang Paling Berat

    Oleh: Abu Abdillah El_Syuhada

    Ketahuilah bahwa didalam Islam ada amalan amalan tertentu yang  aplikasinya jauh lebih berat dibandingkan dengan amalan amalan lainnya. Karena melakukannya amat berat, maka insya Allah timbangannya balasan amal tersebut pun juga akan berat nanti pada Hari kiamat.
    Berkaitan dengan 3 Amalan terberat tersebut Al Imam Asy Syafi'i berkata:

    قال الشافعي رحمه الله: ” أشدّ الأعمال ثلاثة: الجود من القلّة، والورع في الخلوة، وكلمة الحق عند من يرجى ويخاف ”

    » Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Amalan yang paling berat ada tiga, (yaitu):
    1. Dermawan ketika dalam kondisi serba sedikit.
    2. Bersikap wara’ (menjauhi hal-hal yg haram) tatkala bersendirian.
    3. Dan mengucapkan kebenaran di hadapan orang yang diharapkan dan ditakuti.” 
    (Lihat Al-Fawa’id wa Al-Akhbar wa Al-Hikayat, hal. 133) .

    *PERTAMA: الجود من القلة(Dermawan dalam kondisi serba Sedikit)*

    Infaq dan sedekah  adalah amal yang berat,bagaimana tidak dikatakan berat, Sebab, Karakter dasar manusia adalah amat  cinta terhadap Harta dunia. Banyak orang bekerja keras untuk mencari harta, senang ketika mendapatkan banyak harta, dan cenderung pelit untuk mengeluarkannya dijalan Allah. 
    Disamping itu pada umumnya orang yang mengalami kekurangan, ia akan mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Oleh karena itu, Allah sangat menyukai orang-orang yang bermurah hati pada orang lain meskipun ia dalam keadaan susah. Sebagai seorang muslim, hal ini juga ditunjukkan oleh Rasulullah. Beliau selalu bermurah hati meskipun dalam keadaan sempit.

    Oleh Karenanya  diantara ciri orang yang bertaqwa  yang Allah sebutkan didalam Al Qur'an adalah :
    و مما رزقنٰهم ينفقون....
    "Dan dari apa apa saja yang kami riskikan kepada mereka,mereka pasti menginfaqkannya...
    ( QS. Al Baqarah: 3)

    Lebih dari itu, dalam surat yang Lain Allah menyebutkan ciri Khas orang yang bertaqwa itu adalah:

    الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

    " Yaitu orang-orang yang menginfaqkan Hartanya pada saat kondisi Lapang maupun sempit...
    ( -QS Ali Imron: 134)

    Itulah ciri ciri orang yang bertaqwa.
    Oleh karena itu berinfaq saat lapang mungkin agak ringan. Tetapi berinfaq di saat sempit? Jauh lebih berat. Dermawan saat dompet tebal mungkin agak ringan. Tetapi dermawan saat dompet tipis? Jauh lebih berat. Murah hati saat kaya mungkin agak ringan. Tetapi murah hati saat miskin? Jauh lebih berat. Maka sangatlah tepat dan wajar jika Al Imam Asy Syafi'i Rahimahullah mengatakan bahwa Dermawan diwaktu  sempit merupakan Amal yang terberat.

    Sungguh Hanya orang-orang yang mendapatkan taufiq dari Allah sajalah yang sanggup menjalankan amal yang  berat ini,Semoga Allah memudahkan kita untuk bisa mengamalkan amalan yang sulit ini.

    *KEDUA: والورع في الخلوة (Bersikap Wara' pada saat sendirian)*

    Wara’ secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sikap meninggalkan hal-hal yang haram dan syubhat. Secara lebih mendalam, wara’ bukan hanya meninggalkan hal-hal yang haram dan syubhat tetapi juga meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat serta hal-hal mubah yang berlebihan. Persis sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

    مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

    ”Diantara tanda kebaikan (kesempurnaan) Islam seseorang, ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya” (HR. Tirmidzi)

    Meninggakan hal-hal yang haram adalah amal yang berat bagi banyak orang. Karenanya kita lihat ada orang-orang yang suka minum-minuman keras, berjudi, berzina dan sebagainya. Bahkan di antara mereka, ada yang berani dan tampa malu melakukannya secara terang-terangan di depan banyak orang.

    Namun,yang lebih berat adalah meninggalkan Hal hal yang di Haramkan mana kala saat kita sedang sendirian. Oleh karena itu banyak orang yang berhasil selamat dari yang haram pada saat ia di keramaian tapi Ama sedikit yang berhasil selamat pada saat ia sendirian.
    Karenanya ada orang yang kelihatan baik ketika di depan publik, tetapi diam-diam ia melakukan berbagai macam perkara Haram ketika dia sedang sendirian atau ketika tidak didalam pengawasan orang lain. 

