Menyajikan Informasi dan Inspirasi


  • News

    Thursday, February 2, 2017

    berapa kali kita membaca al-quran terjemah?

    Pernah beberapa kali saya iseng nanya ke teman-teman. Mereka semuanya adalah anak pengajian. Kalau di sekolah atau di kampus, mereka dibilangnya anak rohis atau aktivis dakwah. Ternyata hampir semuanya menjawab:

    'Belum pernah!'

    Pertanyaan saya sebenarnya sederhana: "Selama hidup ini, berapa kali Antum menamatkan baca terjemahan al-Qur'an?"

    Hayoo... ! Kalau Antum pernah berapa kali? Jangan-jangan belum pernah sekali pun!

    Kenapa saya iseng mengajukan pertanyaan seperti ini?

    Ceritanya waktu itu, waktu saya masih kuliah, teman sekamar saya pernah nanya tiba-tiba. Tanpa saya sangka-sangka. 

    "Ente pernah berapa kali namatin baca terjemahan al-Qur'an?"

    Saya waktu itu nggak bisa jawab langsung. Saya terdiam sejenak. Karena seingat saya, tidak pernah sekalipun saya meniatkan untuk membaca rutin terjemahan al-Qur'an dari awal sampai akhir.

    Kalau khatamin al-Qur'an alhamdulillah sering. Terutama di bulan Ramadhan. Tapi kalau namatin baca terjemahannya, sepertinya belum pernah.

    Pernah waktu SMA dulu, sambil nunggu waktu Isya, saya biasa baca-baca buku tafsir al-Qur'an yang ada di rak masjid. Tapi nggak sampai selesai. Kesimpulannya memang saya belum pernah sekalipun membaca terjemahan al-Qur'an dari awal sampai akhir, dengan niat untuk menamatkannya.

    Teman saya, kemudan berkata:

    "Orang non Muslim ajah ada yang mau membaca terjemah al-Qur'an sampai selesai... Banyak yang kemudian dapet hidayah karena baca terjemahan al-Qur'an....".

    Semenjak itu, saya jadi tersadar. Bener juga kata teman saya ini. Mestinya kita orang Islam yang harusnya lebih semangat baca terjemahan al-Qur'an. Bukankah kita sering mengatakan:

    Al-Qur'an pedoman kita...
    Al-Qur'an adalah petunjuk kita...
    Al-Qur'an adalah pelita...
    Al-Qur'an ibarat peta...

    Namun yang jadi pertanyaan sekarang: 

    Gimana bisa al-Qur'an jadi petunjuk, kalau artinya saja kita nggak tau???

    Nah...! 

    Ini PR buat kita semua..
    Ini renungan buat kita bersama, termasuk saya...

    Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Hajrul Qur`an (berpaling dari al Qur`an) itu ada beberapa bentuk. 

    Pertama : Berpaling tidak mau mendengarkannya, dan tidak mengimaninya. 

    Kedua : Tidak mengamalkannya, dan tidak berhenti pada apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkannya, walaupun ia membaca dan mengimaninya.

    Ketiga : Ttidak berhukum dengannya dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) serta cabang-cabangnya. 

    Keempat : Tidak merenungi dan tidak memahami, serta tidak mencari tahu maksud yang diinginkan oleh Dzat yang mengatakannya. 

    Kelima : Tidak mengobati semua penyakit hatinya dengan al Qur`an, tetapi justru mencari obat dari selainnya. Semua perbuatan ini termasuk dalam firman Allah Azza wa Jalla:

    “Rasul berkata : “Wahai, Rabb-ku. Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al Qur`an ini sesuatu yang tidak diacuhkan”. [al Furqan/25 : 30]. 

     (Dikutip dari https://almanhaj.or.id/2767-meraih-cinta-allah-subhanahu-wa-taala-dengan-al-quran.html)

    No comments:

    Post a Comment