    Ada orang yang tampak mulia tetapi ia bermaksiat dalam kesendiriannya. 
    Sungguh sangat tepat nasehat seorang Tokoh Tabi'in yang mulia Bilal Sa’ad rahimahullah. Beliau mengatakan:

    لَا تَكُنْ وَلِيًّا لِلَّهِ تَعَالَى فِي العَلَانِيَةِ وَ عَدُوَّهُ فِي السِّرِّ

    “Janganlah engkau (tampak) menjadi wali Allah Ta’ala di tengah keramaian, tetapi menjadi musuh-Nya ketika sendirian”

    Subhanallah...
    Jika yang sudah jelas jelas haram saja sulit untuk kita selamat,bagaimana lagi dengan perkara perkara yang Syubhat???
    Sungguh Menjauhi perkara syubhat lebih berat dari pada menjauhi perkara yang jelas keharamannya. 
    Hal yang masih samar hukumnya, apakah ini halal atau tercampur dengan hal yang haram, menjadi lebih berat untuk ditinggalkan. 
    Sahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah orang yang mampu mempraktikkan wara’ dengan sempurna. Suatu hari ketika ia mendapat makanan dari seorang pembantunya, ia memakannya. Setelah ingat, barulah ia bertanya dari mana makanan itu. Begitu sahabat tadi memberi tahu bahwa makanan tersebut pemberian orang yang dulu pernah diruqyahnya di masa jahiliyah, Abu Bakar langsung memasukkan jari-jari ke mulutnya dan memuntahkan semua makanan yang telah masuk ke perutnya. Sementara di zaman kita, seakan hilang kepedulian untuk bertanya uang ini dari mana, harta ini dari mana, makanan ini dari mana.

    Apalagi menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat dan hal mubah yang berlebihan. Jauh lebih berat lagi. Sehingga tak salah jika Imam Syafi’i memasukkan wara’ saat sendiri merupakan salah satu amal yang paling berat.

    *KETIGA: و كلمة الحق عند من يرجى و يخاف (Dan mengucapkan kebenaran di hadapan orang yang diharapkan dan ditakuti)*

    Menyampaikan Kebenaran dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar adalah tugas setiap muslim dan Tugas ini adalah tugas yang  berat dan mengandung Resiko, terbukti banyak orang yang tidak mau terlibat didalam melakukan kewajiban ini. Namun, yang lebih berat adalah menyampaikan kebenaran dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar di hadapan orang yang ditakuti, khususnya penguasa.

    Mengapa demikian? Sebab menyamaikan kebenaran di hadapan orang yang ditakuti memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan menyampaikan kebenaran di hadapan orang umum. Jika orang umum menolak kebenaran itu mungkin ia hanya mencemooh atau mencela. Tetapi jika orang yang punya kekuasaan menolak kebenaran itu, dalam ketersinggungannya ia bisa menjatuhkan hukuman berat atau memberangus dakwah di hadapannya.

    Jadi, menyampaikan kebenaran di hadapan orang yang ditakuti ini membutuhkan keberanian sekaligus resikonya adalah nyawa. 
    Sama halnya dengan Jihad,bahkan lebih berat lagi karena jihad dilakukan bersama sama sementara amal ini sering dilakukan secara pribadi. Dan jika jihad langsung berhadapan dengan tentara kafir, sedangkan amal ini seringnya berhadapan langsung dengan penguasa yang bisa jadi secara identitas masih muslim.

    Rasulullah menyebut amal ini sebagai “afdhalul jihad”, jihad yang paling utama. Beliau bersabda:

    أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

    ”Jihad yang paling utama adalah perkataan adil di hadapan penguasa zalim” (HR. Abu Daud)
    Sedangkan dalam riwayat An Nasa’i dipakai istilah “kalimatu haq”: perkataan yang haq (kebenaran).

    Amal ini sangat tepat disebut sebagai amal yang paling berat karena yang berani menyampaikan kebenaran kepada Raja Namrud adalah Nabi Ibrahim, lalu Nabi Ibrahim menghadapi resikonya: Dilemparkan kedalam kobaran Api Yang sangat besar.
     Yang berani menyampaikan kebenaran kepada Fir’aun adalah Nabi Musa, lalu Nabi Musa menghadapi resikonya: dikejar-kejar untuk dipenggal.
     Yang berani menyampaikan kebenaran kepada pembesar Quraisy adalah Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, lalu beliau menghadapi resikonya: dicaci maki,ki baikot dan bahkan  dikepung untuk dibunuh.

    Di zaman setelahnya, orang-orang yang mampu menegakkan amalan ini Adalah para  ulama pemberani. Seperti Imam Ahmad bin Hanbal yang menghadapi resiko penjara. Ibnu Taimiyah juga mendekam di balik jeruji besi. Hasan Al Banna diberondong. Sayyid Quthb digantung dan para ulama2 pemberani lainnya yg muncul disetiap zaman.


    Demikian Faedah ilmiyah dan mau’izhoh Hasanah yg dapat  kami sampaikan pada Tulisan kali ini. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq dan  kemudahan kepada kita semua untuk dapat mengamalkan 3 amalan berat tersebut di atas. 
    Dan semoga Tulisan kali ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi saya dan  kita semuanya  Amiin. 

    ~ Kota Stabat,19 November 2017 ~

    No comments:

    Post a Comment